Prolog

265 33 20
                                    

Napas Andrea tercekat saat netranya menatap tajam seseorang dari luar mobil yang mengacungkan moncong senapan kearahnya. "Kau akan baik-baik saja, Nak." Imbuh Tuan Lee mencoba menenangkan anak bungsunya. Tuan Lee sadar betul bila putra keduanya ketakutan.

"Pah, kau ber—darah." Kata Andrea dengan terbata - bata, Tuan Lee mengernyitkan dahinya yang terluka, perih itu sudah jelas namun Tuan Lee sama sekali tidak memperlihatkan rasa sakitnya di depan putranya. "Ah, ini hanya luka kecil." Sahutnya dengan senyum.

Tuan Lee tahu bila situasi ini akan terjadi cepat maupun lambat, dimana pesaing bisnisnya akan melakukan hal kotor untuk melenyapkan dirinya tak terkecuali semua keturunannya hanya demi kekuasaan.

"Pah... a—pakah nasip kita akan seperti Ka. Alex?" ujar Andrea ragu dan keraguan itu kini menjadi kenyataan saat melihat ekpresi yang di perlihatkan Tuan Lee kepadanya.

Pandangan lelaki paruh baya itu menatap sendu seseorang yang duduk di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan lelaki paruh baya itu menatap sendu seseorang yang duduk di depannya. Seseorang itu telah tewas. Ya, anak sulungnya telah tewas terkena timah panas tepat di jantungnya dari sosok misterius yang kini berdiri— berani— menantang mereka. Mobilnya sudah disabotase dan tidak ada jalan lain untuk dapat keluar dari keadaan ini. Habis sudah riwayat mereka semua.

Tuan Lee mencoba mencari jalan keluar, "Nak, bertahanlah." Kata sang ayah. Di dalam pikiran Tuan Lee kini tertuju pada keselamatan anak bungsunya. Ia tidak ingin melihat untuk kedua kalinya anak tercintanya tewas terbunuh di depan mata kepalanya. "Kau simpan ini." Sambil memberikan sepucuk pistol ke Andrea. "Pergilah, aku akan mengalihkan perhatiannya."

"Tidak!" Cetus Andrea spontan, tak mungkin dia meninggalkan ayahnya dalam keadaan semacam ini. "Tidak mungkin! Aku tidak mau!" Tolak Andrea tegas seraya mengembalikan benda hitam mengkilap tersebut kepada sang ayah.

Tuan Lee sadar betul bahwa keputusannya ini tidak masuk akal, tapi hanya ini jalan satu – satunya untuk menyelamatkan nyawa salah satu dari mereka berdua, dan Tuan Lee memilih Andrea untuk tetap hidup. "Dengarkan aku, Andrea Lee! Kau harus melakukannya, untukku." pintanya,

"Ti—dak... tidak... itu tidak mungkin, Pah." Sahut Andrea getir, bibir tipis itu bergetar hebat saat maniknya menatap keputusasaan dari lawan bicaranya. "Aku akan pergi jikalau kau ikut juga denganku." Kemudian membuang muka ke jendela.

Tuan Lee cukup kecewa dengan keputusan putranya, namun ia tidak menyerah dengan keadaan, "Aku tidak pernah meminta apapun padamu sebelumnya, jadi  lakukanlah permintaan pertama dan terakhirku ini, hmm..." Terang Tuan Lee dengan menepuk pundak tangan Andrea. "Waktu kita tidak cukup banyak. Kita harus tetap bergerak."

"Ta—pi Paaah, Aku..."

"Tidak ada kata tapi, Aku tidak mau mendengar kata 'tidak' darimu." Potong sang ayah tegas.

"Kau akan terbunuh! Aku tidak mau kau mati konyol, Pah. Kumohon jangan paksa aku."

Tuan Lee mengangguk paham, tapi semua itu tidak mempengaruhi keputusannya. "Setidaknya pilihanku ini dapat menyelamatkan salah satu dari kita berdua."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Damn, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang