26 Desember, tanggal yang sangt ditunggu oleh siswa kelas XI di sekolahku. Ya dan tepat jam 9 malam, bus rombongan berangkat menuju Bromo.
"Stella, aku seperti mimpi bisa duduk di bis ini" ujarku sambil menikmati tempat dudukku
"Kamu gapernah naik bis ya liv, duh kamu malu-maluin aja sih" Stella heran
"Enak aja, maksudku, aku seperti mimpi pergi ke tujuan kita sekarang, bromo Stella, bukan bis ini, yakali aku gapernah naik bis ih"
"Oh ya maap deh aku kira itu hahaha"
"Azzzh talk to my hand Stella!"
Kini aku sibuk dengan ponselku dan mengabaikan makluk sampingku ini, dan sampai waktu tiba aku merasa bosan tiba-tiba khayalan konyolku datang lagi.
Aku mengelak tapi entah fikiranku memaksa aku untuk memikirkan ini.
Tuhan, apa semua remaja dikodratkan untuk merasakan hal yang aku fikirkan ini?"Olive kamu udah gila" gumamku dalam hati, masih saja fikiranku bergelut dengan kekonyolan ini.
Dan aku kalah dengan elakanku, fikiranku terhempas pada khayalan konyolku, aku membayangkan esok di Bromo aku menemukan cinta pertamaku, menemukan laki-laki yang membuat mataku tidak berkedip dan membuat jantungku sekejap berhenti berdetak.
"Duh olive kamu ini kenapa sih" aku sadar dari fikiran konyolku. Dan aku putuskan untuk tidur daripada aku gila dengan semua fikiranku ini.
"Olive bangun!!! Bromo olive itu!!! Hey putri tidur apa aku harus bawa pangeran terus suruh dia cium kamu biar kamu bangun!!!!!"
"Aduh Stella, suara kamuuuuu euuh" aku menutup kuping karena suara temanku ini yang euh cetarnya subhanallah.
Sampailalah aku dan rombongan teman-temanku di BROMO, oh my god aku seperti mimpi bisa berada disini.
Pa Iwan selaku panitia, seperti biasa selalu setia memberi pengarahan pada aku dan teman-temanku, beliau menyuruh kami untuk menaiki kolbak menuju gunung Bromo dari tempat pemberhentian bus.
Aku dan Stella pun menaiki salah satu kolbak yang sebenarnya sudah nyaris penuh tapi daripada sama sekali engga naik, rela desak-desakan deh.
"Aish jinjja, Olive kita pindah aja sih, ini udah kaya kambing aja tau kita disini, sempit banget lagi" keluh Stella sambil melihat sekelilingnya.
"Duh rewel banget sih kamu, udah sih ntar dijalan juga kita bakal liat yang gabiasa kita liat pasti kamu lupa kalau disini jejel" dan aku yakinkan Stella, bukan supaya dia nyaman sih tapi supaya seenggaknya sekelilingnya nyaman dan aman dari suara toanya itu.
Dan benar saja, ternyata ucapan adalah doa dan doaku ampuh, Stella nganga disetiap jalan yang dilewati kolbak ini, waw ini luar biasa, pagi buta di gunung Bromo, Jawa Timur, indah indah sangat indah.
"Nah kita udah sampai anak-anak, nanti kebawah kita cari kolbak lagi yah" ucap pa Iwan
"Pa dimana gunung Bromonya?" Tanya salah satu temanku
"Disana" pa Iwan menunjuk sebuah ciptaan Tuhan yang indah luar biasa, lautan pasir seluas laut, udara dingin sedingin kutub, waw ini mahadasyatnya Tuhan.
Dan setelah naik kolbak yang kedua sampailah aku dan Stella juga teman-temanku yang lain disana.
Aku menikmati pemandangan indah milik Bromo, aku hanya diam membisu melihat kakiku kini menginjak impianku.
Sayangnya, waktu terus berjalan dan waktu untuk aku mendiami Bromo sudah habis, semua rombongan harus kembali ke tempat pemberhentian bus.
"Hai Olive!"
Seperti suara yang aku kenal fikirku
"Hai Rafi" ya ini suara Rafi teman kelas X ku.
Saat aku menengok ke arahnya, bukan sosok Rafi saja yang aku lihat tapi sesosok makhluk ciptaan Tuhan berjenis kelamin laki-laki.
"Oh tuhan, kenapa mataku tidak berkedip dan jantungku seperti seketika berhenti berdetak" gumamku dalam hati
"Oh tuhan, apa yang aku rasakan, aku merasakan apa yang tadi aku bayangkan, ini aneh, tuhan beri aku jawaban sekarang juga, aku tidak mau pingsan karena perasaan aneh, sungguh pingsan yang ga lucu""Olive?" Gumam hatiku seketika melebur saat ada yang memanggil namaku, untung suaranya tidak semembahana suara sahabatku.
"Ya Rafi, hehe"
"Ya Tuhan, aku salting, aku udah gila, aku kenapa, tuhan laki-laki itu kenapa buat aku gugup gini, tuhan apa ini, tuhaaaaaaan" hati aku seperti menjerit jerit ingin memeluk Tuhanku dan meminta menjawab pertanyaan-pertanyaan ini."Kamu mau naik kolbak yang mana ?" Lagi-lagi Rafi membuat fikiranku lebur.
"Yang mana aja, yang itu aja gimana fi?" Refleks aku mencari kolbak manapun yang ada didepanku demi menutup kegugupanku di depan orang-orang di hadapanku terutama "dia"
Dan akhirnya aku, Stella, Rafi dan "dia" naik kolbak berwarna biru tua yang kondisinya sudah tidak bagus lagi tapi daripada harus selamanya di Bromo.
"Oh tuhan kedipkan mataku, hilangkan dulu sekejap penasaranku untuk melihat "dia" tuhaaaan dia siapa? Aku ga kenal dia tapi dia buat aku bener bener mati rasa"Sepertinya aku merasa gila saat melihat laki-laki itu, yang membuat aku gila adalah perasaan konyolku ini yang "sama seperti khayalanku"
Dan selama perjalanan mataku bergelut, mataku seolah ingin melihat dua sisi tapi sisi yang satu ini benar-benar tidak bisa membuat aku mengelak, sisi ini adalah "dia".
Seolah "dia" mengalahkan keindahan pemandangan yang sangat ingin aku lihat.
Entah apa yang kurasa
Rasa yang tak wajar
Tidak pernah aku rasa
Mataku tak berkedip
Jantungku seketika diam
Fikiranku dibuat kacau
Tubuhku hanya berisyatat
Tuhan
Jangan paksa aku
Untuk sekarang