Anak lelaki berumur sembilan tahun, yang mengenakan celana lepis pendek dengan baju dalamnya berwarna putih dilapisi dengan kemeja kotak-kota berwarna biru. Ia menyeka keringatnya, kala lelah bermain bola dengan sepupun nya itu. Hembusan angin menerpa wajahnya yang tampan, pohon- pohon bergerak seirama dengan lewatnya angin.
"Galang! Ayo main lagi. Masa gitu aja udah cape, wu... Cemen kamu," ujar anak lelaki, itu menjulurkan lidahnya meledek.
Anak kecil yang bernama Galang pun menatap tak suka sepupun nya yang menyebalkan.
"Jangan meledekku. Kamu belum lihat saja, seberapa jagonya aku!" Ujar Galang, pada Sepupunya itu.
"Kalau gitu, ayo main lagi! Katanya jago," ledek Sepupunya, membuat Galang kesal.
Mereka pun kembali bermain bola, kali ini Galang tak ingin kalah dari sepupunnya itu. Sepasang mata suami istri menatap ke arah mereka dengan senyumanya.
"Mereka selalu saja ribut ya Mas, bagaimana nanti kalau sudah besar," ujar Wanita itu, sambil melihat anak dan keponakanya itu.
"Jika sudah besar, ya pastinya mereka akan lebih dewasa lagi, apalagi Galang sangat mirip denganku Talia," jawab Ayahnya Galang.
"Ya, pantas saja jika namanya adalah Galang Basupasti Abinaya, tidak jauh berbeda dengan namamu, Gilang," cetus Bundanya Galang– Talia.
Tempat yang mereka kunjungi ini adalah sebuah hutan, karena niat mereka adalah untuk pulang kampung ke rumah nenek Galang, dan untuk menghemat waktu, mereka pun melewati desa ini, dan tak sengaja melihat lapangan kosong di hutan saat menyusuri jalanan ini.
Mereka pun berniat untuk beristirahat sejenak, dari lelahnya selama perjalanan.
Tendangan bola Sepupunya itu, membuat bola pastik itu menggelinding ke arah semak-semak. Lalu Galang berlari untuk mengambil.
"Galang! Kamu mau kemana?" Tanya Bundannya. Membuat Galang berhenti, dan menoleh."Mau ambil bolanya Bun!" Jawab Galang.
"Jangan lama-lama, Galang. Kita akan segera pergi," ujar Bunda, memberitahu. Galang pun melangkah dengan kaki kecilnya, ia melewati semak-semak itu dengan langkah kakinya, ia menatap sekitar mencoba mencari bola, tak jauh dari dirinya, bola itu terselip di batang pohon yang berdempet.
Lalu berjalan beberapa langkah, dan mengambilnya, tak sengaja matanya melihat bayangan sosok perempuan memakai dres berwarna putih dengan di kepalanya memakai mahkota seperti bunga, lalu tangannya yang menenteng sebuah lampu.
Anak lelaki itu yang penasaran pun, berjalan perlahan-lahan. Mengapa di hutan seperti ini ada seorang anak perempuan, apakah dia tidak di cari ibunya? Begitulah yang kini Galang pikirkan.
Langkah Galang tak menentu, ia mengikuti sileut putih itu yang entah kemana. Saat ia sudah kehilangan jejak anak kecil itu, Galang memutuskan untuk kembali saja, namun saat ia membalikan badannya seketika ia bingung, dimana dirinya. Ia sudah terlalu jauh berjalan, sampai tak tahu dimana dirinya, matanya berkaca-kaca saat tahu bahwa ia sendirian di sini, tak ada seorang pun.
Galang menatap sekelilingnya, terdapat banyak pohon tinggi dan semak-semak, ia memilih berjalan tak tahu arah, sambil berteriak memanggil sang Bunda dan Ayah,"Bunda!" Teriak Galang.
"Ayah! Galang tersesat ... Galang gak tahu jalan pulang, ayah!" Ujar Galang.
Ia masih terus berteriak meminta tolong, kakinya sudah mulai keram karena lelahnya berjalan tak tahu arah. Sampai Galang tak sengaja tersadung akar pohon karena tidak melihatnya, membuat ia terjatuh dan bergelinding ke jurang yang tak jauh dari keberadaannya.
Galang terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu, ia kembali bermimpi yang sama lagi. Lalu tangannya mengambil kalung dengan gandulan berwarna putih kristal itu, dan kembali mengingat siapa pemberinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAYANGAN JIWA
FantasyBayangan jiwa yang menyisahkan kenangan. Ada duka yang tak bisa di jelaskan dengan kata. Ada sebuah ingatan yang terpaksa harus di hapus demi kebaikan bersama. Dan hanya satu keinginanku. Tolong pertemukan aku dengan dia yang selaluku mimpikan. Publ...