04

29 2 0
                                    

“DARI MANA SAJA KAU?!”

Suara Nyonya Kim terdengar lebih tegas dari sebelumnya. Wanita ini merasa marah pada anak bungsunya, Kim Febry. Raut wajah kekesalan tidak bisa lagi disembunyikan. Ia benar-benar merasa malu sekaligus marah dengan sikap putrinya yang menurutnya mencoreng nama baik keluarga.

“Kim Febry kau dengar?!” Tanya Nyonya Kim sekali lagi.

Sementara anak perempuan yang tengah dihakimi ini seperti tidak tahu malu. Sudah salah bukannya meminta maaf, gadis ini justru mengangkat kepalanya dan menatap mata ibunya dengan berani. “Naega?” Tunjuk Febry.

“Aku habis bersenang-senang diluar.. Kau  tau Eomma, aku sangat senang karena untuk pertama kalinya aku bisa bebas pergi kemanapun tanpa harus mementingkan nama baik keluarga Kim!” 

    PLAK!

Semua saudaranya hanya bisa tercengang mendengar suara tamparan yang terdengar nyaring ditelinga. Mata mereka semua membulat, ingin mencegah namun bibir mereka tidak bisa bergerak. Sedang gadis itu, ia terdiam ketika merasakan hawa panas menjalar disekitar pipinya. Air mata itu jatuh membasahi baju seragamnya. 

Gadis ini terkejut dengan yang dilakukan wanita anggun didepannya ini.

“E-Eomma.. Kau menamparku?” Ucapnya dengan bibir yang bergetar. “Kau.. Kau menamparku?!”

Wanita itu menatap tajam putrinya. “Kau pantas mendapatkannya.”

“Kau lebih mementingkan kebahagiaan keluarga ini daripada kebahagiaan orang yang ada didalamnya!” Teriak Febry saat itu juga.

“Apa kau tidak sadar, aku bahkan… tidak bisa merasakan kebanggaan sedikit pun.”Ucapnya terdengar penuh penekanan.

“KAU TAHU KENAPA AKU TIDAK PERNAH MERASA BANGGA MENJADI BAGIAN KELUARGA INI, HAH?” Teriak gadis itu lantang. 

Sedang wanita yang tadi menamparnya kini nampak terdiam seraya memperhatikan kemarahan putrinya dari depan. “Malhae! Katakan padaku kenapa kau tidak merasa bangga karena terlahir dari keluarga terpandang dan memiliki semua yang kau mau.”

“KATAKAN PADA EOMMA KIM FEBRY!” Bentak Nyonya Kim.

“ITU KARENA KAU!!” Tunjuk Febry pada sang ibu dengan berani. “Aku memiliki semua yang ku inginkan tapi aku tidak memiliki satu hal kecil.. Hal kecil yang bahkan keluarga termiskin sekalipun memilikinya!”

Wanita itu menautkan kedua alisnya. “Apa maksudmu?”

“Orang tua yang bisa kubanggakan!” Ujarnya lugas penuh penekanan.

Wanita itu bungkam mendengar bentakan putrinya. Ia merasa ucapan Febry berhasil menamparnya secara tidak langsung. Ia mengerti betul yang Ferby maksudkan, wanita ini menyadarinya. “Kim Febry, sebagai anak termuda bukankah saudara-saudaramu yang lain sudah mengatakannya.. Kau tahu betul bahwa appa dan Eomma—“

“Uang yang kalian cari itu sumber penderitaanku.” Lagi-lagi Febry menyela.

Wanita paruh baya ini merasa tidak terima, ia merasa jika perlakuan Febry kali ini benar-benar sudah melampaui batas. “Jika appa dan Eomma tidak melakukan hal itu, kita akan lebih sengsara dari sekarang!” Mendengar penekanan dari sang ibu membuat Febry terkekeh, gadis itu tersenyum miring. “Itu karena uang adalah yang paling berharga untuk mu.”

“Kim Febry!”

“Ku mohon Eomma.. aku dan oppa memang membutuhkan ini semua untuk keperluan kami, Geundae—“ 

“Kami lebih membutuhkan kehadiran kalian disisi kami.” Lanjut Febry dengan air mata yang mulai terkumpul dipelupuk matanya. “Kau bahkan tidak tahu penderitaan yang kami lalui saat masa sekolah atau sebelum kami masuk sekolah.. Mana ada anak yang kesulitan bertemu orang tuanya sementara orang-orang asing itu bisa bertemu dengan mu hampir setiap harinya dikantor..”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Excellent ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang