(1) Awal Mula

30 3 2
                                    


Navisya melihat pantulan tubuhnya dicermin fullbody yang berada dihadapannya saat ini. terlihat seorang gadis berpakaian putih abu-abu terbalut pada tubuhnya yang ramping dengan rambut lurus yang di biarkan tergerai.

"Oke semangat, lu pasti bisa!" katanya ambisius pada diri sendiri sambil mengepalkan tangannya keatas.

"Dek buruan ngapa sih, entar kita telat." teriakan ini membuat sesi penyemangat diri Navisya buyar seketika.

"Iya bang wa sabar ih." Navisya menyahuti teriakan abangnya yang dari tadi mengetuk pintu kamarnya dengan tak sabaran.

"Cepetan syaaaa" ucap kahwa mengetuk pintu lebih kencang.

"Iyaaa. abang kenapa sih, masih pagi udah teriak aja macam anak alay. Seakan menukar peran bunda aja." gerutu navisya saat pintu kamar terbuka dengan lebar.

"Diem bawel, siapa suruh lu lama. udah tau hari pertama pindahan tapi lelet" ceramah Kahwa berlalu menuruni tangga.

"Dek!" sentak Kahwa lagi melihat adiknya yang bawel itu masih tak bergeming di depan pintu.

"IYAA ABANGKUUU" Navisya buru-buru menutup pintu dan berlari menggenggam lengan abangnya, agar bersisihan menuruni tangga.

"Abang sama adek, kalian gak sarapan dulu?" panggil wanita berumur kepala empat tapi masih terlihat cantik berdiri di pembatas dapur menatap anak-anaknya yang berjalan ke pintu depan.

"Eh bang wa salim dulu ke bunda bego." pukulan Navisya ke bahu kahwa sambil berlalu ke arah bundanya.

"Astaga syaa sakit bego." ngaduhnya.

"Hehe khilaf." kata Navisya cengengesan lalu mengambil tangan bundanya untuk salim. "Bun syaa berangkat dulu ya."

"Loh kalian gak sarapan dulu?" sahutan bundanya mengusap rambut navisya dengan kasih.

"Gak usah bun, entar aja pas dikantin. soalnya udah kesiangan." Kahwa menyalami bundanya.

"Yaudah kalian hati-hati di jalannya."

"Siap bunda!" ucap dua bersodara ini hormat dengan tegak.

"Haha kalian ini ada-ada saja." kekehan bunda terdengar melihat kelakuan kedua anaknya.

"Assalamualaikum bun, ayo dek cepet."

"Hehe bye bunda, assalamualaikum." salam Navisya lagi sambil mengecup pipi bundanya.

"Iya waalaikumsalam."

°School°

Suara motor Kawasaki Ninja H2 berderu keras memasuki pekarangan parkir SMA Nusantara. Di mana seorang gadis berada pada jok belakang duduk dengan tangan memegang punggung abangnya.

"Dek turun cepat, abang mau ngapelin pacar dulu." suruh Kahwa buru-buru menurunkan standar motor.

"Loh emang abang gak mau anterin ke TU?" Navisya menatap abangnya dengan heran.

"Maaf ya gabisa ini soal hati Sya." kilahnya.

"Yahh abang mah, terus gue gimana?" kesal Navisya menatap abangnya dengan garang.

"Aduh tunggu-- ehhh dee, Iyal sayangg." Kahwa tiba-tiba berteriak saat melihat gadis dengan badan bonsor berambut sebahu berlalu melewati parkiran.

"Firyall." teriak kahwa lagi dan akhirnya berhasil karna gadis yang bernama Firyal itu menoleh kearah mereka berdua.

"Apasih wa jiji tau gak, malu-maluin." cerca Firyal sambil berjalan ke arah Kahwa. "Ada apa?" sahutnya lagi.

"Kamu kok tega sih ngatain aku." suara nelangsang Kahwa terdengar saat mendengar ucapan Firyal tadi.

"Siapa suruh lu alay." dengusnya.

"Sayangg kok 'lu' sih? inget ya aku-kamu." ralat Kahwa.

"Hm, eh siapa nih?" ucap Firyal saat menatap gadis yang berdiri disamping pacarnya yang tak lain Navisya.

"Masa kamu lupa? ini kan adek aku, si Navisya." ucapnya sambil memperkenalkan.

"Ohh adek lu yang tinggal dibandung itu ya?"

"Iya tahun ini dia pindah ke sini, kalian yang akur ya." Kahwa membenarkan kalimat lalu merangkul Firyal.

"Hei kenalin gue Firyal, majikannya abang lu nih Hahaha" ucapnya sambil mengulurkan tangan ke Navisya.

"Oh halo kak aku Navisya, salam kenal." Navisya berucap gugup tapi tetap menerima uluran tangan pacar abangnya.

"Astaga dee." suara Kahwa makin lesu krena mendengar ucapan Firyal tadi.

"Diem sih lu alay" ucap sang pacar abang ke Kahwa yang hanya bisa pasrah dan Navisya hanya bisa terkekeh melihat tingkah mereka berdua, menurutnya mereka itu sangat lucu.

"Jadi kalian mau kemana?" lanjutnya lagi.

"Ini aku mau ke TU kak nanyain soal kelas aku." jawab Navisya dengan senyum dipaksakan.

"Iya tapi katanya minta dianterin, manja emang." ledek Kahwa.

"Diem dah lu wa anterin kenapa sih, orang adek sendiri." geplak Firyal memukul lengan Kahwa. "Eh btw santai aja kalo ngobrol bareng gue Sya, panggil Firyal atau iyal juga gapapa." lanjutnya.

"Eh iya, yal." Kaku Navisya. "Yaudahlah aku ke TU sendirian aja, tunjukin arah nya aja bang." katanya sambil menatap Kahwa.

"Dari sini lurus aja dek terus entar keliatan kok tulisan TU dengan gede." jelas kahwa singkat, padat dan jelas.

"Oh oke ngerti. bye abang, bye kak yal." Navisya mengangguk-angguk sambil tersenyum dan berlalu kejalan yang ditunjukin abangnya.

Beberapa menit berselang "Itu Navisya gabakalan tersesat kan wa?" tanyan Firyal saat melihat Navisya tak terlihat lagi dipandangan mereka berdua.

"Gak bakalan lah, hm mungkin gak bakalan." jawab Kahwa ragu sendiri sambil mengusap tengkuknya.

"Udahlah lu terlalu bego, ayo kekelas." Firyal berjalan kedalam sekolah arah krodior.

"Eh tunggu dee." panggil Kahwa menyusul Firyal dan mereka pun berlalu meninggalkan parkiran.

Next or No?

RecuérdameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang