Pagi terhadir begitu cerah dengan terik matahari yang begitu menyengat. Membangunkan setiap manusia untuk bergegas memulai aktivitas. Suasana senyap terlihat dalam ruangan bercat putih dengan lampu kuning di bawahnya. Terlihat sesekali sosok pemuda dalam ruangan itu menggeliat di atas ranjang reot miliknya.
“Simly! Woii bangun! Bangun apa gue bikin sate lu!” teriak Mak Ros dari luar ruangan itu.
Sementara sang empunya nama justru tidak mengindahkannya sama sekali. Pemuda yang disebut Simly itu menutup telinganya dengan bantal agar teriakan Mak Ros tidak terdengar dalam telinga yang ditindiknya.
“Simlykitty!” teriak Mak Ros sekali lagi.
Oke jangan tertawa, namanya memang Simly. Tapi nama panjannya adalah Simlykitty. Entah gerangan apa yang merasuki Mak Ros sehingga memberikan nama pada pemuda itu seperti nama seorang perempuan.
Dengan langkah gontai, Simly berjalan malas menuju pintu kayu kamarnya. Tidak lupa Simly melampirkan handuk pada pundaknya untuk mandi, karena jika tidak Mak Ros pasti akan menggiringnya menuju sungai untuk dimandikan.
“Kitty, itu kotak makanmu. Awas aja kalo nggak dimakan!” tegur Mak Ros kala melihat Simly menuju kamar mandi.
“Mak! Namaku Simly, jangan panggil aku Kitty!” protes Simly dengan sedikit berteriak.
Mak Ros menatap putranya lekat. Pemuda itu memang tidak suka jika dipanggil Kitty, padahal dirinya begitu menyukai panggilan itu untuk putranya.
Dua tahun Mak Ros menikah dengan Pak Sopo dirinya belum dikarunia buah hati. Ocehan dan hinaan para tetangga menjadi santapan mereka tiap hari. Mak Ros bahkan sering menangis akibat dikatai buruk oleh tetangganya.
Hingga suatu hari, Pak Sopo mengajak Mak Ros untuk berobat pada orang pintar. Orang pintar itu mengatakan bahwa Mak Ros harus mempunyai nadzar jika dirinya menginginkan buah hati. Jadilah nadzar untuk memberi nama ‘Simlykitty’ jika nantinya dia diberi keturunan.Seolah terjawab dengan nadzar, selang seminggu Mak Ros hamil.
Begitulah awal mula asal nama Simly pada pemuda itu. Pemuda yang malang, dengan nama seperti wanita. Kitty? Bukankah itu seperti nama wanita?.....
Hari ini merupakan hari pertama Simly memasuki sekolah di jenjang Sekolah Menengah Atas sebagai kelas tiga. Pemuda berambut coklat itu menggunakan minyak rambut begitu banyaj agar rambutnya terlihat klimis, tidak lupa ia juga menggunakan kacamata hitam ala-ala artis luar negeri.
Tau ini demi siapa? Ya, demi tengok-tengok adek kelas lah.
“Permisi kak, ruangan kepala sekolah di mana?” seseorang memanggilnya dari belakang.
Simly menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang gadis cantik tengah berdiri di belakangnya. Dia menatap gadis itu dengan lekat, seolah hendak memangsanya. Aksinya sebagai buaya jantan kini dimulai.
Simly menyisir rambutnya dengan jari tangan, matanya tersenyum nakal pada gadis di depannya, “Murid baru?” tanya Simly pada gadis itu.
Gadis itu tersenyum manis dengan lesung pipit yang dimilikinya, lalu mengangguk tanda membenarkan ucapan Simly.
“Mari kuantar, kenalin namaku Sim kelas dua belas jurusan Bahasa,” ujar Simly dengan mengulurkan tangannya.
“Sim? Surat izin mengemudi?” tanya polos gadis itu.
Simly tertawa renyah menanggapi ucapan gadis itu. Enak saja dia sebut namanya sebagai surat ijin mengemudi. Namanya itu Sim, Simlykitty.
“Simlykitty,”
“Apa Kitty? Hai Kitty, aku Fea,”
“Panggil saja aku Simly, jangan panggil aku Kitty!”
Simly mengantarkan Fae menuju ruangah sekolah dengan rasa bangga di hati, sesekali pemuda itu berusaha untuk menggenggam tangannya, namun selalu ditepis oleh sang empunya.
Jujur Fae merasa risih dengan tingkah Simly yang terlihat norak baginya. Bagaimana tidak? Pemuda itu terus saja menyisir rambutnya sepanjang jalan, dirinya bahkan berusaha untuk menggandeng tangannya.
“Mau ambil jurusan apa?” tanya Simly membuka pembicaraan.
