Satu

1 0 0
                                    

Pagi yang mendung membuatnya malas untuk bangkit dari pulau kapuk kesayangannya. Dengan selimut tebal yang hampir menutupi seluruh tubuhnya serta dengan mimpinya yang teramat indah.

"Gitaa... Bangun!," seseorang berteriak tepat didepan pintu kamar sembari menggedor-gedor pintu. Tetap dengan selimut yang menutupi tubuhnya,dia tidak berkutik sedikitpun. Tetap dengan pendiriannya,seseorang itu masih saja menggedor-gedor pintu kamar sampai sang pemilik kamar terbangun dan menyingkapkan selimutnya.

(Hooaammm..) "Iyaa!'" seru sang pemilik kamar. Dia beranjak dari tempat tidurnya,mengikat rambutnya yang panjang seperti ekor kuda,berjalan menuju kamar mandi kemudian turun untuk sarapan.

"Selamat pagi Ayah,Bunda dan Abang," sapanya saat sampai dimeja makan.

"Dek lo itu udah gede,harusnya kalo pagi itu bangun sendiri ngga usah pake digedor-gedor dulu,"kata kakaknya serius. Gita hanya diam dan makan dengan lahap tanpa menghiraukan perkataan kakaknya. Kakaknya hanya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan makan.

Usai sarapan,Gita mendekati bundanya yang sedang membereskan meja makan.

"Gita bantu ya,Bun," kata Gita menawarkan. Bunda hanya tersenyum lalu mengangguk.

Tepat pada pukul sepuluh siang,pekerjaan rumah Gita dan bundanya selesai. Dia melongok ke jendela,dilihatnya mentari masih bersembunyi di balik awan hitam. Dia beranjak berjalan menuju kamarnya. Sesampainya didalam kamar dia meraih gitar kesayangannya dan memainkannya dengan penuh penghayatan.

Tepat pada pukul satu siang sang mentari baru mau menampakkan dirinya namun masih malu-malu. Sepanjang hari ini Gita tidak keluar dari kamarnya,dia terlalu malas untuk keluar.

"Gita turun nak,ada Dika ini!," suara lembut Bunda yang tiba-tiba menggema sampai ke kamar Gita.

"Iya,Bun!",jawab Gita dari dalam kamarnya. Dia menutup laptopnya dan segera turun untuk menemui Dika yang berada di ruang tamu.

"Hi,Dik," sapa Gita saat sampai di ruang tamu.

"Hi,Git," jawab Dika balik menyapa.

"Ada apa? Tumben jam segini kesini,hari libur pula,"

"Ngga ada apa-apa,bosen gue dirumah,"

"Jahat lo,Dik. Ngejadiin gue sebagai pelampiasan rasa bosan lo,"

"Aelahh, bukan gitu maksud gue. Kan lo itu penghilang rasa bosannya gue,"

"Receh,". Mereka tertawa. Beberapa menit kemudian Bunda datang dengan membawa nampan yang berisi dua gelas minuman dingin.

"Makasih,Bunda," kata Gita

"Makasih,Tante. Ohiya,Tan, hari ini Dika boleh bawa Gita main nggak? Soalnya Dika kasihan liat Gita setiap liburan dirumah mulu, ntar malah jadi kudet. Boleh ya Tante?," kata Dika panjang.

"Apasi lo,Dik. Ngga lucu tau nggak?," kata Gita sewot dengan muka datarnya. Bunda hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala.

"Yang penting sebelum maghrib harus udah sampai dirumah,"kata Bunda mengizinkan.

"Bundaa.. kok diizinin sih," kata Gita merajuk dengan muka ditekuk.

"Benar kata Dika,biar kamu ngga kudet,"kata Bunda meledek lalu pergi meninggalkan mereka. Dika tertawa penuh dengan kemenangan.

"Puas lo," kata Gita judes.

"Banget,"jawab Dika masih dengan tawanya

"Yaudah sana lo siap-siap,"suruh Dika dengan senyumnya.

"Ini udah siap," jawab Gita masih judes.

"Gila,lo mau pake baju ini?,"tanya Dika terkejut.

"Aaarrgghh.. Dika,nyusahin banget sih lo," kata Gita geram. Dika hanya tertawa. Dengan langkah malas,Gita berjalan menuju kamarnya untuk bersiap. Beberapa menit kemudian,dia turun dari kamarnya dengan penampilannya yang selalu sederhana. Tak lupa dengan headphone yang menggantung dilehernya. Mereka langsung pergi setelah pamit dengan Bunda. Entah kemana Dika akan membawa Gita pergi.

New story'
*Next or no?*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang