KEHILANGAN

7 2 3
                                    

"Zi, lu kenapa zi?" tanya markus sambil memegang tubuh ku

"gw.. gw .. denger suara tembakan" sambil menatap kosong tak percaya 

"hah ? dimana zi ?" tanya made panik sambil memegang kepala

"Di...di telpon tadi" jawabku 

"emangnya siapa yang nelpon tadi?" tanya fani kaget

"papa gw" sambil berlinang air mata 

"yaudah bawa masuk aja dudukan di dalam" sahut pak izar

saat di dalam aku pun menangis, tak dapat lagi ku tahan air mata ini, perasaan khawatir dan takut pun telah menyayat-nyayat hati ku.

"kenapa zi, kenapa? cerita sama gw, lu jangan nangis" tanya hanis dengan khawatir

"maaf dek bapak kira biar kita tunggu tenang dulu baru kita tanya dia ya" sahut pak izar yang juga khawatir dengan anak teman baiknya itu.

"ohh baik, pak" jawab hanis patuh

suasana pun mulai tenang, air mata ku pun tak lagi menetes dan nafasku pun mulai teratur, teman-teman ku juga sepertinya siap mencecar ku dengan seribu pertanyaan yang intinya hanya satu pertanyaan, apakah yang membuat aku seperti ini?

"nak rhazi kamu kenapa?" tanya pak izar yang sepertinya sudah menyadari kondisiku 

"tadi saya dengar suara tembakan pak" jawabku tegar

"dimana nak rhazi dengar suaranya?" tanya pak izar

"di handphone pak saat papa saya menelpon tadi" jawab ku 

"astagfirullah, semoga tidak terjadi apa apa dengan papa mu, dia orang yang baik" dengan wajah kaget dan khawatir terhadap teman baiknya itu

"ya sudah, kalian antar pulang ya Rhazinya sepertinya dia masih kaget, kopi dan jeruknya gratis untuk kalian dan sebagai doa bapak juga untuk keselamatan pak harya" sambil memegang badan rhazi.

"baik pak, terima kasih" jawab teman teman ku

kami pun pulang menggunakan mobil made, ibu ku pun kaget dengan kondisi ku saat pulang. saat ditanya teman teman ku pun tak mengatakan apa apa karena itu permintaan ku saat di mobil dan saat aku ditanya pun aku terpaksa berbohong agar tidak membuat ibu khawatir, dan ketika sampai kamar pun aku langsung memutuskan untuk tidur.

KEESOKAN HARINYA 

pagi pun tiba, suasana mendung pun menghiasi langit kypta, karangan bunga silih berganti datang menghiasi halaman rumah ku, ya benar ayahku, Harya susanto telah tiada, ternyata kemarin adalah terakhir kali aku bercakap dengannya. namun dia berpulang bukan dengan peluru di badannya. namun dengan luka bakar yang disebabkan kecelakaan mobil yang hebat. 

kok bisa?, ya itulah yang dikatakan polisi, jenazahnya pun tak bisa dikenali, karena mobilnya terbakar hebat, dan pemastian bahwa jenazah itu adalah papaku hanya dengan dompet yang ditemukan di tas yang terjatuh di dekat lokasi kejadian. polisi dan mamaku pun menganggap bahwa itu merupakan kecelakaan dan mereka pun meminta ku ikhlas, namun berbagai pertanyaan pun muncul di benakku, apa yang terjadi kemarin?, suara tembakan apa yang muncul?, siapa kah yang tertembak?, Apakah arti kata kata dan nomer yang papa katakan?, itu yang selalu muncul dipikiran ku saat pemakaman papa. 

polisi dan ahli forensik pun tak menemukan apa-apa di jenazah saat di autopsi, mengherankan bukan ?, pertanyaan itu pun terus berputar putar dipikiran ku sampai seminggu kematian. namun akhirnya ku putuskan untuk bungkam dan melupakan segalanya,

Namun, Setahun kemudian di tanggal kematian papa datang sepucuk surat entah siapa pengirimnya, dia mengatakan bahwa ia tahu apa yang terjadi setahun yang lalu.

Setelah beberapa pertimbangan ku putuskan, aku akan mencari siapa pembunuh Papaku Harya Susanto dan akan Ku jadikan SASARAN ABADI

BERSAMBUNG......

Ingin tahu lanjutannya ? support terus ya. :)

oh ya keluarnya setiap hari ya selama masa pandemi korona. bye

TERIMA KASIH 

SZ. ADI
























Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sasaran AbadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang