Hellow!!!
Masih Gusti Pov
“Eh iya kak, Gusti.” Gue mengambil tangan kakaknya Kai yang tertutupi oleh mukenah. Kakak Kai pun melepaskan mukenahnya dan mengambil tasnya yang terletak diruang tamu, yang literally dibelakang gue, hehe.
“Udah shalat?” Tanyanya dengan senyuman yang sangat indah itu.
“Lagi ada tamu.” Jawab gue ikut-ikutan lembut.
“Yaudah gue duluan ya, KAI KAKAK PERGI DULU YA! KUNCI BAWAK AJA NANTI KAKAK BALIK LANGSUNG KETEMPAT MAMA SOALNYA.” Lah buset ternyata kagak kemayu kakaknya si Kai, malahan barbar juga kayak gue…
“Loh kak mau kemana? Balik kerja?” Kai memunculkan dirinya dengan sarung yang ia kalungkan di leher, dan rambut basah khas selesai wudhu.
Dengan segera gue memalingkan wajah gue yang bersemu merah dan menghindari kontak mata dengan Kai.
“Iya nih, yaudah jangan balik kemaleman lu bawak anak orang. Kalo kenapa-napa telpon nomor ini ya, ini nomor kakak.” Kak Chungha menggenggam tangan gue sebelum akhirnya keluar dari rumah dengan tergesa-gesa.
“Gue shalat dulu, kalo mau minum ambil aja ya didapur sendiri.” Tunjuk Kai kearah belakang kamarnya yang merupakan dapur.
“Iya buruan ih.” Gue mendengus kesal.
Saat Kai shalat, gue lebih memilih untuk duduk diteras depan rumahnya dan bermain dengan kucing peliharaannya yang jumlahnya lumayan banyak, 8 ekor.
Duk!
Sebuah bola melintas didepan gue tanpa tau datangnya darimana. Gue ambil bola tersebut dan melihat kearah sekitar untuk mencari tau pemiliknya.
“Kak disini.” Gue mendengar suara anak kecil yang tepat berada didepan gue. Gue cukup heran, datang darimana anak kecil ini.
Kisaran umur 9 tahun berpakaian baju lusuh dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Gue pun menyamakan tinggi gue dengan dia dan memberikan bola tersebut.
“Nih bolanya.”
“Makasih kak, aku pulang dulu ya. Sampaikan salamku ke Bang Kamal.” Ia menunjuk kamar Kamal yang bisa diliat dari luar rumah, setelah itu ia berlari kecil dan pergi dari pandangan gue. Ucapan adek tadi membekas dipikiran gue, siapa dia?
“Gus ni baju kakak gue, apa mau pake hoodie aja?” Tanya Kai setelah selesai shalat.
“Hoodie aja deh, gue bawa celana juga lagian.” Gue menjawab seraya berdiri dihadapan Kai yang masih menggunaka sarung lengkap dengan megalungkan sejadah dileher dengan tujuan yang tidak diketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable | Hyuningkai
FanfictionSaling mengenal tetapi tidak mengetahui satu sama lain. Terkadang apa yang ada tidak akan selalu menjadi milik kita, begitu juga dengan ia. Hadirnya pangeran kedua, membuat diriku mematahkan 'perkataan' yang sering diucapkan oleh khalayak ramai.