"Tolong perlakukan jaemin dengan baik ya"
Selalu saja dia bertindak seperti itu padaku ketika hendak berangkat kerja untuk di tugaskan di luar kota.
Aku tersenyum dan memeluk hangat tubuhnya "Anak kita lebih tepatnya"ujarku meneruskan perkataan awalnya tadi.
Ia mengeratkan pelukannya di tubuhku."Ayah,bunda"
Kami terkesiap ketika suara bocah yang berumur 5 tahun yang sangat familiar memanggil kami.
Ia berdiri di ambang pintu dengan baju piyama pink yang masih ia kenakan.Ia berlari dan memeluk kaki ayah nya dan merentangkan tangannya mengisyaratkan ingin di gendong.
Ayahnya tersenyum lalu mengabulkan permintaan bocah itu dan menggendongnya.
"Jaemin,kok udah bangun?" Tanya ayah nya sambil mengunyel pipi lentur jaemin.
Bukannya menjawab,jaemin malah menatap ayahnya dan mengerjap kan matanya beberapa kali.
Aku dan suamiku tertawa melihat bocah yang semakin hari semakin lucu dan menggemaskan ini.
Ia pintar,di usianya yang masih balita ia sudah bisa membersihkan kamar tidurnya sendiri dan membereskannya."yaudah,aku mau lihat keadaan jeno dulu ya" ucapku ketika aku sudah selesai membereskan pakaian kedalam koper untuk persiapan suamiku selama beberapa minggu bekerja di luar kota.
"Bunda ikut" ucap jaemin sambil menggerak gerakkan kakinya minta di turunkan dari gendongan ayahnya.
Ayahnya yang mengerti akan hal itu,langsung tersenyum dan membiarkan putra nya itu turun dan mengikuti bundanya.
Aku langsung menuntun tangannya dan berjalan menuju kamar mereka.
Aku memiliki dua anak pintar dan tampan.
Anak pertamaku jeno yang sangat keras kepala tapi sangat penurut pada ayahnya.
Dan anak keduaku jaemin yang sangat lemah lembut dan pintar.Aku memasuki kamar mereka dan ada jeno yang tengah berbaring dengan plester penurun demam yang masih ia kenakan di dahinya.
Sudah 2 hari jeno sakit akibat melihat kucingnya meninggal.
Jeno adalah pecinta kucing, ketika kucing peliharaan nya sakit, ia pun ikut sakit, ketika kucing nya kelaparan ia pun ikut tak makan dan membiarkan perutnya lapar. Dan sekarang kucingnya meninggal ia merasa separuh jiwanya pun ikut pergi.Aku melepaskan plester penurun demam yang menempel pada dahinya dan menyentuhnya untuk memastikan suhu tubuhnya.
Jaemin hanya menatap kakak nya bengong
Dan menatapku dengan tatapan meminta penjelasan."gimana keadaan jeno bun?" Tanya jaemin polos.
Aku tersenyum dan mengangguk "Udah mendingan ko" aku mengelus rambut kusut khas bangun tidurnya itu.
Jaemin pun ikut menyentuh dahi jeno untuk memastikan apakah perkataanku benar atau tidak.
"Nghh—Bunda,ayah" rintihan dari jeno membuat jaemin kaget .
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I | Jaemin-Jeno
Fanfictionapa yang paling menyedihkan? ketika kau sudah bahagia tapi kau tersadar ini bukan duniamu.