The Smile has Left My Eyes (Revised)

9.7K 492 2
                                    

Minggu,pukul 22.30

Langkah stiletto gadis itu menggema di sebuah koridor aprtemen dibilangan menteng. Dirinya bermaksud memberi kejutan pada kekasihnya karena hari ini adalah anniversary mereka. Jari kecilnya dengan lihai memijit deretan angka yang menjadi sandi sebuah unit apartment milik kekasihnya.

"Sayang?"

Langkahnya membeku. Dia datang untuk memberi kejutan. Namun tampaknya kini dialah yang terkejut.

Sepasang manusia. Berbeda jenis kelamin. Berada diatas ranjang. Dengan tubuh polosnya. D-dan kedua bibir yang--

Tess!

Sesak itu meledakkan tangis seorang gadis yang awalnya mengira malam ini akan menjadi malam yang membahagiakan-seperti malam-malam sebelumnya- ternyata ia salah. Ini tak ubahnya malam penghinaan untuknya. Adakah yang lebih menyakitkan dibandingkan melihat dengan mata kepala sendiri bergumulan kekasih hati dengan perempuan lain? Apa yang lebih menyakitkan dibandingkan dikhianati di hari jadi?

Siapapun bangunkan dia dari mimpi terburuk yang tak pernah terlintas di pikiran Prilly. Gadis  yang di selingkuhi tepat di depan mata kepalanya sendiri.

"Kev... kamu?" Suara Prilly terdengar begitu perih. Air matanya menetas satu persatu dari pelupuk matanya. Dirinya menggenggam erat kantung plastik berisi kue yang rencananya akan dia nikmati bersama pujaan hati. Alih-alih menikmati kue, tampaknya malam ini dia harus menelan kenyataan pahit dan memakan hatinya sendiri.

Pria yang dipanggil namanya itu menoleh, terkejut dengan kedatangan seseorang yang terlalu mengejutkan baginya. Ia sedang tidak mengenakan pakaian apapun, bukan keadaan bagus untuk tertangkap. Namun yang ia lihat jauh di dalam iris mata sang kekasih. Ia jauh lebih telanjang. Tanpa harga diri, tanpa arti.

Prilly cepat-cepat membanting kembali pintu kamar kekasihnya. Ia berusaha menyeka air matanya, namun rasanya terlalu perih.

Apa salahnya?

Mengapa dia begitu?

Kalimat itu yang terus terngiang di kepalanya. Dunia seolang berjalan terbalik, membiarkan Prilly terkatung-katung dalam kondisi mengenaskan. Dia marah, dia benci. Dia tidak menyukai kenyataan bahwa dirinya dikhianati. Dalam mimpi terburuknya pun dia tidak pernah mengira akan di perlakukan begini.

Namun perasaan yang mendominasi adalah kehancuran. Dia merasa seperti diremukkan menjadi serpihan yang rusak. Kepercayaan dan hatinya telah terbunuh malam ini.

Prilly terus menangis dan meraung. Melepakan beban sebesar batu yang mengganjal hatinya. Dia benci penghianatan dan dia benci dikhianti. Dia benci pria itu.

"Kak, lo kenapa?" Tanya Raja. "Soal bang Kevin? Gue udah bilangkan dia itu pria brengsek dan lo masih percaya!" Raja yang merupakan adik Prilly itu terus menyudutkannya.

"Gue juga nggak tau kalau dia sebrengsek itu buat selingkuhin gue dengan tidur sama perempuan lain, Ja!" Teriak Prilly.

Raja tercengang, "Dia...tidurin cewek lain? Kurang ajar tuh orang! Cowok brengsek kayak gitu harus di kasih pelajaran. Ayo pergi, cepetan!" Raja menarik paksa Prilly. Pergelangan tangannya hampir memerah akibat cengkraman kuat dari adiknya itu.

Ia berusaha menghentikan Raja. Namun emosinya yang sudah di ubun-ubun itu sulit dipadamkan. Prilly hanya pasrah dan berpegangan erat pada jaket Raja saat ia mengendai laju motornya tak manusiawi.

"BERHENTI! Gua bilang berhenti, Ja." Teriak Prilly yang tidak akan di dengar Raja. Suaranya teredam oleh kebisingan jalan dan deru mesin motor adiknya itu.

Hopeless (Sedang Dalam Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang