Bagian 1 : Sekolah Menengah Percintaan?

10 1 0
                                    

Yogyakarta,2015 

Hai, namaku Eva. Sekarang aku berada di kelas 8 SMP,  salah satu sekolah swasta di Yogyakarta. Sulit juga ya ternyata menulis sebuah diary , aku heran mengapa teman-temanku bisa sangat mudah menulis setiap sudut kehidupannya dalam sebuah tulisan. Badanku tidak tinggi, tergolong pendek. Perawakanku chubby, tapi jangan salah aku ikut ekstrakurikuler dance  di sekolah. Kulitku kuning terang, walaupun tidak terlalu putih. 

Aku sedang berada di kasurku pada saat ada pesan masuk dari kakak sepupuku yang sedang berada di Singapura untuk berlibur. Aku memang senang bercakap dengannya via blackberry messenger. Dia selisih 4 tahun dariku, tidak terlalu jauh, tidak terlalu dekat juga. Alasan aku menganggunya terus karena aku terlahir di keluarga sebagai anak semata wayang. Seandainya kalian tahu betapa kesepiannya aku selama 14 tahun tanpa saudara yang bisa di ajak bermain dan bercanda. Untung ada dia, walaupun balesnya lama bgt sih! 

"ha3 kaQ,,, gi Sib0ex ga?" aku mengetik kata kata itu kepadanya. 

Aduh aku alay banget ! Tapi aku melakukan itu secara sengaja karena memang lagi nget-trend  di kalangan teman-temanku. 

"gx nich hahaha" dia membalas pesanku

Aku heran, tumben  dia ikut membalasku dengan gaya bahasa alay  gini.

"kok tumben kak ikutan jadi 4l4y?" ketikku

"Eh, itu tadi temenku yang balas. Namanya Julian." begitu isi pesannya

"Oh gitu, hahah okeech dech!" jawabku

Aku pun melanjutkan berbicara dengan kakakku, atau temannya? entahlah, yang penting aku memiliki kawan berbicara. 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yogyakarta, Maret 2020 

Aku tidak pernah menyangka bahwa percakapan singkat asidental itu membuatku mengenalnya hingga tahun ini. Julian, ya nama itu yang selalu ada di benakku selama lima tahun terakhir. Namanya datang dan pergi, tapi tidak pernah hilang. Aku sekarang sudah duduk di bangku perkuliahan. Aku tidak pernah pergi dari kota kelahiranku ini. Julian adalah orang yang aku taksir berat pertama kali di bangku SMP hingga SMA kelas satu. Kami tidak pernah bertemu dan berbincang lebih dari 15 menit secara langsung. Semasa dia di Yogyakarta, kami tidak pernah bertemu secara pribadi selain di rumah sepupuku dan di gereja. Dia tidak pernah menyapaku atau mengajakku makan. Sangat malu katanya. Aku berpikir bagaimana kita bisa merasa sungguh familiar dengan satu sama lain walaupun belum pernah vibing  atau nongkrong  bersama. Lucu ya aku semasa SMP, masih lugu dan tidak tahu apa-apa tentang percintaan. Kalau boleh kembali mengingat waktu itu, aku melihat Julian sebagai sosok orang yang sangat geek dia suka main gim video sama seperti kakak sepupuku. Aku mengasumsikan dia juga suka menonton anime maupun film beraliran sains fiksi. Semasa itu, aku memiliki imajinasi bahwa pasangan ku di masa depan adalah anak basket keren, paling ganteng satu sekolah, dan cassanova di antara kaum hawa. Pokoknya, Julian tidak termasuk di golongan manapun. Dia orangnya canggung dan tidak mudah berbicara dengan perempuan. Perawakannya tidak terlalu tinggi, tapi lebih tinggi dariku. Rambutnya bergelombang berwarna cokelat gelap. Matanya besar dan kulitnya lebih putih dariku. 

"Woy, mau nanya dong." ucapku di telepon 

"Apaan?" jawab suara laki-laki di ponselku

"Dulu, kamu kan canggung banget yak sama orang, kok mau sih ngobrol sama bocil?" tanyaku

"Oh, dulu aku lihat kamu asik banget. Waktu di Singapura, aku iseng pinjem hape kakakmu itu, malah kita jadi ngobrol. Sebentar ngobrol sama kamu, aku pikir I should give this a shot, or I will regret it. Entah kenapa ya, aku juga bingung kok bisa berani. Kamu yang buat aku nekat haha." dia menyambung dengan gelak tawa 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yogyakarta,2015 

Sudah 3 hari aku mengobrol dengan si Julian-Julian ini. Aku merasa ini orang kok asik juga ya diajak ngobrol. Tapi kan dia cuman teman kakak aku ya, masa mau temenan sama aku sih? Aku kan masih SMP dia aja udah lulus SMA! 

Tapi anehnya, tiba-tiba ada friend request .

Julian added you, Would you like to add back?

Lah dia dapet pin BBM ku dari mana deh?

Aku add dia balik lah sih. hehe. 

"Hai, ini Julian, temennya kakakmu waktu itu." bunyi pesan itu

"Oh si p0c0nk?!?!?" jawabku.

Iya, aku ngatain dia p0c0nk. Aku gatau kenapa, entah karena dia putih karena pocong atau emang random word . 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yogyakarta, Maret 2020 

Aku kaget dengan responsnya, mungkin aku senang. Iya, Julian sekarang sedang berada di Amerika. Dia memutuskan untuk pergi melanjutkan studinya disana. Selama ini aku hanya terhubung dengannya via suara dan teks. Aku senang menelpon dia, memiliki perbedaan waktu selama 15 jam bukan hal yang sulit untuk aku kompromi. Jadwal kuliah yang senggang membuatku memiliki waktu untuk bercakap dengannya di sela kesibukanku. Jarak bukanlah masalah besar buatku. Jarak dan perbedaan waktu adalah hal yang aku perlukan saat ini. Aku tipe perempuan yang senang sibuk bekerja dibanding bermalas-malasan. Memiliki jam dan jadwal tertentu agar kita berdua bangun di waktu yang tepat, menyisakan ku waktu untuk mengembangkan diri tanpa rasa bersalah meninggalkan dia. Jarak membuat aku dapat membagi porsi antara romansa dan pengembangan diri. Mungkin kalian bingung membaca ini ya? Aku suka dengan Julian. Aku suka mengobrol dengannya, aku suka dia ada mendengarkan keluh kesahku, aku suka dia 'berada' di dekatku. Tapi jalanku dengannya, tidak pernah mudah. Kami berhenti berbicara di tahun 2017-2019. Waktu itu, dia memiliki pacar di Amerika. Aku sampai memiliki 2 mantan kekasih selama SMA. Cerita kami tidak akan cukup jika diceritakan di satu episode. Aku juga takut terlalu meromantisasi cerita kami. Tapi jelas, aku sedang dimabuk kasmaran. Aku menulis ini sebagai pengingatku tentang kisah kasih selama hidupku ini. Jika suatu saat aku mendapatkan penyakit yang menghilangkan ingatanku, kejadian kejadian ku dengannya akan selalu terekam di dalam kata kata. Aku ingin mengabadikan kisahku dalam tulisan. Mengenalnya dalah momen terbaik dalam hidupku dengan orang asing. 

Terimakasih sudah membaca episode pertama, tunggu cerita kami di episode selanjutnya. 

illustration credits: dribble.com 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 09, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JarakWhere stories live. Discover now