Salah Lagi

3.5K 145 44
                                    

Ari berjalan tanpa menghiraukan Yuki yang telah menunggunya di meja makan, Yuki memang ada niatan untuk tidak meperdulikan Ari dan mengacuhkannya namun wejangan sang mama selalu berputar dalam otaknya.

"Jadilah istri yang baik sayang, karena baik burukmu adalah gambaran kami mendidikmu"

Yah Yuki sadar, mamanya tidaklah mengerti apa yang sesungguhnya terjadi, namun setelah ia berpikir statusnya saat ini memanglah sebagai istri sungguhan bukan hanya sebuah sandiwara.

Setidaknya ia berusaha menjadi istri yang baik meskipun kedepannya ia berniat pergi jauh dari pria yang saat ini menjadi suaminya.

"Tidak makan dulu?" tanya Yuki menghentikan langkah Ari yang menaikin anak tangga.

Pria itu hanya berhenti yang kemudian berlalu membuat Yuki menarik nafas beratnya.

Ingin rasanya ia teriak, mengapa nasibnya sedemikian rupa? Terlalu miris pikirnya!.

Ia sudah membanting rasa gengsinya, ia sudah berusaha untuk mengalah, dan ia sudah berusaha untuk melupakan rasa sakitnya namun apa yang ia dapat? Getirnya rasa diabaikan dan pahitnya tak di anggap.

Akankah ia kuat melanjutkan niat baiknya itu? Sungguh ini terlalu berat untuknya.

Yuki mengelus perut ratanya dan menangis dalam diam. Ia berharap waktu cepat berputar dan ia segera dihadapakan di mana ia bisa memilih pergi dan meninggalkan pria yang merasa tersakiti atas kehadirannya saat ini.

Nyonya Lesmana hanya mengelus dadanya memandang sang menantu menikmati getirnya diabaikan, ia menarik nafas beratnya dan kembali ke kamarnya.

Ingin rasanya wanita paruh baya itu menyeret putranya yang tak tau diri itu untuk melihat sebentar saja menantunya yang berusaha mengalah.

Yuki mengambilkan sepiring makanan untuk ia bawa ke kamarnya, ia menarik nafasnya sebelum ia melangkahkan kakinya menuju sang suami.

"Semangat Yuki, semoga ini awal yang baik untukmu" rapal Yuki mengayunkan kepalan tangannya ke udara untuk menyemangati dirinya.

Cklk

Yuki membuka pintu kamarnya dan masuk dengan perlahan, ia menelisik untuk mencari di mana keberadaan suaminya namun nihil ia tak menemukannya.

Yuki menajamkan pendengarannya dan terdengar gemericik air, bisa dipastikan suaminya saat ini tengah mandi.

Dengan segera Yuki meletakan piring yang ia bawa di nakas dan menyiapkan baju ganti untuk sang suami.

Ia bernafas lega di saat semua sudah tersedia, ia menarik seulas senyuman di saat ia membayangkan ia dan sang suami berumah tangga akan rasa cinta mungkin keadaannya tak semenyedihkan ini.

Cklk

Mata Yuki menatap pintu kamar mandi yang sudah terbuka sempurna dan dapat di lihat sang suami keluar dengan hanya berlilitan handuk.

Rambutnya basah menandakan ia baru saja keramas dan keadaannya jauh lebih baik dari sebelumnya yang napak kacau.

"Baju gantimu sudah aku siapkan dan aku bawakan makanan untukmu juga" lembut Yuki.

"Memangnya aku orang sakit sampai kau bawakan makanan untuku?" sinis Ari.

"Aku tidak bermaksud,,,

Lain kali tidak usah kau lakukan itu, membuatku muak saja!" ketus Ari dan mengambil baju ganti yang sudah disiapkan oleh Yuki.

"Aku masih bisa mengambil sendiri baju gantiku, kau tidak perlu melakukan itu!" sambungnya setelah selesai memakai baju kemudian menghempaskan tubuhnya ke king sizenya dan memejamkan matanya untuk mengusir rasa lelahnya.

Yuki mengambil piringnya dan mengarahkan ke Ari.

"Aku sengaja memasakanmu, dan ini aku bawakan untukmu, setidaknya makanlah meskipun hanya sesuap" pinta Yuki.

Ari duduk dan menatap sinis Yuki sedetik kemudian tangan kekarnya mendorong piring yang di pegang oleh Yuki sehingga piring itu terlempar dan pecah di saat mencium keramiknya, nasi beserta lauknya berhamburan ke segala arah.

"Kau tidak usah berlagak menjadi istri yang sesungguhnya! Ingat ini hanya status!" desis Ari dan kembali merebahkan tubuhnya.

Buliran bening kini keluar dari pelupuk matanya dan menatap nanar piring yang kini menjadi beberapa kepingan, hancurnya piring itu tak sehancur hatinya saat ini, niat baiknya berbuah sakit hati.

Hiks

Sesak dadanya menahan kepahitan hatinya ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya jika tak mengingat akan ada malaikat kecil di dalam perutnya.

Yuki menutup mata sejenak berharap air matanya berhenti mengalir namun apa daya air mata tersebut seakan berlomba-lomba ingin keluar, ia jongkok dan tangan mungilnya kini mulai memunguti kepingan piring yang sudah pecah.

Air mata seakan menjadi pemanis istri yang terluka karena sikap sang suami.

Hiks

Hiks

Hiks

Satu persatu Yuki kumpulkan menjadi satu, darah segar kini turut mengalir dari jari manisnya namun rasa sakit di jarinya seperti tak terasa olehnya.

Tetesan air mata dan tetesan darah kini seakan menjadi pemandangan yang sangat menyedihkan untuk wanita malang itu.

"Sabar nak, jika kau sudah hadir di dunia ini! Momy janji kita akan pergi dari hadapan dadymu, agar dadymu tenang" serak Yuki mengelus perut ratanya.

Ari pria itu mendengar apa yang dikatakan oleh sang istri seulas senyuman kemenangan terbit pada bibir tipisnya.

"Waktu cepatlah berlalu aku ingin hidup tenang tanpa wanita bodoh itu!" batinnya dan kemudia kembali memejamkan matanya untuk terelelap.

Scandal (Tiba-Tiba Menikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang