Prolog

55 18 71
                                    

Sangat umum bagi seseorang yang baru pindah rumah untuk memperkenalkan dirinya lebih baik pada orang-orang sekitar, termasuk diriku. Aku membagikan beberapa kue pada orang-orang sekitar untuk lebih akrab. Aku hampir membagikan semua kotak berisikan kue lapis itu. Tapi, satu kotak tersisa. Kotak kue lapis yang aku sisihkan untuk tetangga ku.

Bukan karena aku sombong atau sudah terlalu lelah membagi-bagikan kotak kue itu pada orang-orang. Justru, orang-orang lain yang telah memperingatkan ku mengenai beberapa hal yang aneh dengan tetangga ku lah yang membuatku menyisihkan nya.

"Rumah tetangga mu itu angker !"

"Aku pernah melihat seorang wanita berpakaian putih melayang di dalam rumah."

Banyak orang-orang yang memberikan ku komentar mereka mengenai rumah tetanggaku, tapi bukan hanya itu.

"Yang nempatin rumahnya juga aneh ! Dia nggak pernah berbaur sama warga yang lain."

"Katanya yang nempatin rumah itu bukan orang biasa, dia seorang penyihir !"

"Aku pernah bersaksi melihatnya saat mendengar tawa seorang wanita di belakang rumahnya."

"Wajahnya buruk rupa ! Tubuhnya bungkuk dan ia terlihat seperti wanita tua yang mengerikan."

"Bahkan, ia mengenakan sebuah topi kerucut yang menjadi ciri utama dari seorang penyihir."

"Jangan dekati rumah tetangga mu itu !!"

Aku menelan air ludah, menatap sebuah rumah tua yang terlihat reyot. Rumah itu terbuat dari kayu yang berwana gelap. Ya, aku berada di depan rumah tetanggaku yang memiliki banyak rumor itu.

Aku tatap sebuah kotak kue lapis yang aku pegang di kedua tangan. Aku sudah berjanji pada Bunda untuk membagi habis kue lapis yang ia buat. Aku tak suka melanggar janji.

Aku tak peduli dengan desas-desus yang dikatakan orang-orang. Aku akan memberanikan diri.

Baiklah...

"Tok, tok, tok ! Apa ada orang ?"

My Neighbor Is A Witch ( ON-HOLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang