Sore ini, aku pergi ke supermarket untuk bekerja paruh waktu. Karena aku memang butuh uang. Dan saat perjalanan pulang, aku menemukan poster yang tertempel pada dinding. Akan diadakan kompetisi sains di Seoul. Dan pemenangnya akan di liput ke media.
Ini adalah salah satu kesempatan ku untuk menunjukan kelebihan ku. Dan jika pemenang akan diliput ke media, maka ibu dapat melihatku, menjadi seorang jenius. Dan menunjukan pada si brengsek itu bahwa aku layak untuk di anggap anak olehnya.
Hari ini adalah hari dimana kompetisi sains di mulai, aku membuat percobaan yang mampu membuat mereka tercengang. Yang berhubungan dengan tegangan listrik. Pada akhirnya aku menjadi pemenang, aku berharap media meliputnya dan ibu dapat melihat keberhasilan ku.
Disaat aku menonton TV, acara tentang kompetisi ku hanya diliput sebentar bahkan tidak sampai lima menit, pembahasan pemenang kompetisi sains di Seoul. Bahkan dalam surat kabar, hanya terpampang fotoku yang sebesar dua kali empat sentimeter. Bertuliskan keterangan 'pemenang kompetisi sains dan termasuk paling muda di antara peserta lainya' .
Bukanya membahas soal kemenangan ku, media malah membahas tentang seorang anak di bawah umur yang membunuh 3 anggota keluarganya. Kenapa berita yang seperti ini malah menjadi sorotan. Apakah jika aku melakukan ini, aku akan menjadi sorotan di mana mana, dan liput di berbagai media.
Dan mulai sekarang aku memutuskan, untuk menggunakan kejeniusan ku untuk melakukan percobaan pembunuhan.
>>
Aku memandang seorang anak laki laki yang sering di bully, dia sedang mencorat-coret bukunya dengan tulisan 'mati kalian' .
Aku mulai berpikir kalau anak ini depresi. Dan aku berencana untuk mengajaknya melakukan percobaan pembunuhan.Saat istirahat tiba, anak itu pun masih saja duduk diam dan mencorat-coret bukunya dengan kalimat yang sama. Aku mendekatinya, dan meracuni pikirannya.
"Hei" dia tidak merespon ataupun menoleh kearahku, tapi itu tidak membuatku putus asa.
"Aku tahu kau sangat tertekan, maka dari itu aku mengajakmu untuk melampiaskan kekesalanmu" wajahnya berseri, kepalanya mendongak.
"Bagaimana caranya?" Dia mulai membuka mulutnya.
"Kita akan mulai dengan anak guru itu" kataku sambil menunjuk guru Jang, yang kebetulan berlalu di depan kelas Kami.
"Bagaimana?"
"Hari ini bertemu di alamat ini" kata ku sambil menyodorkan alamat rumahku. Dan Jeno hanya mengangguk. Dan aku meninggalkan nya dengan senyum beringai.
Ya, anak itu bernama Lee Jeno. Anak yang selalu di bully karena dia sedikit autis, tapi kenapa orang tuanya menyekolahkan anak autis di sekolah umum. Bodoh memang. Dalam pandangan ku sekarang, semua orang yang ada di dunia ini bodoh, hanya akulah yang pintar dan Jenius.
-tbc
Maaf alurnya kacau
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PURPOSE
Teen FictionHidup seperti orang bodoh? Mungkin hanya kalian saja. Tidak denganku.