Prolog

72 14 3
                                    

Cinta harus saling memiliki, jika saling memaki. Itu bukan cinta,melainkan hina.

Dunia ini terasa milik diriku sendiri, ketika aku harus menerima kenyataan bertemu dengan beberapa pria yang tidak jelas arahnya. Tapi, aku mencoba menentukan jalan hidup yang ingin mereka tempuh. Ya, selebihnya begitu.

                       ***
"Ehh... lu punya mata gak sih?" tanya Karin sembari tertunduk memaki orang yang telah menabraknya.
"Maaf gue gak sengaja" dengan sangat santai, cowok hanya berbicara seperti itu.
"Lain kali, punya mata di pake bukan cuma di pasangin aja!" ujar Karin dengan kesal.

                     ~~~

Di sebuah koridor kanan sekolah, terlihat seorang perempuan tergeletak entah kenapa. Aku bergegas menuju tempat itu, karena siapa tau itu orang yangku kenal. Aku langsung membawa pergi ke UKS sekolah, karena bila aku membawanya ke klinik akan termakan waktu yang sangat mubazir.

Setelah Evan menyadari, bahwa perempuan yang ia bawa ke UKS itu adalah perempuan yang kemarin tidak sengaja ia tabrak, karena dengan teledor Evan tidak sadar ada perempuan di hadapannya yang sedang jalan kaki.

"Lo! ngapain lo di sini?!" tanya si Karin sambil uring-uringan.
"Eh lo harusnya bilang makasih ya sama gue, karena gue udah bantuin lo. Bukannya gue pamrih ya, tapi setiap cewek yang dibantuin sama gue selalu aja begini. Sama kayak lo!" ujar Evan sembari mengerutkan sebelah alisnya.
"Emangnya gue kenapa?" tanya Karin sembari mengelus ngelus kepala yang masih terasa pusing, akibat ia pingsan tadi.
"Lo tadi pingsan di Koridor, dan gue bawa lo kesini. Lo emang gak ngerasain hal aneh gitu sebelum lo mau pingsan?" tanya Evan dengan nada santainya.
"Ya, mana gue tau. Kan gue gak sadar dan gak punya firasat apa-apa," jawab Karin sambil menggaruk kepala yang tak gatal.
"Ya elah, dasar si naif. Kalo gitu gue gak bantuin aja sekalian," gumam Evan sembari ngedumel yang tak baik-baik.
Sahut Karin tiba-tiba dengan mendongakkan badannya. "Lo kok diem sih gak liat apa gue susah buat bangun?"
"Ya terus, gue harus ngapain lagi? gue udah bantuin lo, terus lo malah uring-uringan gak jelas begini. Kayak anak SD aja!" jawab Evan sembari belum menyadari bahwa Karin ingin di bantu untuk bangkit dari tidurnya.
"Gue mau bangun, gue mau pulang! Gue harus pulang, sekarang juga! Lo denger gak gue bicara apa?" Teriak Karin kepada Evan, karena ia ingin segera bergegas pulang untuk menemui Ibunya yang tengah sakit berat.
Ketika Karin akan menuju pintu UKS, tiba-tiba Evan menahan perjalanan Karin.
"Hey, tunggu.." sahut Evan sembari memegang sebelah tangan Karin.
Karin mengibaskan tangannya. "Apalagi si?!"
"Gue mau niat baik, anterin lo pulang. Kenapa lo malah nyolot gitu sih?" ujar Evan dengan kesal.
"Yaudah cepetan kalo lo mau anterin gue, cepet!!"  perintah Karin.
"Ya elah, sabar kali ah."

Sepanjang jalan keheningan terus mendatangi mereka berdua. Evan melihat kondisi Karin yang terlihat murung dan tidak berdaya pun ngedumel "Ini cewek kenapa sensitif banget sih, dari tadi gue niat akan selalu baik. Tapi, ah mungkin sedang banyak problem."

Evan membuyarkan keheningan mereka berdua dengan berdehem. "Ehm, btw nama lo siapa ya?"
"Emmm? iya kenapa?" sahut Karin dengan sedikit merasa pusing, karena efek pingsan tadi.
"Gue nanya, nama lo siapa?"
"Oh, nama gue Karina Putri Priangga Lo bisa panggil gue Karin," ucap Karin menjawab pertanyaan dari Evan.
"Oh, Karin, " sahut Evan sambil melirik wajah oval milik Karin.
Lagi-lagi Evan ingin bertanya kepada Karin, tetapi telah tercengang oleh Karin. "Eh?"
"Apalagi sih?" sahut Karin dengan sensi.
Evan terus saja bergumam. "Tuhkan, udah gue kira dia bakal sensi. Padahal gue mau nanyain rumahnya, kalo gue pedofil abis dah dia."
"Gue mau nanya rumah lo, lo mau gue bawa ke rumah kosong hah?! " jawab Evan dengan kesal.
Karin bangkit dari tidurnya yang sekejap. "Eh iya iya, maafin gue. Gue masih pusing soalnya, lagian lo dari tadi bawel banget sih. Tuh, tinggal belok kanan nanti lo berhenti di depan rumah yang warna putih," jawab Karin dengan sedikit malu, karena dirinya merasa ngegas terus.

New edit guys, bantu vote and coment ya!  Biar aku semangat buat lanjutin nulisnya.

Happiness Heart [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang