TYPO MY TYPE_
🌹🌹🌹
Angin lembut membelai kulit Jeno, ia tengah duduk di bawah pohon rindang sangat nyaman dengan pemandangan terindah. Di atas pahanya ada buku gambar dan pensil, dia sangat suka menggambar apalagi objeknya adalah pria yang tengah tersenyum itu.
Mata Jeno asyik menikmati langkah lelaki rupawan yang kini mendrible bola basket. Rambutnya berterbangan tertiup angin, sangat tampan. Lagi Jeno memuji tanpa berhenti. Lalu tangannya kembali bergerak di atas kertas gambar, menggoreskan pensil membentuk kurva indah.
Dalam pandangannya, Mark Lee-pria itu sangatlah sempurna. Besar bersama membuatnya sangat mengenal Mark, membuatnya menyimpan lebih banyak rasa dan luka. Mark tidak sepertinya, lagi pula Mark itu sangat populer dan digilai banyak gadis. Siapapun yang melihat pasti langsung terpana, lantas banyak anak lelaki lain yang iri, tak sedikit juga yang numpang pamor. Namun, Jeno tidak.
Dibandingkan Mark yang ibarat seorang pangeran, maka Jeno bukanlah siapa-siapa. Ia hanya beruntung karena Mark masuk dalam list sepupunya. Marga mereka sama, omong-omong. Jeno Lee dan Mark Lee.
Itu fakta menyakitkan, sudah dikatakan di awal kan jika semakin Jeno mengenal Mark maka luka hatinya semakin dalam. Dia mendamba seseorang yang sudah di pastikan bukan untuknya. Terlalu banyak hal terlarang yang harus jeno langgar dan Mark belum tentu mau menerima cintanya. Bukankah itu menyakitkan?
Jeno tak mengapa hanya memiliki rasa ini sendiri, pun hanya penikmat senyumnya dari jarak jauh. Walau sering ia berandai Mark suatu hari nanti berada di sampingnya, menggenggam tangannya dan mengucapkan kata cinta yang manis. Namun Jeno sadar itu hanyalah sebuah keinginan miliknya, hayalan tak mungkin tentang cintanya pada Mark Lee.
"Jeno!"
Seseorang datang, dan Jeno langsung tersenyum ke pada orang itu. Wajah pria itu tampak khawatir, ia menilik pada buku gambar Jeno. Lalu ia membuang nafasnya kasar dan ikut duduk di samping Jeno. Sementara Jeno kembali memfokuskan pandangannya.
"Kau jangan sering menghilang, Jen."
"Aku tidak menghilang, Jaem. Kau tahu pasti di mana aku saat istirahat tiba."
Pria itu Jaemin, sahabatnya yang tahu semua kebenaran tentang perasaannya.
Jaemin menyenduh. "Tapi kami sangat mengkhawatirkanmu, jika kau ingin pergi setidaknya ajak aku agar menemanimu."
Jeno menoleh kemudian menggeleng. "Kau itu cerewet."
"Renjun?"
"Lidahnya terlalu tajam."
"Haechan-"
"Dia sangat berisik."
Jaemin menghela nafas, tak akan berguna mengajak Jeno bicara. Kemudian hening, Jaemin ikut memandang yang Jeno pandang, dia tersenyum miris. Ada rasa lelah dan kesal melihat keadaan Jeno sekarang, ia menoleh melihat Jeno yang kini beralih fokus ke gambarannya. Bosan rasanya ia mengingatkan Jeno, hey ini bahkan sudah 5 tahun berlalu dan lelaki manis itu masih di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Halu [MARKNO]
FanfictionSenyumanmu, yang indah bagaikan candu Ingin trus ku lihat walau dari jauh... MARKNO FANFICTION BOYSLOVE ___ 200420