O4

248 26 3
                                    

(iv) tentang rembulan

✏ yiren masih sama, kokohkayak dulu✒ gak ada alasan berubah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✏ yiren masih sama, kokoh
kayak dulu
✒ gak ada alasan berubah

· · • • • ✤ • • • · ·

Sayup angin membelai, mengibar rambut Heejin pelan. Ia terdiam dengan bising lapangan sebagai pengiringnya, jika dilihat memang tak singkron dengan apa yang Heejin lakukan, tapi ia tak tahu harus menyendiri dimana. Lagipula Heejin tak suka kesunyian bahkan kesendirian, ia bukan figur yang kuat untuk itu, dan Heejin rasa rembulan melakukannya.

Selama hampir 10 menit Heejin termenung di undakan tangga lapangan, pikirannya masih tertanggal pada si rembulan yang berubah untuk Heejin.

Sebenarnya mengapa?

Rol film memori lama diputar, di dalam diamnya Heejin menyaksikan bagaimana kisah lama yang sudah dirajut sedemikian rupa kini jadi tinggal nama. Luka dan bahagia hanya terasa bagian dari masa lalu saja yang harus ditelan dan dikubur dalam.

Tapi Heejin menepisnya segera ia masih terlalu dini untuk menyimpulkan semua, lagipula Heejin belum tau apa-apa tentang keadaan Yiren kini, rasanya tak baik jika beranggapan begitu.

Dulu disaat Heejin berfikir pendek begini  Yiren akan ada dan menguntai kata agar dipercaya logika Heejin yang tak pernah beranjak dewasa, tapi itu salah satu bagian dari masa lalu yang dikenang. Sekarang Heejin entah cerita pada siapa, bersandar pada bahu siapa, dan meminta lentera pada siapa. Temannya sekarang terlalu rumit diterka perangainya, jadi Heejin masih sulit percaya jika belum ada bukti kuat.

Heejin hanya menjadi dirinya yang selalu Realistis.

"Heejin" panggil seorang adam, dirinya tampak tergesa dan lelah, bukan setitik tapi banyak keringat yang bercucur di pelipis. Nafasnya juga memburu.

Heejin diam, tak seinci pun bergerak. Ia begitu sebab tak dengar, terlalu setia menyawang si rembulan hingga jadi beban pikiran.

"Jeon Heejin"

Heejin mengangkat kepala lalu ia sedikit menarik kurva dan lagi atensinya tertarik ke depan. Jaemin si adam turut duduk di samping Heejin lalu melirik sekilas Heejin sebelum menarik netra tuk melirik sekitar.

"Jaemin, boleh nanya gak?" kata Heejin samar hampir tertelan bisingnya suara yang tercipta di lapangan.

"Tanya aja" jawab Jaemin tak melirik lawan bicara

"Gimana orang di sekolah ini liat Yiren"
Heejin menggerak kepala ke arah si adam. Mata mengatensi penuh si Na, namun jika diperhatikan lebih detail ia lebih dari sosok gadis yang di selimuti lara.

𝒂𝒎𝒊𝒈𝒐𝒔 | heejin, yirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang