part 2🥀

5 1 0
                                    

Devan pun pergi mencari vava. Tujuan nya adalah kelas nya Vava yang berarti kelasnya juga.

Devan menghampiri meja Fia.

"Wehh Vava dimana? " Tanya Devan

"Ngapain lu nyariin vava? " Sinis sherina.

"Yaelah sinis amat lu. Tinggal ngasih tau doang vava dimana juga. "-Devan

" Lagian emang ngapain sih lo nyariin vava? . " Tanya Fia dengan nada sinis nya.

"Gua cuman mau ngucapin selamat ke dia. Karna do'a dia yang di kantin jadi kenyataan hahaha. "

Sherina dan Fia terkejud

"Udah gak usah sok-sokan kaget gitu. Dimana sekarang vava? "

"Di tangga pojok gedung B yang ngarah ke kelas XII klo gak ada di Kelas XII IPA1. "-Sherina

" Ngapain dia ke tangga itu kan tangga itu sepi dan konon serem. Trus ngapain dia ke kelas XII IPA 1?"-Devan

"Dia emang suka di tangga itu, kalo gk rooftop gedung B. Trus kalo soal kelas XII IPA 1 dia ke pacarnya palingan."

"Dia udah punya pacar? " Tanya Devan.

"KEPOOO!! " Sherina dan Fia.

"Ck." Devan berdecak kesal.

Devan pun pergi menuju tangga itu. Dia takut sebenarya bukan takut ada guru nantinya di kelas soalnya guru yang di jadwalin di kelas dia lagi gak masuk, dia takut karna tangga itu punya mitos tersendiri.

Akhirnya dia pun sampai di dekat tangga. Dia mendengar ada suara perempuan menangis. Tiba-tiba sugesti nya membuat bulu kuduk nya berdiri. Dia akhirnya memberanikan diri untuk ke tangga itu dengan menundukan kepala sangat dalam. Saat di anak tangga nomor 4 dari atas dia hanya melihat sepatu dan rok panjang siswi yang sedang menangis, sembari berdiri menghadap dinding yang langsung mengarah ke parkiran guru itu, tapi emang dasar nya devan terlalu sugestian yang nggak-nggak dia tetap ngira itu mbak kun.

"Kenapa sih sampai sekarang selalu ada yang berpikir bahwa gua bohong dengan kemampuan gua? Mereka gak ngerasain jadi gua susahnya kayak gimana nanggung kemampuan kayak gini, karna gak semua huntu itu bagus bentukannya. Pengen rasanya gua nutup mata batin gua, tapi apa boleh buat segala cara udah gua coba tapi tetep aja gak bisa. Hiks hiks hiks. "

"Bener kata Destria gak semua manusia bisa memahami kemampuan ini mereka hanya bisa menjudge tanpa memperdulikan perasaan si yang di judge ini. Arghh kenapa sih pemikiran mau mati itu kerap terlintas di otak gua yang cetek ini kenapa sihh. "

Devan yang mendengar itu, dengan refleks dia menanggapi.

"Ehh ehh jangan mati dong. "

Vava yang mengenali suara itu pun berbicara.

"Ngapain lo kesini? " Tanya vava sambil mengusap air mata nya.

"A.. A.. A.. Anu ituu gua nya.. Nyariin lu. "

"Gak usah gagap bisa gak ngomong nya. " Vava berbicara sembari menolehkan badan nya kearah devan

"Eh iyah. "

"Yaudh gk usah disini deh gak enak. Mending balik ke kelas. "

"Lu ngusir gua? "

"Bukan begitu Dev, gua gak ngusir lu gua juga mau ke kelas. Kalau lu mau disini sama para Mis. K sih terserah lu gua mah ogah. Ihhh. " Ucap vava sembari meninggalkan devan dan dia bergidik.

"Eh, eh tunggu kok lu ninggalin gua sih." Devan berusaha mensejajarkan langkah nya dengan Vava.

Saat mereka sampai di depan tangga yang bersebelahan dengan UKS tiba-tiba....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE SECRET🥀👻🤞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang