chap 2

1.3K 102 28
                                    

Selamat datang kembali~~

Disc sudah disebutkan di chap 1.

Hanya sepi. Yuu terdiam diatas kasur. Matanya kosong menerawang setiap inchi ruangan yang ia tempati. Suara decak cicak sesekali menghampiri gendang telinga. Selebihnya sepi.

Entah bagaimana ceritanya, ia masih ada disini.

Yuu ingat, hari terakhir sebelum ia terbaring kaku disini. Masih ada Mika disana.

Mika?

Ah, aku lupa bilang dia adalah sahabat Yuu. Mereka dulu ada di panti yang sama. Sekamar. Sebelum akhirnya, 10 tahun lalu mereka kecelakaan saat akan piknik.

Yang tersisa dari 20 anak panti itu hanya Yuu dan Mika.

Yuu ditemukan selamat oleh Guren, Intel yang waktu itu masih menjadi seorang Relawan yang kemudian mengasuhnya hingga kini. Pun Mika. Setidaknya, sampai seorang wanita bernama Krul Tepes datang di usia mereka yang ke 10 dan mengaku bahwa Mika adalah keluarganya.

Guren tak bisa berkutik saat Krul menunjukkan identitas dan kartu Keluarga milik Mika. Lelaki itu hanya bisa memeluk Yuu kecil yang menangis saat Mika pergi.

Mereka kembali bertemu di SMA. Setahun yang lalu, saat MOS. Kebetulan mereka memilih SMA boarding School yang sama.

Yuu pikir ini sebuah keajaiban. Ia menemukan kembali 'keluarganya' yang pergi.

Namun nasib berkata lain.
Mereka malah terkena kecelakaan kereta api seminggu lalu.

Menurut cerita Shinoa, Yuu koma 5 hari hingga ia bangun 2 hari lalu. Sementara Mika masih koma sampai sekarang. Yuu hanya bisa menghela nafas dan tidak bisa membayangkan  kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Yuu saja kehilangan satu mata dalam kecelakaan kemarin. Mika?

Yuu membuang nafas keras.

..
...
..

  "Guren!"

Guren menoleh. Shinya disana, tersenyum. Guren menarik senyum meremehkan. Tipis.

  "Bagaimana Yuu?"

Senyum Guren runtuh seketika. Menatap langit, lelaki itu berkata. "Dia akan cepat sembuh kalau tidak terus menolak makan.."

  Shinya mengambil tempat disisi Guren. Ikut duduk di kursi panjang taman Rumah Sakit.
  "Maksudmu, Yuu tidak mau makan?"

  "Dia terus memikirkan keluarganya yang tersisa itu," suara Guren terdengar ogah-ogahan

  "Hei, kau ini kenapa?" Dahi Shinya mengerut.

  Guren lalu tertawa kecil. "Ah, kekanakan sekali aku."

  "Apa sih?" Shinya heran. Lalu sesaat setelah mengamati wajah Guren, ia tertawa. "Kau pasti berfikir kalau Yuu tidak memikirkanmu sama sekali, ya? Cemburu?" Godanya

  "Apa-apaan itu," sahut Guren dengan semburat tipis di wajah. Shinya baru saja membaca pikirannya tadi.

  Shinya tergelak dan menyikut bahu Guren. "Tenanglah, hei.. Yuu tidak seperti itu. Kau tahu kan rasanya ketika orang yang kau sayangi kritis?"

  "Aku tahu itu," sambar Guren. "Dan jangan terus menggangguku, aneh!"

  Shinya hanya tersenyum. "Yakin bisa bertahan seharian tanpa ocehanku?"

  "Setahun pun aku bisa, berisik. Malah hidupku akan tenang," jawab Guren.

  "Aaah~ masa begitu~?" Shinya mengerucutkan bibir, bercanda. "Hei, setidaknya bilang 'aku bercanda, berisik' untuk menghiburku. Kau ini pacarku atau bukan sih?" Sekarang ia pura-pura merajuk.

  "Ya, ya. Aku pacarmu dan aku cuma bercanda!" Guren mengalah.

  Shinya tertawa, kekanakan. Dan menghadiahi semenya dengan satu kecupan di pipi. "Sankyuu, Guren-chan!"

  Guren memalingkan wajah, malas. Walaupun sebenarnya ia suka diperlakukan begitu.

  "Bagaimana Mika?" Shinya kembali bertanya.

  Guren terdiam sebelum menjawab. "Aku tak tahu banyak. Yang pasti semalam ia sempat dipindahkan ke ICU lagi."

  Wajah Shinya berubah prihatin.

  "Sebenarnya aku ingin menjenguknya, namun aku malas berhadapan dengan wanita berambut pink itu," gerutu Guren.

  "Krul?"

  "Bagaimana kau bisa tahu namanya?"

  Shinya memasang wajah bosan. "Kau selalu menggerutu tentangnya kalau mengingat Mika kan?"

Skak!

  Sekarang Guren yang bingung mau berkata apa.

  Shinya tertawa lagi. "Ayo kita jenguk Mika, Guren!" Ia bangkit. Menarik tangan Guren.

  "Kau ini seperti anak anjing tersesat saja.."

  "Tapi kau suka kan!" Shinya mulai gemas.

  "Ya, ya.. aku suka," tanpa sempat Shinya prediksi, tiba-tiba Guren berdiri dan mengecup bibirnya singkat.
  Shinya mematung dengan wajah memawar.
(Sekedar info,, Guren jarang sekali mencium Shinya, tahu.. dia mencium kalau sedang ingin saja.)

  "Ayo." Guren menggandeng tangan Shinya. "Kau ini kenapa?" Tanyanya.

  "Guren... menciumku?" Batin Shinya kaget. "AAAAA!!! INI KEBAHAGIAAN LANGKAAAA!!"

  Shinya kembali sadar dan memeluk lengan Guren girang. Sementara Guren hanya meliriknya dengan ujung mata. Saat Shinya memalingkan wajah, lelaki itu tersenyum tipis.
  "Bodoh." Gumamnya. "Tapi manis.." tambahnya dalam hati.

Ah, apapunlah. Yang pasti Guren sangat menyukai Shinya, kok. Hanya saja, Guren belum bisa menampakkannya. Cih, Tsundere.

..
.
..

Hya! Ini kok jadi membahas Guren dan Shinya sih?? 😅 Duh, maaf ya. Zee belum kepikiran akan jadi seperti apa. Tapi ingin mengetik. Jadilah ini.
Guren x Shinya juga salah satu OTP Zee kok. Mereka manis.. *mimisan*

Haaaa!
Okelah! Jangan lupa vote dan komen ya! Tetap tunggu chap selanjutnya!! Zee akan usahakan secepatnya! 😊

Daah! Sayang kalian semua!

Salan merah Rosella!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

" Sakit. "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang