Apa seorang psikopat bisa merasakan jatuh cinta?
***Zara berjalan di lorong kelas. Tatapan teduh namun memiliki makna, para siswa bersiul saat melihat dirinya lewat.
"Anjir, masih jomblo gak tuh?"
"Gila, anjir, tuh cewek mulus amat, kulitnya putih, kinclong lagi"
"Setelah dipenuhi wanita buluk, akhirnya ada satu wanita mulus"Para siswi menatap Dean.
Plak!
Angel menampar Dean. Apa katanya? Wanita buluk? Tanpa di sadari, ia juga merasa tersinggung. Bagaimana tidak? Setiap hari memakai skincare, dan masih dianggap buluk?!
"Lo ngatain gue buluk?!" bentak Angel. Dean menggeleng. "Gak! Gak, lo ga buluk. Lo cantik, iya cantik," jawab Dean panik. "Lo pikir gue percaya? Tanpa lo sadari lo bilang buluk!," marah Angel. Dean gelagapan mencari alasan, ia mengumpat di belakang Adrian.
"Yan, tolong gue. Macan ngamuk"
"Ogah. Urus aja pacar lo sendiri"Adrian tersenyum melihat Zara. Ia mendekatinya. "Lo masih ingat gue?" tanya Adrian tanpa basa-basi. "Lo siapa?" tanya Zara datar.
Zara melewati Adrian. Daripada melihat aksi-aksi drama tidak jelas. Lebih baik, ia segera menuju ruang kepala sekolah.
Diketuknya ruang kepala sekolah.
Tok! Tok! Tok!"Masuk"
Pak Hasan, selaku kepala sekolah, tersenyum melihat keponakannya.
"Zara, saya pikir kamu menolak permintaan ayahmu"
Zara mendengus. "Kelas?"
"Ah, 11 Ips 3. Mau saya antar?"
"Tidak perlu" ujarnya datar.
Permintaan ayahnya? Mungkin pamannya salah besar. Ia masuk sekolah hanya untuk memuaskan nafsunya. Bahkan, ia sudah melupakan permintaan ayahnya.
***
Zara berada di ruang kelas 11 Ips 3. 'berpura-pura, lalu semua musnah' batin Zara. Zara mengetuk pintu. Muncul guru cantik di hadapannya.
"Kamu murid baru?" tanya Bu Ina. Zara hanya mengangguk.
"Baiklah, anak-anak perhatikan. Hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan perkenalkan dirimu"
Zara mengangguk. "Perkenalkan nama saya Zara, saya murid pindahan dari Bogor. Salam kenal," ucapnya datar.
"Zara udah punya pacar?"
"Id linenya dong neng geulis,"
"Neng Zara mau jadi calon pacar abang?"
Zara mendengus. Ia benci dengan orang yang basa-basi. Rasanya ia ingin langsung membunuh orang-orang seperti itu.
"Sudah! Sudah cukup, Zara silakan kamu duduk di kursi kosong"
Zara mengangguk. Dan segera menuju tempat duduknya.
"Hai, gue Arine, salam kenal," Zara hanya mengangguk sebagai jawaban.
Bel istirahat berbunyi. Semua anak berlari ke kantin untuk mengisi perutnya.
"Lo mau ke kantin?" tawar Arine. Zara menggeleng. Ia memutuskan untuk pergi ke taman, mungkin akan ada kucing disana. Lalu membunuhnya.
Saat melewati mading, ia menghentikan langkahnya. 'camping?' batin Zara.
Zara tersenyum sinis. 'waktunya bermain, Zara'.
Zara kembali memutuskan untuk ke perpustakaan. Selain membunuh, ia senang membaca buku. Sesuatu hal aneh, bukan?
Saat melewati rak Novel, Devian tak sengaja melihat sosok Zara. Ia mendekati Zara yang kesusahan saat mengambil buku.
"Novel, pendek."
Zara terkejut. Ia menoleh ke arah Devian.
Deg.
Jaraknya dengan Devian sangat dekat. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat.'Apa ini? Apa sosok sepertiku... Jatuh cinta?'. Zara segera menepis pikiran seperti itu.
"Terima kasih"
Devian mengangguk.
"Lo Zarakan? Siswi yang jadi bahan omongan tadi pagi?" tanya Devian."Ya," jawabnya singkat.
Zara menautkan alisnya saat Devian duduk dihadapannya.
"Lo ngapain disini""Natap lo,"
Zara mengalihkan pandangannya. Sial! Ada apa ini?
Devian tak sengaja menatap benda di saku rok Zara.
"Lo bawa benda tajam?" tanya Devian kaget.
"Ya," jawabnya singkat.
"Buat bekel?" tanya Devian lagi.
"Bunuh lo," jawab Zara.Zara yang merasa tidak nyaman, pergi menuju kelas. Sementara, Devian termenung,
"Masa iya sih, tuh bocah manis polos punya pikiran psikopat? Ah bego lo dev, mungkin tadi dia buru-buru bawa bekel. Lupa taruh pisau" gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR
Teen FictionMendekat lalu menjauh. Menghindar lalu pergi. Lantas, apa yang harus ku lakukan?