28. Bae's

265 29 5
                                    

Vote sama komen nya jangan lupa ya para seyenggquuu sekalian😘😘

➖➖➖➖➖

Samar Jihoon membuka mata, tempatnya bukanlah nuansa putih. Namun suasana rumah sakit dengan bau yang khas. Jihoon menatap sekeliling, disana dia mendapat Woojin yang sedang berdiri disampingnya.

"Ji... Lo denger gue?"ujarnya. Jihoon belum merespon, ia masih menatap sekeliling.

Woojin pun langsung memanggil perawat dan dokter untuk memeriksa keadaan Jihoon.

"Gimana keadaan Jihoon, Dok?"tanya Woojin.

"Keadaannya mulai membaik.  Namun seperti ia sedikit terguncang... Saya akan memberi obat pereda, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mohon langsung hubungi saya. Jihoon masih harus dipantau karna khawatir mentalnya ikut terguncang"jelas Dokter. Woojin hanya mengangguk paham dan Dokter serta perawat itu segera berpamitan.

Woojin masih bersama Jihoon, pelan ia mengelus kepala Jihoon.

"Gue gak tau apa masalah Lo sampe gini, Hun. Gue gak tega liat saudara gue gini"guman Woojin.

Tak lama pintu rawat Jihoon terbuka, disana menampilkan sosok Jinyoung yang datang dengan Suho serta Irene disampingnya.

"Loh ada Woojin... Gimana Jihoon?"tanya Irene.

"Jihoon udah sadar, Teh. Cuma kayanya sekarang lagi tidur aja"jawab Woojin, tak lama matanya menatap Jinyoung.

"Lo mau liat Jihoon, Jin?"tawar Woojin.

Jinyoung tak merespon ucapan Woojin, ia lantas berjalan menghampiri Jihoon.

Ditatapnya wajah tenang Jihoon saat sedang tidur. Jinyoung kembali down, bagaimana reaksi Jihoon jika mengetahui anaknya sudah direngut dari perutnya bahkan belum 9 bulan. Apalagi salah satu anaknya sudah pergi mendahului mereka.


Tangan Jinyoung mengelus kepala Jihoon dengan pelan agar tak mengganggu tidurnya. Disana Suho, Irene dan Woojin langsung keluar dari ruang rawat Jihoon. Mereka peka, mungkin ada yang mereka ingin sampaikan.


"Aku gagal jadi suami kamu, Ji. Setelah kamu sadar nanti kamu pantas benci aku"ucap Jinyoung sambil terus mengelus rambut Jihoon.


Namun, Jihoon tidak sepenuhnya tidur. Dia sudah bangun saat setelah dokter keluar.

Jihoon membuka matanya dan menatap wajah Jinyoung dihadapannya.

"Kenapa aku harus benci kamu?"tanya Jihoon.

Jinyoung sedikit terkejut, ia kira Jihoon benar-benar terlelap. Ia masih belum menjawab pertanyaan Jihoon.


"Kenapa aku harus benci kamu, Jin? Kenapa?"


"Aku... Merasa gagal jagain kalian"ucap Jinyoung lirih.


Tangan Jihoon mengelus pipi Jinyoung, terlihat kurus dan pucat. Jihoon jadi khawatir apa Jinyoung makan dengan benar?

"Kamu kok tirus sih? Kamu makan banyak gak?"tanya Jihoon dengan nada khawatir.

Jinyoung hanya menanggapi Jihoon dengan kekehan, "Hey.... Aku masih punya perasaan sedih buat kamu, disaat kamu berjuang dengan nyawa masa aku makan banyak sedangkan kamu sibuk diruang operasi?"

Jihoon ikut tertawa, "Ah iyaa kamu bener...." Tawanya tak lama, Jihoon memasang wajah sendu.

Sadar akan rawut wajah Jihoon, Jinyoung langsung mengubah topik pembicaraannya.

Teman Hidup • Deepwink [2/2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang