"Kamu pikir, suamimu akan terus bersamamu, Siwi? Ingat, Sesuatu yang dipinjam suatu saat nanti harus dikembalikan. Begitupun suamimu! Dia milikku! Kamu hanya meminjamnya!"
Tanganku gatal, ingin rasanya aku menarik mulut sembarangan wanita yang ada di hadapanku.
Enak saja dia bilang suamiku miliknya dan aku hanya meminjam. Heh, dia pikir suamiku adalah uang yang dipinjam dan harus dikembalikan. Tidak-tidak!
"Jaga ucapanmu Risa! Aku tidak pernah meminjam apapun! uang, barang apalagi suami. Hadeuh, jangan bermimpi!"
Wanita memakai baju merah itu menatapku sinis.
"Hei, kamu lupa kalau suamimu itu milikku?"
Aku menatapnya dengan malas. "Itu dulu sebelum kamu meminggalkannya hanya demi seseorang yang lebih kaya." jawabku sambil tersenyum menyeringai.
"Ya, aku memang pernah meninggalkannya! Tapi aku menyesal dan sekarang aku ingin kembali. Kembalikan Revan padaku Siwi, Revan milikku. Selama ini kamu hanya menjaganya ketika aku pergi."
Tong sampah mana tong sampah? Masukan saja wajah orang tak tahu malu ini ke dalam tong sampah. Tak berguna!
Risa, wanita yang sudah meninggalkan Mas Revan sebelum menikah denganku hingga dia hampir saja gila. Kini, wanita ini ingin kembali ketika Mas Revan sudah baik-baik saja? Apalagi kini Mas Revan sudah kaya? Oh tidak!
Enak sekali bibir merahnya berkata seolah tak ada apa-apa.
Aku mengambil sesuatu di dalam tasku lalu menunjukannya tepat di hadapan Risa.
"Ngaca Mbaknya! Dulu kemana? Ke hongkong ya nyari om-om kaya? Terus sekarang kenapa balik lagi, apa udah gak ada lagi om-om yang mau?" tanyaku meremehkan.
Prang ....
Risa menepis tanganku membuat kaca yang aku gengam terjatuh dan pecah berserakan di jalanan beraspal.
"Jangan kurang ajar kamu!"
Aku tertawa mengejek. "Bukannya emang bener ya? Kamu meninggalkan Mas Revan cuma gara-gara milih om-om?"
Plak ....
Pipiku terasa perih ketika telapak tangan Risa mendarat rapi di area pipiku. Dia menamparku!
Plak ....
Aku membalas tamparan nya bahkan lebih keras.
"Jaga tanganmu! Aku tidak menyentuhmu!" ujarku tegas.
"Dan jaga mulutmu, Siwi! Jangan kurang ajar!" balasnya sambil menggertak.
Alisku mengangkat satu. "Kamu kembali lagi untuk apa? Untuk merebut Mas Revan? Kamu pikir menyembuhkan orang depresi itu mudah? Mudah sayang? Mudah?!" tanyaku emosi yang sedikit menjerit.
"Harusnya kamu berpikir, Revan aku tinggalkan saja depresi. Itu tandanya dia begitu mencintaiku! Pasti dia senang aku kembali!"
"Kamu pikir sesuatu yang telah hancur bisa di ulang dengan bentuk sediakala? Tidak, Risa! Begitupun Mas Revan, dia memang mencintaimu dulu tapi setelah kamu mematahkan hatinya jangan harap kamu mendapatkan cintanya lagi. Sekarang dia milikku dan akan selalu milikku!"
Risa menatapku dengan tatapan tajam. "Aku dulu pergi dari Revan dan kamu yang menjaganya. Itu karena aku meminjamkan Revan padamu, Siwi. Dan sekarang aku ingin kami mengembalikannya karena aku sudah kembali."
Wih semakin menyebalkan sekali mulutnya.
"Kamu punya otak? Dipakai!!" ujarku lalu berlalu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENJILAT, Dia Ingin Merebut Suamiku Kembali
General Fiction"Penjilat memang perlu di beri bubur basi. agar dia tahu rasanya tidak enak ketika semuanya tersia-siakan!" -Siwi-