Suara bisingan motor Geng Gramon sudah terdengar jelas sebelum mereka sampai di gerbang sekolah. Itu membuat para murid langsung memberi jalan untuk mereka.
Seperti biasa, sang ketua Alden Leon Addison memimpin. Siswa yang akrab dipanggil Leon adalah siswa yang tampan. Dengan hidung mancung, bibir tipis, kulit putih dan alis tebalnya berhasil membuat kaum hawa menjerit di tempat.
Memimpin bersama wakilnya, Edgar Emilio Addison. Tak jauh berbeda dengan Leon. Edgar juga tak kalah tampan dengan Leon karena mereka kakak beradik. Leon menjadi ketua karena Leon adalah seorang Kakak. Umur mereka hanya beda beberapa bulan saja.
Dibelakang mereka, juga ada anggota inti, yaitu Justin Evando Chayton, Sebastian Thie, dan Vero Brace Harisson. Mereka bertiga adalah anggota yang membuat suasana berkumpul menjadi ceria.
Leon, Edgar, Justin, Sebastian dan Vero adalah teman sekelas. Bagaimana bisa? yang jelas karena uang.
Leon dan Edgar lahir dari keluarga Addison yang merupakan pengusaha yang sudah memiliki cabang di luar negeri. Tentu saja mereka sangat kaya. Walaupun nakal, mereka juga adalah anak yang pintar dalam berbagai bidang.
Sedangkan Justin dan Vero adalah anak pengusaha dibawah naungan Keluarga Addison. Berbeda dengan yang lainnya, Vero hanyalah anak seorang buruh pabrik. Tapi karena hubungan persahabatan, Vero bisa masuk ke kelas favorit, yaitu kelas 12 MIPA-1.
Geng yang beranggotakan 3 angkatan itu segera memarkirkan motornya dan berkumpul seperti biasa.
"Gue minta lo lo pada jangan langsung puas atas kejadian kemarin. Kita emang menang telak dari SMA Pelita Bangsa, tapi si Bara gabakal tinggal diam, dia bakal ngelakuin apa aja buat bales dendam" Para anggota yang berkumpul mengiyakan penjelasan Edgar.
"kalian semua boleh langsung masuk ke kelas"
Seluruh anggota Gramon masuk kedalam kelas masing-masing atas perintah Leon, kecuali anggota inti.
"kita cabut!" seru Leon.
"yah gabisa ketemu bebep yuyun dong" ucap Justin.
"Yan yun yan yun, bibir lu manyun" ledek Vero.
"au nih, mimpi lu dapetin dia haha" sambung Sebastian.
"ya kan kali aja gue bisa da---" ucapan Justin kepotong karena Leon dan Edgar pergi meninggalkan mereka bertiga.
"elu si ngomong mulu, ditinggal kan tuh" celetuk Vero dan langsung menyusul langkah Leon dan Edgar bersama Sebastian.
"kok gue ditinggal si, tungguin dong" ucap Justin.
Mereka berlima langsung menuju sebuah bangunan yang memang dirancang khusus untuk tempat peristirahatan Leon dan Edgar jika lelah yang diubah menjadi markas.
"korek mana korek?" tanya Vero.
"noh di warung" jawab Justin.
"nih gue ada" Sebastian memberikan korek api pada Vero.
"yah payah, udah abis isinya ini mah" ucap Vero.
"baru kemaren beli padahal, anak-anak kali make" ucap Sebastian
"lo gadoin kali bas" ledek Justin.
"lo kira gue apaan gadoin begituan" balas Sebastian.
"udah beli aja jangan kaya orang susah deh" ucap Vero.
"siapa yang mau beli?" tanya Justin.
"gue" celetuk Sebastian.
"gue ikut" sambung Vero.
"gue juga deh" lanjut Justin.
"nih Aa Aa ada yang mau nitip ga? diem aja dari tadi" ucap Justin pada Leon dan Edgar.
"eeh jawab atuh, diem aja" ucap Justin lagi.
"udah tau si pak ketua dan wakilnya lagi hemat ludah, malah lu ajak ngomong" sambung Vero.
