Jejak 1

107 9 0
                                    

"Akhirnya, selesai juga"

Nadira menghela napas lega setelah semuanya beres. Oleh-oleh yang sudah ia siapkan dari jauh jauh hari kini sudah tertata rapi di dalam kopernya, begitu juga dengan pakaiannya. Kostannya yang tadi berantakan kini sudah rapi kembali. Nadira tidak ingin meninggalkan kostan dalam keadaan berantakan, semua harus rapi dan saat dia pulang nanti dia hanya perlu mengeluarkan sedikit tenaga untuk membersihkan debu saja.

Nadira adalah satu dari sekian banyaknya perantauan yang ada di ibu kota. Berbekal dengan ijazah SMAnya, Nadira mencoba peruntungan di ibukota. Sudah 3 tahun dia berada di ibu kota, dari menjadi SPG sampai buruh pabrik ia tekuni. Saat ini dia berkerja di salah satu Garment yang ada di daerah Jakarta Timur. Gajinya memang tidak seberapa tapi cukup untuk menghidupinya selama dijakarta dan orang tuanya di kampung.

Sudah setahun Nadira berkerja di Garment ini, walaupun berat diawal tapi dia merasa nyaman disini. Karena rasa kekeluargaan yang begitu erat membuatnya tidak ingin mencari pekerjaan lainnya. Lagian juga, sudah jarang ditemui garment di Ibukota dengan gaji UMR, kebanyakan gaji garment di tempat lain jauh dibawah UMR. Kalau pun ada, biasanya juga THR hanya 30% dari gaji atau tidak ada THR sama sekali. Nadira cukup beruntung, gaji UMR dan THR satu bulan gaji. Walau terkadang Garment ini sedikit bermasalah dengan lemburan yang tidak dibayar. Tapi tak apa, yang penting gaji perbulannya lancar.

Seharusnya lebaran tadi Nadira pulang, tapi keadaan di Garment memaksanya harus tertahan di pabrik menyelesaikan orderan yang katanya penting untuk keberlangsungan Garment. Jadi, disaat yang lain libur, line 7 (Line dimana Nadira berada) harus tetap masuk seperti biasa, mereka hanya libur 2 hari saja ketika lebaran. Nadira dan teman-temannya dijanjikan gaji 2x lipat dari biasanya, THR dengan tambahan 50%, dan libur 2 minggu di bulan lain. Tawaran yang menarik dengan bayaran melewati moment lebaran tahun ini bersama keluarga.

Dan ini, bulan yang selama ini mereka nantikan. Orderan terakhir mereka telah selesai dari beberapa hari yg lalu, proses finishing juga sudah selesai, sebagian sudah masuk polybag, dan sabtu pagi nanti akan berangkat menuju negara tujuan. Oleh karena itu, mereka mendapatkan libur yang sudah dijanjikan dari beberapa bulan yang lalu.

Nadira sudah siap, semua barang-barangnya sudah masuk kedalam bagasi mobil yang dia sewa secara online. Sudah juga berpamitan dengan pemilik kostan. Sekali lagi dia memeriksa barang bawaannya, takut ada yang tertinggal.

"Sudah mba?"

"Sudah mas, langsung jalan saja"

Ini adalah kepulangan ketiga Nadira setelah merantau ke ibu kota. Berada jauh dari keluarga membuat dia menjadi mandiri diusianya yang baru memasuki 21 tahun. Disaat teman-temannya yang lain beradaptasi dilingkungan kampus, disaat itu pula Nadira beradaptasi dengan lingkungan kerja. Disaat yang lain sibuk mencari Dosen pembibing, maka disaat itu pula Nadira disibukan dengan laporan-laporan Output. Disaat yang lain sudah menggunakan toga, disaat itu pula posisi Nadira naik satu tingkat.

Sekitar 30 menit kemudian, Nadira sampai di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Keadaan terminal sepi tidak seperti ketika musim liburan terutama libur lebaran. Barang-barangnya sudah diturunkan dari bagasi dan dia sudah laporan di PO Kramat Djati, Bus yang akan membawanya pulang kampung. Dia harus menunggu 15 menit lagi, karena Busnya masih dalam perjalanan.

"Tujuan kemana Nak?" Ibu-ibu yang ada disampingnya bertanya dengan ramah.

"Palembang Bu" Jawab Nadira ramah. "Ibu sendiri mau kemana?" Lanjut Nadira lagi.

Ibu itu tersenyum sebelum menjawab. "Padang Nak, lebih jauh dari Palembang"

"Ibu pulang sendirian?"

"Iya Nak, Ibu sudah biasa pulang pergi sendirian"

Nadira dan Ibu itu, larut dalam obrolan ringan sampai terdengan pemberitahuan bahwa Bus Kramat Djati tujuan Palembang sudah datang dan penumpang dimohon untuk bersiap-siap sekarang juga.

"Saya duluan ya Bu, semoga bisa berjumpa lagi" Ucap Nadira sebelum meninggkan Ibu itu. "Hati-hati dalam perjalanan Ibu".

Setelah memastikan semua barangnya sudah masuk kedalam bagasi bus, barulah Nadira masuk kedalam Busnya. Nadira duduk di kursi nomer 8 dekat jendela, sesuai dengan permintaannya. Kursi disebelah kosong, entah kosong karena tidak ada penghuninya atau kosong karena penghuninya belum datang.

Aku sudah masuk kedalam bis.

Nadira sudah mengabari keluarganya di Palembang jika hari ini dia akan pulang ke Palembang menggunakan Bus dan besok pagi dia sudah ada di Palembang. Tidak lama setelah pesannya terkirim, seseorang menghubunginnya.

"Sudah jalan belom" Tanya orang disebrang sana.

"Belum bang, ini masih diterminal" Nadira menjawab apa adanya.

"Samping kau lanang apo betino" Abang Nadira lanjut bertanya.

"Sampeng aku kosong. Jadi dak tau lanang apo betino" Sampai sekarang, kursi disamping Nadira masih kosong. Nadira berharapnya kosong dengan begitu dia akan lebih leluasa.

"Intinyo, nak lanang apo betino tetap harus waspada dengan bawaan. Jangan mudah pecayo dengan wong. Sudah itulah, kabari terus. HP jangan sampe mati"

Abangnya selalu seperti itu, padahal Nadira sudah berpengalaman dalam perjalanan jauh dan tidak harus diingati setiap kali dia pulang. Larut dalam lamunannya, sehingga Nadira tidak menyadari bahwa kursi disampingnya sudah ada yang mengisi.

Bus Kramat Djati perlahan mulai meninggalkan Terminal Kampung Rambutan. Sepanjang itu pula, Nadira fokus melihat keluar jendela. Dan ini adalah salah satu alasan mengapa Nadira lebih suka naik bus dibandingkan naik pesawat saat pulang. Menurut Nadira, naik bus akan membuat pengalaman pulangnya lebih menarik dan juga akan banyak hal-hal aneh yang akan dia jumpai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JejakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang