"Ssh, pelan pelan, Ay"
Ayza menatap sendu Ravin sembari berkutat mengobati luka di pelipis laki laki itu. Untuk yang kesekian kali nya Ravin harus berkelahi dengan orang yang menjadi lawan saingan nya untuk mendapatkan wanita yang di cintai laki laki itu, Navira Alwira.
"Brengsek, Jero, brengsek. Dia bener bener gak terima gue jalan sama Navi, Ay. Padahal gue dah siapin mateng mateng acara ini " cerita Ravin tentang kejadian malam tadi. Kencan yang Ravin susun untuk Navi dengan bantuan Ayza cukup membuat Ayza paham bagaimana sulitnya tersenyum gembira untuk yang kesekian kali demi kebahagiaan sahabat nya itu.
"Gue balik dulu. Nanti tinggal minta Mbak Nila buat ganti perban sebelum lo berangkat sekolah besok pagi, dan gak usah jemput gue " Ayza langsung mengambil tas nya. Pusing dan sesak rasanya mendengarkan semua cerita itu disaat kepalanya sudah pening dengan tugas sekolah dan rumahnya.
"Yah, Ay. Bentar dulu kenapa si, gue masih mau cerita banyak"
"Ini udah malem, Vin. Gak usah manja."
Panggilan teriakan Ravin ia abaikan dan langsung keluar dari kamar Ravin dan turun menuju tangga keluar dari rumah mewah sepi itu, kedua orangtua Ravin belum pulang dari Dinas mereka, bukan suatu hal yang aneh untuk Ayza yang hampir 3 tahun ini selalu ada untuk Ravin yang turut sering bertamu kerumah mewah itu.
Menelusuri jalanan sepi untuk kembali kerumahnya tepat di belakang seberang rumah Ravin. Iya, Ayza memang bukan datang dari kalangan mewah seperti Ravin. Ia hanya anak dari seorang Ibu dengan bisnis catering kue yang ia syukuri mampu membiayai hidup mereka, walau tanpa seorang Ayah.
Berjalan untuk merenung mengingat perjalanan cinta nya ternyata tidak seindah yang ia pikir. Bukan hal yang baru bahwa fakta Ravin yang begitu menyukai Navira Alwira. Gadis dengan rambut gelombang cantik, anggota ekskul badminton yang banyak dikagumi laki laki di SMK nya. Bukan hal baru pula bahwa Ayza adalah pendengar Ravin tentang semua kekaguman yang diutarakan laki laki itu.
Sampai nya ia dirumah, membuang perasaan kalut itu yang kesekian kalinya untuk menyambut sang bidadari yang menunggu nya untuk menerimanya dalam pelukan hangat itu, Ibu.
🌦
"Ay, Ayza"
Panggilan dengan teriakan itu terdengar dipenjuru koridor yang membuat ia berbalik untuk menunggu laki laki yang setiap waktunya hanya bisa memporak porandakan hatinya itu.
"Berisik tau gak si, Vin. Masih pagi tau gak "
"Iya maaf. Nanti pulsek bantuin gue ya"
"Masakin lo lagi?"
"Bukan, tolong ban..."
"Bantuin bersihin rak buku lo lagi ?"
"Buk..."
"Temenin lo milih kolor yang kekecilan lagi" potong Ayza untuk yang ketiga kalinya membuat Ravin jengah hingga setengah berteriak...
"BANTUIN NYAMPULIN BUKU, AYZA"
Gemerlak tawa terdengar di penjuru koridor membuat Ayza mau tidak mau ikut tertawa dengan Ravin yang memerah karena perkataan Ayza tersebut yang sungguh memalukan terdengar oleh teman nya yang lain.
Kolor? kekecilan? SIAL.
Hal pribadi itu memang hanya Ayza yang tahu karena Ravin kerap meminta bantuan untuk yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mau Jadi Kita ?
Teen FictionAyza dan Ravin Kata mereka "Kalian sahabatan nya aneh" Iya aneh banget, Mereka disukai banyak teman teman di Sekolah, Murid baik dan selalu membawa energi positif untuk sekitar mereka. Tapi... Ravin selalu berjalan menuju Navi, cewek lugu nan kale...