-------------------------------
Rani memulai hari pertama sekolahnya di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta yang merupakan salah satu sekolah yang sarat akan prestasi. Mereka yang belajar disekolah ini adalah siswa-siswi yang berprestasi sehingga menjadi suatu kebanggaan jika namamu terdaftar di sekolah ini.
Pagi ini agak berbeda dari pagi sebelumnya, tak terkecuali bagi seorang gadis yang entah mengapa punggungnya terlihat rapuh dan penuh kecemasan untuk memasuki gerbang sekolah barunya.
Maharani Estiningtyas yang akrab disapa Rani adalah gadis mungil dengan kulit pucat dilengkapi dengan seragam baru dan jilbab putih yang menutupi rambut indahnya.
Rani terlalu takut untuk berinteraksi dengan orang lain dia cukup tertutup dan terkesan introvert namun siapa sangka hari ini akan banyak mempengaruhi Rani untuk sedikit lebih banyak berbicara mengingat hari ini tepat hari pertama OSPEK di SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta.
Setelah sampai di kelas, Rani mencoba mencari tempat duduk di pojokan agar diriya tidak terlihat. Tapi siapa sangka, sebelum duduk sudah ada yang mengintruksinya.
Dia adalah Daffa Bagaskara yang tak lain ketua panitia OSPEK juga wakil ketua OSIS SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta.
"Hei lo anak baru nggak tahu aturan langsung masuk dan ngambil tempat sembarangan, di sekolah ini tuh ada aturan dudukberdasarkan peringkat UN. Lo tahu nggak sih? niat nggak sih sekolah disini? " tatapannya begitu tajam
Sementara Rani, hanya bisa membuang nafas pasrah, rupanya hari ini dia benar benar diuji. Rani sunggguh merasa dipermalukan semua mata kini tertuju padanya.
Dia pun memberanikan diri mengangkat kepala untuk menimpali pertanyaan dari sipemilik mata tajam itu.
"Eng... maaf kak saya tidak tahu aturannya" jawabannya sesingkat itu kemudian dia menunduk kembali tanpa berani menatap balik kearah mata tajam itu.
"Oke kali ini lo gue maafkan karena ini hari pertama, tapi besok-besok nggak ada ampun. Yaudah nama lo siapa? Biar guetunjukin tempat duduk lo di nomor berapa disesuaikan peringkat"
Rani menggigit bibir bawahnya pertanda dia gugup
"Nama saya Maharani Estiningtyas kak"
Daffa sempat terkejut mendengar nama itu meski hanya sepersekian detik dia kembali menormalkan ekspresinya, entah apa yang ada dibenak Daffa setelah mengetahui nama dari gadis yang terus menunduk itu.
Apakah ada hubungan diantara mereka? Entahlah hanya Daffa yang tahu.
"Lo duduk di kursi nomor 3 paling depan, ngerti!" ucapnya dengan penuh penekanan
Rani hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudiandia segera melangkahkan kakinya menuju kursi yang ditunjuk oleh Daffa.
Rani sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya untuk melihat lawan bicaranya ataupun untuk sekedar melihat bagaimana rupa dari teman teman sekelasnya nanti.
Padahal ada seseorang yang begitu penasaran akan warna bola mata dari gadis mungil itu.
Ya, sosok itu adalah Daffa, dia ingin memastikan sesuatu melalui bola mata gadis itu. Mungkin bukan hanya Daffa, tapi teman sekelas Rani juga sungguh penasaran akan wajah yang selalu ditundukkannya itu. Meskipun Rani tadi sempat mengangkat wajahnya untuk menimpali Daffa tapi itu hanya sepersekian detik.
Rani merasa sedikit lega setelah mendapati dirinya duduk di kursi yang telah di tentukan. Dia kembali menghembuskan nafasnya seakan-akan bebannya begitu berat hari ini. Rani kembali berpikir dan berspekulasi dengan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jomblo BUKAN Berarti Nggak Laku
Teen FictionTentang hasrat yang mencoba untuk kulawan agar tak terjerumus dalam kubangan dosa besar dengan jalan pacaran sebelum halal. Tidak! Aku tidak mau terjebak dalam hasrat yang menggebu hanya demi kebahagiaan yang semu. Ibaratkan buah tebu yang manis dia...