“Bahasa,”
“Baru pertama kali ya deket sama wanita?” ceplos Fae terang-terangan.
Untuk melancarkan aksinya agar tidak dikira buaya, Simly mengangguk, “Iya soalnya aku jarang deket sama wanita,”
“Oh,” balas Fae acuh.
“Pantesan norak,” lanjutnya dalam hati.
Kalian tahu wajan? Begitulah penampakan rambut Simly saat ini. Klimis, dan mengkilat. Sedangkan matanya? Jangan ditanya, mata itu sedari tadi terus memandangi Fae.
Simly mengantar Fae hingga depan ruangan kepala sekolah, gadis itu berterima kasih lalu memintanya untuk meninggalkan dirinya. Awalnya memang Simly menolak, tapi karena paksaan dari Fae yang secara terus-menerus, akhirnya pemuda itu luluh dan beranjak meninggalkannya.
🍀🌿🌿🍀
Setelah Fae mengisi formulir dan berkas-berkas lainnya tentang pendaftaran, Fae diantar Pak Bejo menuju kelas. Gadis berambut panjang itu memilih jurusan bahasa, dia sangat menyukai pelajaran bahasa, terutama Bahasa Indonesia.
Fae sendiri adalah pindahan dari kota Jakarta, dirinya pindah ke kota Jepara dikarenakan ikut ayahnya yang pindah tugas di sini. Jadi, mau tidak mau, gadis itu harus ikut pindah.
Suasana kelas yang terlihat riuh dan ramai tersenyap seketika kala melihat sosok murid baru di belakang Pak Bejo. Murid berambut panjang serta pipi tembem itu dipersilahkan Pak Bejo untuk memperkenalkan dirinya.
Mata Fae terselayar pada bangku pojok paling belakang, sosok pemuda yang tertidur dengan mulut menganga serta hidung kembang kempis. Pemuda itu juga yang membuat mood paginya hancur karena tingkahnya, iya Simly.
“Nama saya Fae Falanda, pindahan dari kota Jakarta. Kalian bisa manggil saya Fae,” tutur Fae dengan lembut.
“Panggil sayang boleh?” celetuk salah satu siswa yang membuat kelas menjadi riuh.
Simly yang tadinya terlelap indah dalam dunia mimpi, kini terbangun karena keriuhan kelas yang begitu berisik. Mata ngantuknya berbinar terang seketika melihat Fae di depan kelas.
Seperti orang yang sedang ngelindur Simly berjalan dari pojok menuju depan kelas. Raihan, teman sebangkunya menatap aneh pemuda itu. Dirinya tidak tau, entah apa yang dilakukan temannya itu.
“Kau bidadari, jatuh dari langit pas di hatiku,”
“Eeeaaa!” lanjut seluruh murid di dalam kelas.
Simly menyanyi seolah-olah dirinya berada di panggung konser. Pemuda berambut coklat itu juga menirukan salah satu boy band kesukaannya, yaitu coboy junior. Baginya, Iqbal itu kembarannya. Dasar manusia halu!
Fae merasa malu dengan seluruh murid di dalam kelas ini. Apalagi Pak Bejo, Fae merasa tidak enak pada beliau. Bagaimana mungkin ada siswa yang berani menyanyi di depan gurunya.
“Stop! Hentikan!” ujar Fae dengan nada tinggi.“Maafkan saya pak, gara-gara saya kelas inj menjadi gaduh,” tutur Fae sopan pada Pak Bejo.
“Tidak apa-apa Fae, Fae kamu silahkan duduk di samping Rani. Nah, Rani angkat tanganmu supaya Fae tau di mana tempat duduknya!” perintah Pak Bejo.
Sang empunya namaitu mengangkat tangannya agar Fae bisa duduk di sampingnya. Fae mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Namun, bukan Simly namanya jika dia tidak membuat ulah. Pemuda itu menghalangi jalan Fae untuk duduk.
“Bidadari mari pangeran antar,” tawarnya.
Kelas kembali riuh dengan kelakuan konyol Simly ini.
“Bidadari Kitty!” celetuk salah satu siswa.
Sontak Fae tertawa dengan itu, bagaimana mungkin pemuda tampan seperti Simly bisa bernama Kitty?
Nb : tinggalkan jejak walaupun hanya satu huruf😍

KAMU SEDANG MEMBACA
My Name Is Simly
Ficção AdolescenteSeorang remaja bernama Simly, atau yang lebih lengkapnya Simlykitty. Namanya yang aneh dan seperti perempuan menjadikannya sering merasa malu kala mendekati gadis pujaan. Nama itu diambil dari nadzar orang tuanya kala belum memiliki buah hati. Simly...