Namanya Devan,Devano Bramastya aku biasa menyebutnya Dev dia adalah pacarku,orang yang selalu melindungi dan membahagiakanku, apapun akan ia lakukan untuk membuatku tersenyum. Keluarga kami juga saling mengenal,dia akrab sekali dengan Yaya tak jarang dia nemenin dan jemput yaya sekolah,dia juga selalu melindungi Yaya lebih dari aku melindunginya.
*
"Dev kamu dimana?"
"Aku lagi di parkiran sekolah Yaya nungguin dia keluar kelas nih"
"Nanti langsung pulang ya jangan kelayapan enggak usah ngikutin keinginan Yaya terus kamu pasti capek habis pulang kantor"
"Hahaha sama adek sendiri kok cemburu Ra Ra..."
"Apaan si Dev bukan gitu aku tau Yaya suka minta enggak jelas dan kamu selalu aja ngikutin maunya dia"
"Oke sayang, Yaya udah keluar aku tutup telponnya ya.."
Dev memang begitu selalu meluangkan waktu untuk yaya yang sudah ia anggap adik kandungnya sendiri karena ia anak tunggal dan sangat menginginkan adik perempuan.
"BANG DEVAN!!!...." teriak yaya dari kejauhan
"Yaya jangan lari-lari nanti kamu jatuh"
ucap Dev sembari mengelus lembut puncak kepala Yaya
"Ih apaan si bang Yaya tu udah SMP ya masih aja dibikin kayak anak kecil huftt...." keluh Yaya
"Yaudah anak SMP mau kemana sekarang?"
"Beli es krim boleh gak?hehe"
"Kalo ga boleh gimana?"
"Yaudah Yaya ga mau ngomong sama bang dev lagi kalo gitu!"
sambung Yaya sambil melipat kedua tangannya di dada tanda marah
"Yah jangan gitu dong yaudah kita beli es krim udah marahnya ya masa bang Dev di cemberutin"
"Yeay Yaya sayang banget sama bang Dev" peluk yaya pada Dev yang sedang fokus menyetir mobil
*
"Bang Dev tau enggak,Yaya seneng banget kalo yang jemput bukan kakak Ara"
"Emangnya kenapa?kamu ga boleh gitu sama kak Ara..nanti bang Dev bilangin loh" goda Dev pada Yaya
"Ih bukan gitu bang,kalo sama kakak pasti harus langsung pulang,enggak boleh mampir,apalagi beli es krim"
"Iya... bang Dev tau tapi kakak kan ngajarin Yaya buat jadi disiplin,kalo pulang sekolah harus langsung pulang ke rumah,bukan beli es krim"
"Berarti bang Dev ngajarin yaya enggak disiplin dong?"
"Kalo itu beda Ya,hahaha" keduanya sontak tertawa geli sambil menghabiskan es krim di bangku taman
**
"Ra kamu beneran enggak bisa hari ini?padahal aku udah pesan tempat buat kita dinner"
"Aku mendadak ada meeting Dev,besok malam aja gimana?soalnya ini meetingnya penting banget"
"Yaudah gampang Ra nanti aku kabarin lagi,kamu jangan lupa makan malam,dah..."
Tut...tut...tut... sambungan nada telpon terputus dari ujung sana,terdengar suara sang penelpon sangat kecewa.
"Ra...padahal kamu bisa kalo mau pergi dinner sama Dev,lagian kerjaan udah mau selesai,kenapa ditolak?"
"Kamu pasti tau alasannya Jan"
"Seandainya bukan Dev kamu harus jujur Ra sama perasaan kamu,mau sampai kapan bikin dia terus sayangin kamu tapi kamu sebaliknya?"
"Aku sayang sama dia tapi terlalu enggak mungkin kalo untuk sekarang Jan"
"Jangan egois Ara...nggak semua orang bisa paham sama jalan pikiran kamu"
"Iya Jan aku ngerti kok" sambung ara tersenyum simpul
*
Begitu rumit hingga sulit bagi siapapun untuk bisa mengerti jalan pikiran seorang Zahra,bahkan ada seorang lelaki yang dengan tulus mengorbankan segalanya untuk dia,namun gadis itu tidak pernah menghilangkan perasaannya dari Gio;masa lalu yang selalu ia paksakan untuk tetap tinggal dalam ingatannya. Tiga tahun yang lalu setelah kepergian Gio untuk selamanya dari bumi,Zahra sangat kacau dan hancur seolah dihantam batu meteor yang begitu besar dari langit hingga menghancurkan seluruh bagian tubuhnya berkeping-keping tanpa bisa ia susun kembali.
Mati rasa mungkin bisa mewakilkan dirinya saat itu,bagaimana tidak lelaki yang tuhan hadirkan begitu nyata dengan wujud sempurna di depannya lalu harus diambil paksa dari genggamannya. Dua bulan sebelum kepergian Gio,mereka berdua baru saja melakukan pertunangan dan bulan berikutnya akan melaksanakan pernikahan,namun takdir berkata lain satu bulan sebelum pernikahan,hubungan mereka harus kandas dengan separuh jiwanya yang pergi untuk selama -lamanya.
Tidak ada yang bisa menebak takdir seseorang,tiga tahun setelah kepergian Gio,Devan hadir untuk Zahra seolah memang diperuntukkan menghidupkan kembali jiwa gadis yang sempat tak bernyawa itu. Meskin tidak sepenuhnya bisa menggantikan posisi Gio,namun devan berhasil membawa suasana baru untuknya.
Segala upaya ia lakukan agar bisa membuat gadis itu menerima kehadirannya dan pengorbanan memang tak pernah ingkar janji. Sekarang,disinilah Devan terjebak dalam sebuah perasaan rumit yang selalu ia yakinkan suatu saat nanti akan berbuah kebahagiaan yang tak bisa dinilai oleh apapun;Zahra menerima lamarannya dan menikah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumbang
Teen FictionKini semua telah berbeda dari hal yang pernah kita sebut sebagai rencana. Kamu telah memilih jalanmu sendiri,sementara aku juga harus bertahan dengan hidup yang kulalui. Kubiarkan engkau menjauh,sebab apalah artinya mempertahankan seseorang yang sel...