Prolog
flashback on
“ kakak”
Fatim kembali mengejar Saaih, menahan langkah Saaih membuatnya mau tidak mau akhirnya berhenti berjalan.
“ kak, apa kita tidak bisa bersahabat seperti kedua orang tua kita??” Tanya Fatim dengan mata sendu. Ini bukan pertama kalinya Saaih menghindar darinya. Ia ingin sekali bisa dekat dengan Saaih.
Apa ia tidak pantas bersahabat dengan Saaih.Saaih Nampak menghela nafasnya. Menarik tangannya agar terlepas dari cengkraman Fatim. Saaih menoleh menatap Fatim dengan datar.
“ Kan gue udah bilang, orang tua kita yang bersahabat tapi tidak untuk kita. Lo nggak tuli kan?? Gue udah bilang ini berkali- kali sama lo!”ucap Saaih diiringi geraman kekesalannya.
Fatim menggeleng “ tapi kenapa kak? Semua orang berteman dengan kakak, tapi kenapa Cuma aku yang kakak hindari” ucap Fatim dengan raut wajah sedih.
Saaih mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba merendam semua emosinya.
“ harusnya lo pikir mana ada cowok popular segudang prestasi, dan banyak di incar oleh semua wanita mau berteman sama lo, bisa hancur reputasi gue tau nggak!!!” Ucapan Saaih mampu membuat Fatim terdiam.Mencerna semua ucapan Saaih, yang mampu membuat hatinya terasa diremas. Saaih benar, ia pria popular, cerdas, banyak prestasi dan selalu diincar semua wanita, belum lagi ketampanan dan pesonanya membuat semua wanita bertekuk lutut padanya, berbanding terbalik dengan Fatim. Ia hanya gadis biasa yang mungkin tidak banyak dikenali oleh penghuni sekolah ini, ia tidak sepintar Saaih, tidak sepopuler Saaih, prestasi?? Apalagi!! Ia sama sekali tidak pernah mengharumkan nama sekolah seperti yang Saaih lakukan.
Tapi apakah ia tidak berhak untuk berteman dengan Saaih?Langkah Saaih membuat lamunan Fatim buyar, ia menggeleng lalu kembali mengejar Saaih. Ia tidak akan putus asa. Benih cinta yang entah sejak kapan tumbuh dihatinya untuk Saaih membuat rasa malunya hilang untuk mengejar- ngejar Saaih.
"Kakak tunggu. Aku belum selesai bicara!” Fatim menyamakan langkahnya dengan Saaih, ia berusaha menghentikan langkah Saaih.
Namun usahanya gagal karena Saaih semakin mempercepat langkahnya.
Beberapa kali Saaih menggeram, ia tidak suka dikejar- kejar seperti ini. Fatim terlalu memalukan untuknya, lihatlah saat ini semua orang menatap mereka. Tidak aneh pandangan ini bagi mereka karena bukan sekali ini saja Fatim mengejar- ngejar Saaih, bahkan setiap hari selalu seperti ini. Entah apa yang ada di kepala gadis itu, hingga selalu mengejarnya. Padahal Saaih selalu memaki- makinya.“kakak”Fatim menahan tangan Saaih sehingga langkah Saaih kembali terhenti, Fatim mengatur nafasnya sejenak karena harus menyamakan langkah Saaih tadi.
Saaih menggeram, rahangnya tampak mengeras kuat. Bukan saat di sekolah saja Fatim mengejarnya bahkan saat pertemuan kedua orang tua mereka Fatim juga selalu mendekatinya. Saaih sangat merasa risih.“ you stupid Tim!! Lo udah bikin gue malu!!”Saaih menghentakkan tangannya kesal lalu kembali berjalan meninggalkan Fatim.
“ kakak………. Aku cinta kakak” teriakan Fatim membuat langkah Saaih terhenti dan sontak membuat semua siswa seketika menatap mereka. Terdengar suara saling berbisik di antara mereka.
Fatim tidak bisa menahanya lagi, ita harus meluapkan semua isi hatinya, yang sudah lama terpendam untuk Saaih. Fatim tidak menghiraukan semua tatapan sinis dan mengejek semua orang padanya. Karena tujuanya hanya satu mendapatkan cinta Saaih.
Sedangkan tangan Saaih mengepal kuat, rahangnya mengeras. Amarahnya dapat dilihat dengan jelas. Sesaat Saaih memenangkan raut wajahnya lalu berbalik badan menghadap Fatim yang tengah memberikan senyuman padanya.Saaih berjalan menghampiri Fatim dengan tatapan yang sulit dibaca membuat degup jantung Fatim berdetak lebih cepat. Fatim yakin Saaih akan membalas cintanya, begitu polos pemikiran Fatim saat ini.
Detak jantung Fatim semakin cepat saat Saaih berdiri dihadapanya, sangat dekat tanpa jarak membuat hati Fatim berbunga- bunga dan terasa hangat.“ aku pernah bermimpi kita akan menikah, kita hidup bahagia lalu memiliki anak… Kakak tau, anak kita tampan, cantik dan mengemaskan.” Mata Fatim berbinar menceritakan mimpinya sedangkan Saaih masih menatapnya dengan tatapan sulit dibaca.
“ oh ya?” Saaih mulai bersuara membuat Fatim mengangguk antusias sambil tersenyum.“ aku senang…….Kakak juga senang kan ?”
Saaih tersenyum simpul
“ ya” Jawaban Saaih membuat mata Fatim semakin berbinar, jelas raut wajahnya begitu bahagia dan pipinya jadi merona.“ gue senang karena itu hanya mimpi!! Hanya mimpi Fatim!! Dalam kenyataan gue nggak pernah mau kaya di mimipi lo! Jadi, gue peringatin sama lo jangan pernah ganggu hidup gue lagi karena apa……….” Saaih menekan setiap intonasi ucapannya dengan geram sedangkan mata Fatim mulai berkaca- kaca, raut wajah bahagianya terganti dengan kesedihan.
“ Saaih adalah milik gue!!” ucapan seseorang wanita membuat mata Fatim mengerjap, mencari ke asal suara.
“ Sohwa..”gumamnya.
Sohwa tersenyum kecil dan berjalan menghampiri Saaih lalu merangkul lengan Saaih dengan manja.“ Sohwa pacar gue, dan gue akan menikah, memiliki anak dan hidup bahagia hanya bersama Sohwa, bukan sama lo!!”teriak Saaih di depan wajah Fatim lalu Saaih mengecup pipi Sohwa di depan Fatim.
Air mata Fatim jatuh tidak tertahankan lagi, hatinya bagaikan diremas, Fatim seakan masuk kedalam jurang yang di penuhi oleh semak belukar, begitu menyakitkan. Tubuhnya gemetar seiring dengan rasa sesak dan luka yang dibuat Saaih pada hatinya.
Sedangkan semua siswa tampak tertawa dan bertepuk tangan seolah tangisan Fatim adalah tontonan yang begitu menarik. Tidak terkucuali Saaih dan Sohwa, tawa mereka begitu menggema di telinga Fatim.Fatim merasa di permaikan, diremehkan, dan yang paling menyakitkan di tolak mentah- mentah dan begitu kasar. Apa cinta tulusnya tidak beguna bagi Saaih, stupid Fatim. Saaih saja tidak ingin berteman denganmu apalagi ingin menjadi pacarmu. Kenapa otaknya tidak pernah berfikir kearah sana.
Perlahan Saaih dan Sohwa meninggalkan Fatim yang masih meratapi nasibnya.
Tiba- tiba sebuah tangan merangkul pundak Fatim membuat Fatim menoleh dan mendapati Fateh yang sedang menatapnya.“ kamu jangan menangis, nanti akan ku belikan Es Krim”disaat seperti itu hanya itu yang dapat Fateh ucapkan pada Fatim, otaknya tidak dapat berfikir sama sekali. Melihat Fatim menangis seakan membuatnya larut akan kesedihan Fatim.
“ terima kasih Teh, tapi maaf aku harus pergi” Fatim berlari meninggalkan Fateh sambil menangis, semua sorak mengejek menyertai setiap langkah larinya. Tangisanya tidak bisa berhenti sama sekali, luka yang begitu sakit menyayat hatinya.
Flashback off
KAMU SEDANG MEMBACA
Memiliki tanpa Dicintai
Romance" Sebenci apapun kamu kepadaku, aku tetap mencintaimu" ~Siti Fatimah~ "Maafkan aku yang terlambat mencintaimu" ~Muhammad Saaih~