"Hiks hiks hiks," Olivia, gadis berusia 16 tahun yang terkenal sebagai gadis yang sangat ceria dan friendly yang tak pernah terlihat menangis sekarang sedang menangis di dalam kamar hotel sendirian. Menurutnya hanyalah kamar hotel yang bisa membuatnya merasakan hidup tenang walau hanya sementara.
"Gue iri sama orang yang memiliki rumah yang bisa digunakan untuk berlindung. Menurut definisi banyak orang rumah adalah tempat teraman dan terdamai yang ada di dunia, tapi definisi gue dan orang-orang beda menurut gue rumah adalah tempat terburuk yang ada di dunia. Di rumah gue ga dapat kenyamanan, keamanan dan kedamaian yang gue rasakan di rumah adalah suasana perang yang menyelimuti rumah."
"Gue juga sangat iri dengan orang yang bisa percaya kepada orang lain dan bisa menceritakan kepada orang lain tentang masalah dan ceritanya tanpa ada keraguan sedikitpun. Bahkan dengan sahabat-sahabat gue, gue sendiri ga bisa percaya dengan mereka. Menurut gue mereka itu orang bermuka dua yang hanya ingin tau rahasia kita untuk diberitahu kepada banyak orang."
***
"Bang nasgornya satu," kata Oliv sambil berjalan menuju meja favoritnya.
"Dimakan disini liv?" tanya bang Jeki memastikan.
"Iya bang, kek biasanya, jangan lupa sambalnya banyakin biar ni perut kesakitan," jawab Oliv dengan tawa sebagai penutup.
"Hahaha, iya iya..." tawa bang Jeki.
15 menit kemudian...
"Nih nasgor pedesnya, jangan lupa minum," kata bang Jeki dengan tawa ringannya.
"Hahaha, iya bang pasti minum kok," Oliv pun mulai makan sambil melanjutkan mengotak-atik hp.
"Oliv, lo disini?"
"Ah Lina, iya lagi makan. Disini makanannya enak banget lo apalagi nasgornya, sumpah bikin ketagihan," jawab Oliv dengan nada besemangat dan friendly, seperti biasa.
"Hahaha, keknya lo pantes deh jadi bintang iklan makanan," kata Lina, entah itu sedang memuji atau sedang mengejek.
"Iya dong, Oliv. Lagi pula nanti kalo gue jadi bintang iklan gue jamin 100% atau uang kembali kalo pasti rame yang minat," sifat sombong Oliv pun mulai keluar.
"Yaudah, noh iklanin nasi gorengnya bang Jeki, kasian tau yang beli tiap hari cuma lo."
"Warungnya bang Jeki ga usah gue iklanin juga udah laku, soalnya mereka tau kalo ada artis papan atas disini," lagi lagi sifat sombong Oliv keluar.
"Dih, gini amat punya temen. Btw lo seneng banget sih makan pedes."
"Pedes tuh enak, nih ya katanya instagram makan pedes bisa bikin badan makin kurus," kata Oliv sambil memegang perut buncit miliknya.
"Perasaan lo tiap hari makan pedes tapi badan lo malah makin sehat aja dari hari ke harinya," kata Lina mengejek disambung tawanya.
"Dih, gini-gini gue uda turun ya, jangan remehin gue lo yaa," emosi receh Oliv pun mulai naik.
"Hahaha palingan cuma 1 ons, hahaha," tawa Lina yang daritadi tak juga selesai.
"Tau tak pa," ujar Oliv meniru gaya serial kartun Upin & Ipin.
"Dasar kartun lover," disambung cibiran dari Lina.
"Makanan lo dah dateng tuh, buruan makan."
"Iya iyaa, ini mau makan"
"Oiya, malam ini kan ada pasar malam, ajak Lina aja," kata Oliv di dalam hati, Oliv pun memulai pembicaraan "Lin, habis ini lo mau kemana?"
"Ga ada rencana sih, lo mau ngajak gue kemana. Kuy jalan," jawab Lina penuh semangat.
"Pasar malam yuk, ga ada cowok nih," ujar Oliv dengan wajah soknya.
"Dih, dasar jomblo akut," olok Lina sambil memiringkan sebelah bibirnya.
"Mending gue, daripada lo udah jomblo ngenes lagi."
"Yaudah, gue ga mau pergi sama lo, maunya langsung pulang aja. Sana lo pergi sendiri aja, marah gue," ujar Lina sambil mengerak-gerakkan tangannya, kode agar Olivia segera pergi
"Yaudah terserah, nanti di jalan juga banyak cowok yang ngajakin gue buat barengan ke pasar malem." Oliv memulai langkahnya untuk keluar dari warung bang Jeki
"Kok lo ga ngerayu gue sih," kata Lina sambil memayunkan bibirnya ke depan.
"Ya kan tadi lo udah bilang kalo mau pulang, yaudah sana pulang," usir Oliv.
"Iya gue ikut Olivia yang baek hati dah ke pasar malem, liat aja nanti kalo sampe ga ada cowo yang ngajak lo, besok lo harus jajanin gue pecel di belakang sekolah waktu istirahat."
"Yaudah, ayo cepet."
***
Oliv mulai memasuki rumah dengan tenang tanpa ada yang menanyakan kedatangannya. Lampu di ruang keluarga yang terlihat masih menyala begitu pula dengan televisinya, lampu kamar Alhesa, adik perempuannya dan ruang kerja papa pun juga masih menyala.
Oliv pun masuk kamarnya yang berantakan bahkan sangat, di rumah memang ada pembantu tapi tidak dibayar untuk membersihkan seluruh ruangan di rumah, bi Ti hanya melakukan pekerjaan yang disuruh oleh mama dan jika sudah tidak ada tugas bi Ti akan pulang ke rumahnya.
Oliv melempar totebag yang dia bawa tadi ke meja belajar dan mendarat tepat di atas laptopnya yang terbuka. Menyadari bahwa laptop miliknya terbuka, Oliv pun membukanya dan mengecek keadaannya.
Laptop milik Oliv memang dikunci, tetapi password tersebut tidak bisa menjadi rahasia jika dengan mamanya. Oliv mencoba memasukkan password yang benar dan juga sidik jadi tangannya, tetapi tetap juga tidak terbuka.
"Anjir, ga kebuka juga, pasti bajingan udah ngganti password sama sidik jarinya. Aah," dengan emosi yang memuncak Oliv menuruni tangga menuju ruang keluarga untuk menghampiri mamanya.
"Ma, mama udah ngganti password sama hapus sidik jari punya Oliv dilaptopnya Oliv ya?!," dengan emosi yang memuncak Oliv mendekati mamanya dan menaruh laptopnya karena takut jatuh dan datanya hilang.
"Emang kenapa?," ujar mamanya Oliv sambil bermain handphone yang berada di tangannya.
"Aah! Udah, cepet bukain!," Oliv yang tak mau berdebat dengan mamanya yang keras kepala langsung menyuruh mamanya untuk membuka laptop.
"Ga," jawab mamanya dengan santai tanpa melihat wajah anaknya.
"Lo ada masalah apa sih sama gue, perasaan gue ga pernah punya masalah sama lo deh!."
"Berani ya sama mamanya yang udah ngebesarin dan ngelahirin kamu ngomong pake lo-gue!," mamanya Oliv yang dari tadi tampak cuek pun mulai menampilkan emosinya.
"Siapa nyuruh ndidik anak tanpa kasih sayang, ya kayak gini jadinya!," jawab Oliv dengan menggunakan nada yang tak kalah tinggi dengan mamanya.
Plak!
Nb:
•emosi receh: emosi yang ga marah.Bubay gaess, see you di bab selanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Olivia
Romance"Dasar cewek murahan!" deg! Olivia, gadis gila yang hidup di keluarga tak berperasaan ini lemah banget soal cinta dan ini adalah cerita tentang cinta pertama Oliv. Mungkin kalian bakal menyangkal kalo Olivia bilang cinta pertamanya kelas 10 SMA, tap...