Derita punya popularitas salah satunya adalah kedatangan tamu tak diundang, nyaris setiap waktu, ke kelas. Tidak perempuan, tidak laki-laki, keduanya bukan hal yang bagus.
Jaemin hampir setiap hari mengalaminya dan menjadi terbiasa karenanya. Jadi, ketika kemarin Renjun datang untuk menemuinya, ia langsung berkata seperti itu tanpa berpikir terlebih dahulu.
Sekarang, derita lainnya harus ia hadapi. Rasa malu karena terlalu percaya diri.
"Uh, hei, kau datang lagi," Jaemin menggaruk tengkuk, tatapan ia pastikan tidak mendarat pada Renjun.
"Aku bukan ingin menyatakan perasaan padamu."
"Itu ... uh, aku tahu."
Ada jeda sejenak sebelum Renjun berkata, "Nakamoto-ssaem mencarimu."
Jaemin pada akhirnya menoleh, tidak bisa menyembunyikan keterkejutan. "Eh?"
Renjun tidak berkata apa-apa lagi. Ia membungkuk sekilas dan pergi. Jaemin mengerjap beberapa kali, membuka mulut, mengatupkannya, menampar pipi, lalu mengaduh.
Well, ia tidak menyangka Huang Renjun bakal jadi budak para guru. Ini kedua kalinya dia datang hanya untuk menyampaikan hal semacam itu. Ini juga kedua kalinya Jaemin lupa meminta maaf.
Menggeleng cepat, Jaemin berseru ke dalam kelas, berkata kepada Jeno akan ke ruang staf. Sambil menyusuri lorong dan menjejalkan kedua tangan ke saku celana, Jaemin bertanya-tanya apa bertemu Renjun adalah suatu kebetulan atau hanya kesengajaan.
"Di antara semua orang kenapa harus dia yang datang kepadaku?"
Begitu berdiri di hadapan Nakamoto Yuta, Jaemin langsung diberi petuah. Tidak lain dan tidak bukan masalah simulasi ujian bulan Juli kemarin yang nilainya jeblok.
"Aku merasa tidak enak pada Jaehyun karena gagal membimbingmu," desah si wali kelas. "Sekali-sekali, motivasilah dirimu sendiri. Kau sudah di tahun kedua, sebentar lagi akan naik ke kelas tiga dan penderitaan yang lebih besar akan segera datang. Jangan bermalas-malasan. Kau pikir dengan nilai seperti ini bisa mengantarmu ke universitas?"
"Baik, Ssaem," balas Jaemin seadanya. Ia sudah biasa menerima nasihat-nasihat memotivasi, namun tidak ada satu pun yang menggerakkan hatinya.
Berdecak, Yuta menyuruhnya pergi. Jaemin sih tidak keberatan. Namun, baru beberapa langkah, suara Yuta kembali masuk ke telinga. Kepala ia tolehkan.
"Kalau kau tidak bisa belajar sendiri, belajarlah bersama orang lain. Setidaknya, yang lebih pandai darimu. Itu akan sedikit membantu.
![](https://img.wattpad.com/cover/222302443-288-k780203.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
the last summer for roses blooming
FanfictionRenjun bagi Jaemin adalah perpaduan salah paham, sesal, dan rasa ingin tahu.