TLWT #00

745 88 20
                                    

"Jimin, lepaskan dulu! Kau mau telat bekerja?" Seulgi berusaha melepas lilitan lengan Jimin yang melingkar di pinggangnya. Tapi bukannya melonggar, dekapan Jimin malah semakin erat.

"Jimin, bukankah kau ada rapat penting siang ini? Cepat bangun dan jangan malas-malasan," ujar Seulgi. Ia mengusap lengan Jimin, meminta agar suaminya yang manja itu membiarkannya beranjak dari ranjang.

Baru dua bulan berumah tangga, dan Seulgi sudah tahu kebiasaan Jimin yang sering bermalas-malasan di pagi hari. Pria iu akan sangat sulit untuk dibangunkan. Apalagi saat musim hujan seperti sekarang. Jimin akan menghabiskan waktunya di ranjang hingga jam 9 pagi, lalu berangkat ke kantor terkadang saat jam makan siang.

"Bangun, ya. Sebentar lagi pukul 07.00. Kau harus mandi dan bersiap-siap ke kantor." Seulgi mengangkat wajah Jimin lalu mencium dagu suaminya. "Kau tidak mau bekerja?"

Jimin menggeliat lalu menyerukkan wajahnya di leher Seulgi. "Malas, Seul," gumamnya serak.

"Jangan seperti itu! Kau baru saja diangkat sebagai CEO sah! Seharusnya kau belajar lebih giat, bukannya malah malas-malasan seperti ini. Nanti kalau aku hamil dan melahirkan, anak kita mau makan apa kalau Ayahnya malas bekerja?"

"Hartaku tidak akan habis tujuh turunan," ujar Jimin tak acuh. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. "Kita tidur lagi 10 menit. Di luar hujan. Aku libur saja."

"Tidak bisa begitu, Jim." Seulgi menyibak selimut lalu memakai pakaiannya yang berceceran di lantai. "Aku mau mandi. Kau tidur saja, asal jangan sampai siang."

"Hemm." Jimin menggeliat, lalu membuka matanya.

Seulgi beranjak dari ranjang dan membuka laci mejanya, mengambil kantong plastik berisi benda yang entah apa, lalu berjalan kecil menuju kalender yang menggantung di dinding sebelum mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

"Sudah telat satu bulan lebih," gumam Seulgi sedikit terkejut lalu tatapannya beralih pada kantong plastik yang dia pegang, lalu segera menuju ke kamar mandi.

Selepas mandi dan melakukan aktivitas lainnya di dalam kamar mandi, Seulgi keluar dari dalam kamar mandi sambil mengulum senyumnya.

"Masih belum bangun?" tanya Seulgi. Ia meraih hairdryer untuk mengeringkan rambut panjangnya yang basah.

Seulgi berdecak kesal saat melihat Jimin masih bergelung dalam selimut. "Kau yakin tidak akan bekerja?"

"Hem. Perutku mual," ujar Jimin serak.

Seulgi langsung menoleh dan sedikit terkejut, "K-kau yang mual? Mau aku ambilkan minyak kayu putih?"

"Tidak perlu. Aku akan bangun dan segera siap-siap."

Seulgi mendesah lalu mengganti bathrobe-nya dengan pakaian santai.

"Cepat mandi, aku akan membuatkan sarapan untukmu," ujar Seulgi sambil meletakkan bathrobe-nya.

Jimin mengangguk dan memilih untuk menuruti perintah istrinya itu.

Seulgi langsung keluar dari dalam kamar dan menuju dapur.

Tidak perlu banyak waktu untuk Seulgi menyiapkan sarapan pagi. Lama tinggal di apartemen seorang diri dulu mengharuskan Seulgi mandiri dan mengurusi sendiri asupan dirinya. Seulgi tidak sembarang membiarkan makanan masuk ke dalam tubuhnya dan itu juga yang membuat dirinya memilih memasak makanan sendiri daripada membelinya diluar. Dan kini akan Seulgi terapkan hal itu untuk dirinya dan Jimin.

Sarapan pagi sudah siap dan berjejer rapi di atas meja makan. Dan tepat saat Seulgi melepas apron yang selama memasak tadi melekat di tubuhnya, Jimin akhirnya tiba dengan setelan pakaian kerjanya.

THE LIES WITHINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang