"Tadi malem lo bener jemput Aretha, Vin?"
Kavin menoleh, mendapati eksistensi Isaac yang mungkin sudah beberapa lama berdiam di sana— di samping dirinya yang dari 10 menit lalu hanya mematung, menatap lurus isi loker.
"Iya," ucap Kavin singkat, kemudian menutup pintu loker dengan kencang. Cukup kencang hingga Isaac yang sedang menyender pada loker di sampingnya melonjak kaget.
"Jesus christ," seru laki-laki itu, mengelus dada."Vin, gue cuma nanya loh?"
"Gue males ngomonginnya, Saac. Udahlah," ujar Kavin, kemudian berjalan menjauhi Isaac yang kini berusaha mengejarnya.
"Kenapa lagi sih lo sama dia?" tanya Isaac lagi, sambil susah payah menyamakan langkah kakinya dengan Kavin. Tinggi Kavin lebih dari Isaac, jadi setiap kali Kavin melangkah cepat, Isaac harus berusaha melangkahkan kakinya lebar-lebar.
"Dia mabok terus minta putus lagi, ya?" terka Isaac, membuat Kavin lantas menghentikan langkahnya.
"Tebakan gue bener, 'kan?" tanyanya lagi. Kavin lalu berbalik, menghela napas kasar.
"Now shut up," ujar Kavin."Dia begitu karena lagi mabok aja, kok."
"Tapi lo tau dia begitu nggak sekali dua kali, Vin." Isaac berhenti melangkahkan kakinya tepat di depan sepatu Kavin. Pemuda itu hampir saja mengumpat kasar ketika mengetahui fakta bahwa sahabatnya itu selalu saja mengalah dan memaafkan. Isaac tahu ia tidak sepatutnya merasa emosi, namun rasanya melihat bagaimana pemuda itu diperlakukan oleh Aretha dengan semena-mena membuat Isaac cukup mendidih.
Kavin tak merespons. Ia hanya lanjut berjalan, lagi-lagi meninggalkan Isaac begitu saja. Kali ini Isaac tak mengejarnya, pemuda itu hanya diam sembari meratapi punggung sahabatnya yang perlahan menjauh.
Dalam hati, ia berdoa semoga temannya itu selalu dalam keadaan baik-baik saja.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
right here | 2hyunjin
Fanfictioni know we ended on the wrong terms, but i said we're past it. so why you textin' me with questions you don't gotta ask me, like; "hey, i know it's random, how you been?" alternate universe. 2020 by catchinfires.