"udah ayo ah, udah asem juga nih mulut" ajak Sebastian.
Mereka bertiga pun pergi menuju warung depan sekolah. Tak ada yang melarangnya karena takut berurusan dengan Gramon.
Edgar yang sedari tadi asik bermain ponselnya, kini harus pergi ke belakang karena ada telepon dari kekasihnya. Edgar memang selalu menutupi kepribadiannya.
Kekasih Edgar adalah siswi SMA Pelita Bangsa. Edgar sengaja menjadikannya kekasih agar bisa menjadi mata mata. Pintar bukan?
Tinggal Leon yang ada diruang utama. Entah apa yang ada dipikirannya. Tak lama, tiba-tiba...
"assalamualaikum jangan?" ucap seorang gadis yang tiba tiba masuk ke markas Gramon. Leon hanya diam menanggapi gadis itu.
"kristen ya? makanya gamau jawab?" tanya gadis itu lagi. Dan Leon kembali diam menanggapinya.
"ouh iya bener ini mah kristen" celetuk gadis itu.
"berisik" ucap Leon.
"eh ngomong, kirain selain kristen, kamu juga gagu" ucap Gadis itu membuat Leon menghampirinya.
"lo mao keluar sendiri? apa gue panggil satpam?" tanya Leon.
"eh bentar atuh, mau tanya?" ucap gadis itu.
Leon hanya mengangkat dagunya."ini ruang kepala sekolah bukan si? bingung saya ei" tanya gadis itu.
"lo galiat disini ada ada bungkus rokok, ada kulkas, ada game, ada kasur" ucap Leon.
"oh bukan ruang kepala sekolah. Kost kostan ya berarti?" tanya gadis itu lagi.
"udah ya? sekarang lo keluar dari sini" balas Leon.
"gamau, anterin dulu keruang kepala sekolah"
Leon yang mendengar nya langsung membalikan badan dan melangkah menuju sofa.
"eh tunggu, ruang kepala sekolah nya disana?" tanya nya lagi.
Leon tetap melanjutkan langkahnya. Lalu duduk di sofa.
"ih katanya mau anterin, ayo ih" rengek gadis itu menarik tangan Leon.
"siapa bilang" tanya Leon.
"emm- gaada si" jawab gadis itu.
"ada apa sih ribut ribut, keganggu tau" ucap Edgar dari ruang belakang.
"ini siapa, cewe lu?" tanya Edgar.
"lo gila apa gimana? lo liat aja penampilannya, gabakal gue pacaran sama model beginian" ucap Leon. Jika Leon sudah berdua sama Edgar, memang sikap dinginnya mulai terkikis. Berbeda jika sedang mengumpul.
"iya sih, terus nih cewe, siapa?" tanya Edgar. Leon hanya mengangkat kedua pundaknya.
Tiba tiba Justin, Vero, dan Sebastian masuk kedalem ruangan.
"aduh eh aduh, diem diem pak ketua suka ngegengbeng ya?" tanya Justin.
"kalo ngomong di ayak woy" seru Vero.
"ini siapa pak ketua?" tanya Sebastian.
"lo bawa ni cewe keruangan Pak Jamrud" ucap Leon.
"nah iya tuh namanya Pak Jamrud, dimana ruangannya? pasti kalian bertiga disuruh pak.. pak.. pak siapa itu?"
"jamrud" jawab Justin.
"nah iya, benerkan? iyakan?" tanya gadis itu.
"udah lo bawa aja nih ke ruang Pak Jamrud, lo bungkus kek terus kasih kucing" ucap Edgar.
"eh dikira ikan kali" ucap Vero.
"yaudah ayo neng ikut abang" ajak Justin.
Gadis itu akhirnya mengikuti Justin menuju ruang Kepsek.
"sampah" bisik Leon dengan suara kecil.
-
-
-
-
-
-
-
-Okeeee. Gimana ni? seru ga? tinggalkan jejaknya. Vote/Komen. Jangan lupa follow instagram gue @fyckviin.