1. Anak Baru

1.3K 117 14
                                        

Jangan lupa vote, comment and share!

Bacanya pelan-pelan aja, ya?

Selamat membaca, dear beloved readers!

***

"Liana."

Meneriaki Liana seperti sudah menjadi rutinitas Alini tiap pagi. Adik perempuannya itu memang susah bangun pagi. Untung sayang, pikir Alini.

"Liana Ayesha, kamu belum selesai siap-siap?" teriak Alini sambil mondar-mandir di bawah tangga.

"Aku bisa telat ke rumah sakit, Li. Aku mau ada observasi pagi ini."

Alini kembali ke meja makan, mengolesi beberapa lembar roti yang sudah dibakar sebelumnya sembari menunggu Liana.

Alini melirik jam di pergelangan tangannya kemudian berdecak. Liana lama sekali, sedangkan Alini tidak boleh terlambat. Maklum saja sebagai koas jadwalnya sangat padat, apalagi ia ada observasi pagi ini.

Derap langkah kaki menuruni anak tangga mulai terdengar. Liana mulai terlihat.

Liana tersenyum canggung. Takut kena marah dan jatah uang jajannya berkurang. "Maaf kalau kakak jadinya nunggu lama. Lagian kak Lini juga buru-buru banget sih pagi ini."

"Ya kan kakak juga udah bilang dari semalam Li. Hari ini berangkatnya lebih pagi, biar nggak kena macet terus karena kakak juga ada observasi pagi ini," jelas Alini.

Liana lupa perihal itu, padahal semalam Alini sudah beberapa kali mengingatkan kalau mereka akan berangkat lebih awal.

Alini kemudian menatap Liana dengan tatapan menyelidik. "Kamu begadang semalam?"

Dengan cepat Liana menggeleng. "Nggak kok kak."

"Sedikit sih."

Alini terkekeh. "Sedikit begadang tuh konsepnya gimana?"

Liana ikut tertawa. "Ya gitu deh kak."

"Ya udah. Kamu jangan kayak gitu lagi. Jangan keseringan begadang, nggak baik buat kesehatan."

"Ini juga kan hari pertama kamu di sekolah baru, kamu harus bisa menyesuaikan. Sedikit banyaknya pasti beda dari sekolah kamu di Medan."

"Nilai kamu harus bagus ya Li. Berat buat papa sama mama untuk lepasin kamu biar bisa pindah sekolah di Jakarta. Jadi kamu harus manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik mungkin. Buat papa, mama, kakak sama diri sendiri bangga."

Ya bagian itu benar. Awalnya Liana tidak diizinkan untuk pindah ke Jakarta. Maklum saja, Liana itu anak terakhir dalam keluarga. Kedua orang tuanya menilai bahwa Liana masih belum mandiri. Untuk itu butuh banyak waktu, negosiasi dan proses yang panjang sehingga Liana diizinkan untuk tinggal dan bersekolah di Jakarta.

"Siap komandan," celetuk Liana dengan posisi hormat.

Meski meresponi nasihat Alini dengan celetukan lucu, tapi sedikit banyaknya Liana setuju. Ia harus punya prestasi dan masa depan yang cemerlang. Bukan apa, selama ini kedua orang tuanya bekerja dengan susah payah guna memberikan Liana dan Alini kehidupan yang layak.

Bukti nyata dari segala usaha itu, kini Liana dan Alini bisa hidup nyaman dengan segala kelimpahan dan fasilitas.

Alini menggeleng kemudian tertawa. "Mau heran tapi Liana."

"Kak Lini, Li."

Gadis cantik berbalut seragam yang sama dengan Liana menghampiri keduanya. Namanya Tira Lestari, sepupu Alini dan Liana.

WHAT IF? [REVISI - SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang