Tiga

490 91 7
                                    

Jeo memarkirkan motornya didepan warung kopi tempat dia biasa nongkrong, duduk dan memesan segelas kopi hitam, bibirnya sibuk menghisap sebatang nikotin. Jeo mengambil handphone, berniat mengabari teman-temannya dan menyuruh mereka datang untuk sekedar menjadi teman cerita.

Pikirannya menerawang, menilai apakah dirinya salah atau tidak. Jeo orang yang keras kepala dan egois, dia akui itu. Tapi bukan berarti dia orang yang gampang mengambil keputusan, oleh karena itu dia menyuruh teman-temannya datang untuk meminta pendapat.

Hingga akhirnya datang dua orang lelaki, satu dari mereka memiliki warna rambut blonde dengan leather jacket, terlihat seperti cowo brandal pada umumnya. Sedangkan yang satu memakai hoodie dengan wajah tampan namun terlihat jutek, mereka mengahimpiri Jeo dengan si blonde yang menepuk bahu Jeo keras.

"Woi! Kusut amat, muka apa keset welcome?" Si rambut blonde atau yang biasa dipanggil Bagas tertawa, wajah Jeo memang terlihat suram.

Sedangkan Denan, pria dengan hoodie itu lebih memilih menyalakan rokok setelah mengambil sekaleng minuman soda.

"Kenapa lo? Ga usah belaga galau macem betina, muka lo ga ada pantes-pantesnya" Denan bersuara, omongannya selalu tajam dan tak pernah disaring, membuat Jeo mendelik dan melayangkan geplakan ke kepala Denan.

"Songong lo, goblog!"

"Udahan woi! Je lo kenapa? Ada masalah sama siapa?" Bagas menengahi, kalo di diamkan Jeo dan Denan tidak akan berhenti berdebat, tidak tau malu dasar.

"Tisa" jawab Jeo singkat

"Tisa kenapa? Selingkuh? Wajar sih, dia udah muak ama lo" Denan berujar acuh, membuat Bagas tertawa sedangkan Jeo wajahnya semakin muram.

"Mulut lo pedes amat Nan, cabut aja sono lo!" Usir Jeo

"Wuih santai~ serius udah yo serius" jawab Denan

"Tisa kenapa Je?" Bagas kembali bertanya

"Dia salah paham sama gua karena gua balapan, dia ngerasa ga dihargain sebagai cewe gua, yang paling bikin gua kesel adalah dia ngebales gua dengan pergi ke acara musik sama si Sina tanpa ijin dari gua. Ga ada pahamnya banget anjir, gua udah minta maaf padahal."

"Bukan salah Tisa kalo dia ga minta ijin lo, lo balapan aja ga minta ijin dia Je"

"Ga gitu Gas, gua balapan karena hobby, lha Tisa? Nonton begituan ngapain anjir, mana banyak cowo gatel" Jeo kembali menggerutu, mengeluarkan kekesalannya.

"Lo kata kalo lo balapan ga banyak cewe gatel? Percaya sama Tisa Je, dia sayang banget ama lo. Lo harus bisa ngehargain orang Je, jangan cuma mau dihargain" Denan memberi pendapat, sedikit banyak dia paham bagaimana hubungan Jeo dan Tisa.

"Lagian lo seneng amat dah ngejalin hubungan? Udah tau cewe ribet, mending sekedar pake main aja Je." Bagas tertawa atas perkataannya sendiri.

"Gua bukan lo ya! Fuck boi modal nge-cat rambut aja gaya lo selangit!"

"Biar aja biar Je, ntar juga kelaminnya ilang orang begini mah" ucapan Denan sontak membuat tawa mereka pecah.

"Sembarangan lo!" Bagas berucap amit-amit

"Btw thanks ya, gua cabut dulu boi" Jeo merapihkan rokok serta koreknya, melakukan tos khas lelaki dengan Bagas dan Denan setelah itu pergi, sebelum suara Bagas mengintrupsi langkahnya.

"Je kopi lo ga diminum?" Bagas sedikit mengeraskan suaranya

"Ga, buat lo aja, sekalian bayar" Jeo tertawa keras, menaiki motornya dan pergi meninggalkan Bagas yang sibuk mengumpat.

Jeo ingin pulang ke apartment nya, tubuhnya sedikit lelah. Dari semalam setelah balapan dia tidak tidur, dan pagi nya berkunjung ke rumah Tisa, niat hati ingin jalan-jalan yang terjadi malah adu mulut.

Black RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang