"Jay are you home?"
Jay menaruh ponsel di atas meja, ponsel tersebut ia senderkan pada sebuah kotak tisu, jay kemudian melepas ransel dan melempar ransel tersebut ke atas kasur, jay duduk di pinggir kasur sambil menghadap ke ponsel dimana ia sedang melangsungkan panggilan video.
"Yeah, I'm home now. what's up, dad?" Jay membuka satu persatu kancing seragamnya.
"Hm.. I just miss you. Have you eaten?"
"Not yet" jay kali ini berjalan mengambil sebuah kaus putih dari dalam lemari kemudian memakainya, ia kembali duduk ke tempat semula.
"You didn't shower?"
"I'll take a shower later" jay mengambil ponselnya membawa ponsel tersebut menuju ke dapur, sesampainya di dapur jay menaruh ponsel tersebut dan menyandarkannya di dinding. Jay sibuk membuka kulkas mencari makanan untuk di makan. Jay mengeluarkan dua buah roti dan sekaleng susu kemudian ia menaruh makanan tersebut ke atas meja dan tidak lupa ia mengambil kembali ponselnya.
"Okay, well, how's your new school? You like it?"
"Hmph.. Usual, nothing exciting" ucap jay kemudian memakan roti.
Ayah jay tiba-tiba tertawa dan kembali menghela napas kemudian tersenyum hangat memandang wajah anaknya dari layar ponsel "Aigo... me and mom will miss you very much son, take care of yourself there. Your mother and I are here praying and supporting you, son."
"Hm.. Take good care of yourselves"
Jay langsung menutup sambungan video call dengan ayahnya.
"Wah sekolah baru lo keren juga dek"
winter menatap seorang lelaki yang duduk di kursi pengemudi di sebelahnya. "Ya gitu deh kak" jawab winter dengan respon yang biasa saja. winter bersiap menyandang ranselnya, ketika ia akan membuka pintu semua murid di sekolah mengerubungi mobilnya.
"wahh gue ga nyangka lo juga populer sampai ke sini" seru kakak winter takjub.
"Aku masuk dulu, kakak hati-hati"
Kakak winter mengangguk kemudian pergi meninggalkan sekolah setelah memastikan winter keluar dari mobil.
"Kak winter foto bareng dong kak"
"Kak aku fans banget boleh minta tanda tangan gak?"
"Yaampun cantik banget ya"
"Lihat pinggangnya kecil banget, gue jadi iri"
Semua siswa berdesakkan membuat isa susah untuk keluar dari kerumunan tersebut. winter mulai agak risih ketika seseorang memegang pantatnya. Ia melihat kebelakang namun karena terlalu ramai orang mengerumuninya ia tidak dapat menemukan orang tersebut. Orang itu kembali memegang pantatnya, winter hendak berteriak namun jake sudah berteriak duluan "WOI"
Semua orang langsung mengalihkan fokus mereka kepada jake, jake langsung berjalan menembus kerumunan dan menarik tangan isa untuk keluar dari sana. isa memasang raut wajah bingung ketika jake menarik dirinya, setelah merasa cukup jauh dan kerumunan tersebut tidak mengejar mereka lagi jake langsung melepas tangan winter.
Winter masih menatap jake dengan tatapan bingung, jake menghela napas panjang "lo gapapa?" Tanyanya.
"gapapa" jawab winter angkuh.
"Lo ga takut di kerumunin kaya gitu?"
Winter tiba-tiba tertawa "ya ampun buat apa takut? Toh mereka semua fans gue"
Jake memutar bola matanya "fans macam apa yang berani memegang pantat idolanya? Lo harus hati-hati ga semua bisa lo anggap fans di dunia ini" ucap jake kemudian pergi.
Winter masih menjaga kesombongannya sampai akhirnya jake benar-benar menghilang dari pandangannya, ia langsung melongos seiring dengan raut wajahnya yang berubah menjadi sedikit cemas.
"Lo ngapain duduk di sini lagi?" Tanya aquene ketika melihat tempat duduknya di duduki oleh winter.
"Kenapa? Sekarang ini jadi milik gue"
aquene menahan amarahnya dengan cara mengatur napas "gue biarin lo duduk di sini kemaren karena wali kelas kita, sekarang lo bisa pindah ke belakang dan duduk di sana dimana seharusnya lo duduk" ucap aquene masih berusaha sabar.
"Hm... tapi gue suka duduk di sini" winter mengerucutkan bibirnya sambil memasang ekpresi sedih dan menunjukkannya kepada semua orang di kelas yang melihat.
"aquene biarin aja winter duduk di situ, lagipula semua meja sama aja kenapa harus ribut sih pagi-pagi" seorang murid laki-laki menyahut, mendorong seisi kelas untuk menyoraki aquene.
"Iya, idola kita harus duduk di tempat yang dia inginkan dia pantes dapetin apa yang dia mau" sahut anak lain di tambah dengan sorakan menyetujui dari seisi kelas.
Winter memasang ekspresi terharu "aa~ terimakasih semuanya kalian semua terbaik, nanti jam isitirahat aku traktir kalian makan sepuasnya di kantin, okey hehe"
Semua bersorak kegirangan, yeseo langsung merangkul bahu aquene dan mencoba membujuk aquene untuk pergi ke tempat duduk di belakang "ann, pasukan dia banyak banget mending cari aman aja duduk di belakang ya?"
aquene melepas tangan yeseou dari bahunya, aquene menggebrak meja winter membuat seluruh murid terkejut "Gue ga peduli lo idola atau apalah, gue tetep ga akan suka orang lain merebut milik gue tanpa ijin"
aquene mengacungkan jari telunjuknya tepat ke hadapan wajah winter "Lo, bukan idola di mata gue tapi nenek sihir sombong yang ga punya sopan santun" ucap aquene dengan sangat marah. Winter hanya bersikap tidak peduli, malah gadis ini sibuk memasang earpods ke kedua telingannya sambil sibuk bercermin dan membenarkan rambut.
Aquene semakin kesal dan akhirnya pindah kebelakang dengan amat terpaksa. Yeseo menepuk bahu winter "sabar"
Jam istirahat winter menyuruh semua teman sekelasnya ke kantin, winter di kerumi banyak banyak orang ketika ia sedang duduk dan makan. tak berselang lama kemudian winter mendapati seseorang yang sangat ia kenal, winter langsung membawa nampan makanannya kemudian menghampiri orang yang menarik perhatiannya tersebut.
Winter menaruh nampan makanannya di atas meja kemudian duduk di hadapan orang tersebut, winter mengetuk dua kali meja jay, jay mengangkat kepalanya sedikit dan ketika melihat wajah winter ia hanya tak acuh.
"pesen yang banyak, aku traktir semua orang makan gratis hari ini"
jay ngga merespon sama sekali. winter menaruh sepotong daging ke atas nasi jay, jay langsung menatap tajam winter. "jangan lancang" ucapnya dingin.
winter memegang tangan jay yang hendak pergi "jay, kamu masih marah sama aku?"
Jay langsung menepis tangan winter "apasih" jay langsung pergi meninggalkan winter gitu aja.
Jay ke atap, ia menemukan sebuah pentas kayu yang tidak terpakai, jay berbaring di sana kemudian menutup kedua matanya menggunakan tangan kanan untuk memblokir cahaya matahari yang menyilaukan.
aquene bingung ketika jay menghimpit roti miliknya "Ya, bangun! Bangun!"
Jay berdecih kesal kemudian duduk "lo ngapain sih?"
"Lo ngehimpit roti gue, bangun gak!"" ucap aquene sambil menepuk-bepuk bahu jay. Jay langsung beranjak dan ternyata benar roti yang tadi aquene beli penyek di tidurin jay. aquene mengambil rotinya kemudian memasang ekspresi melongos "haa~ roti gue" rengeknya.
"Resek banget si lo, emangnya ga lihat apa ada roti di situ main tidurin aja" aquene melototin jay sambil memeluk rotinya kuat. Jay menghela napas dalam, merogoh kantong celanannya mengeluarkan dompet dan memberikan selembar uang seratus ribu kepada aquene "nih beli lagi"
aquene hanya menatap uang tersebut kemudian menepuk tangan jay "ga usah, ga perlu" ketusnya kemudian pergi.