"Cuma sekali doang? Kenapa nggak ditambah, ayo tampar aja terus sampe masuk rumah sakit tuh tangan, ayo lagi," Kata Olivia menantang mamanya.
"Berani ya sekarang jawab, kalo diberitahu tuh jangan jawab," emosi mamanya Olivia pun semakin memuncak.
"Bentar-bentar, keknya situ tadi ga ngomong apa-apa trus...," belum sempat Oliv menyelesaikan perkataannya, Plak!
"Udah disekolahin sampe gede masih ga tau arti kata diem?!, kamu mau sekarang mama usir apa pergi ke kamar sekarang?!," teriak mamanya tanpa mempedulikan kerasnya suara yang ia buat.
Olivia hanya bisa diam dan memilih kembali ke dalam kamarnya dengan laptop miliknya tanpa terbuka password untuk membuka laptop miliknya itu. Papa Olivia yang mendengar suara teriakan mama dari ruang kerja segera menuju ruang keluarga, "Ada apa sih ini? Suara mama itu kecilin dikit dong, tetangga udah sering protes gegara suara mama yang keras, malem malem ga tau malu," tetangga Oliv memang sudah lama dan sering protes tentang suara mamanya ketika memarahi Oliv dan adiknya ataupun bi Ti.
***
Kring... kring... kring..., bunyi alarm milik Olivia yang sudah berbunyi sejak 3 menit yang lalu masih dibiarkannya berbunyi. Tadi malam Oliv memang tidur larut malam untuk berusaha membuka laptop kesayanganya, dia belajar melalui internet dan juga teman-temannya.
"Kak... kakak... kak bangun, udah jam 6 nanti dimarahin mama lagi. Kak cepet bangun. Kak, aku udah coba bangunin kakak pelan-pelan sekarang saatnya mengeluarkan keahlianku, sebelumnya maafin aku kak, terserah kakak mau maafin apa ga. KAK OLIV CEPET BANGUN!!!," suara Alhesa terdengar sangat keras sampai Olivia langsung terbangun.
"Al! Bisa diem ga sih! Masih pagi udah bikin ribut," ujar mama, mama memang lebih menyayangi Alhesa, mungkin karena dia lebih cantik jadi bisa dibangga-banggakan kepada teman-temannya.
Alhesa sama sekali tidak mengubris perkataan mamanya tadi. "Ternyata suara turunan mama ini bermanfaat juga," kata Alhesa, Alhesa pun menuju kamar mandi di kamar kakaknya.
"Masih pagi udah rame bat, woe lu ngapa pergi kesana? Mau gue pakek, udah ga minta maaf lagi, untung gendang telingga gue ga pecah," gerutu Oliv sambil memegangi telinganya.
"Tadi udah minta maaf kali, lo aja yang masih molor. Kamar mandinya gue pake bentar, kran di kamar mandi gue macet," Alhesa tetap pergi menuju kamar mandi milik kakaknya dan menggunakannya tanpa mempedulikan ocehan kakaknya yang tak kunjung selesai.
30 menit berlalu dan Alhesa masih berada di dalam kamar mandi milik Oliv, entah apa yang dilakukannya. "Woe cepet keluar anjir! Jalanan rame tau ga," celoteh Oliv.
"Iya iya... bentar lagi juga selesai, noh siapin buat sekolah dulu."
"Udah siap dari tadi dong, Oliv kok disamain ama adeknya."
Alhesa pun keluar dengan memakai skincare dan make upnya, "Bodo amat, yang penting mama lebih sayang sama gue ya daripada lo, dih," cibir Alhesa. Alhesa memang seperti itu, dia seperti tidak memiliki kebencian terhadap siapapun tetapi bila ada yang mengolok-oloknya atau membandingkannya dia tak segan-segan akan membalas dengan kata-kata pedasnya.
"Ya gimana mau lebih sayang sama gue, skincare gue aja murah cuma efek-efek dimedsos," jawab Oliv sambil berjalan menuju kamar mandi dan melakukan kegiatan di dalam sana.
"Makannya dong beli skincare deh minimal," ejek Alhesa di luar kamar mandi.
"Mana ada duit kakakmu ini, makannya minta uang lo deh buat beli skincare," kata Oliv sambil menyikat giginya.
"Ga, dah lah cepetan mandi. Sarapannya mau gue habisin."
"Disir idik liknit, punya adek ga punya akhlak sama sekali dah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Olivia
Romance"Dasar cewek murahan!" deg! Olivia, gadis gila yang hidup di keluarga tak berperasaan ini lemah banget soal cinta dan ini adalah cerita tentang cinta pertama Oliv. Mungkin kalian bakal menyangkal kalo Olivia bilang cinta pertamanya kelas 10 SMA, tap...