It will be worth

10 3 0
                                    

“Chan?” Kepala si gadis menyembul dari balik pintu.

Yes, baby?” Yang dipanggil menyahut namun tidak membalikkan badannya sedikit pun. Masih terpaku pada layar monitor di hadapannya dengan tombol-tombol ditangannya, yang tidak gadis itu ketahui.

“Kapan mau makan? You said you'll be done one hour ago.” Tangan gadis tersebut bersedekap di dada, sembari bersandar pada pintu masuk ruangan studio kecil kesayangan kekasihnya, tempat dimana ia biasa bermain bersama lembaran kertas berisi not dan chords, tempat bersejarah dimana setiap lagu yang ia ciptakan menjadi hits pada eranya masing-masing.

I'm sorry, Ai. But please give me another minutes.

Okay then. Aku tungguin disini aja biar nggak bolak-balik.” Sang gadis yang memiliki nama Sakurana Ai tersebut, kemudian mendudukan dirinya di sofa yang ada di studio kecil itu. Papa Ai merupakan penggemar manga Detective Conan, itulah mengapa nama Ai sedikit berbau Jepang karena diambil dari tokoh dalam manga Detective Conan, Ai Haibara yang terkenal sangat cerdik.

Beberapa menit berlalu, sang gadis yang tengah sibuk dengan ponselnya, dikejutkan dengan suara desisan yang keluar dari mulut Chan. Cukup keras sehingga otomatis ia menghentikan kegiatannya, lalu meletakkan ponselnya di meja, kemudian menghampiri kekasihnya.

Hey, what's wrong?” Sang gadis berdiri di samping kursi yang di duduki kekasihnya, sembari mengusap rambutnya yang tebal, dengan lembut. Sedangkan yang ditanya hanya menyenderkan kepalanya di perut sang gadis, masih dengan menatap layar monitor di hadapannya.

I can't.

What do you mean?

“Aku nggak bisa selesaiin ini, hari ini, kayaknya. Everything seems stuck on my head.

It's okay you always done your best. I know that.” Sang gadis yang awalnya hanya mengusap rambutnya kini beralih menepuk-nepuk pipi gembil sang kekasih.

What did I do to deserve you, Ai?” Si laki-laki yang sedari tadi masih memandangi monitor dihadapannya, kini beralih mendongak menatap sang gadis dan melingkarkan tangannya di pinggang mungilnya.

It should be my question, Sir.” Ai menyentil pelan dahi Chan.

“Kok disentil sih?!” Bibir Chan mengerucut tanda ia sedang melayangkan protes, lucu.

Ai hanya tertawa, kemudian kembali mengumpulkan dirinya dan menatap Chan dengan serius. “Listen to me, Chan.”

In this world, we always taught to be fair. Kayak kalau kamu ngerjain A ya pasti dapet A. Padahal nggak selalu kayak gitu. Sometimes it could be unfair too, like when you try to be nice with people but they don't act nice to you too. Tapi itu hanya sepersekian persen dari populasi. Selalu ada orang-orang baik yang akan bantu kamu, yang akan ada disisi kamu.”

“Termasuk kamu.” Sela Chan yang kini makin mengeratkan pelukannya.

“Aku?”

You'll always by my side, kan?”

Of course! Pake nanya lagi.” Ai tertawa kemudian mengusak gemas rambut Chan.

Vivacious || Bang Chan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang