.
.
--The Hangging Tree --
Sc: Pinterest+editan
--Si gadis pemberani, Lintang Hoshikawa--
Pedang panjang bagai sabit, siluet mata bagaikan shinigami (malaikat maut), tubuh besar dan kuat itu mampu menebas kepala tak terhitung banyaknya. Ahli pedang yang berasal dari era Taisho, diseberang lautan sana datang ke negara kepulauan untuk merampas harta. Ia dipekerjakan dengan harta bergelimang, ia bertampang kejam walau berasal dari negeri sakura yang begitu indah. Seorang algojo pribadi shogun untuk mengendalikan penghuni penduduk Selayar yang kaya akan sumber daya lautnya. Sementara di daerah lain terikat akan romusha, di sini pun tidak jauh bedanya.
Yah, itulah yang dikatakan oleh gosipnya.
Hari ini aku bekerja di kebun kelapa. Hasil minyak kelapa sawit ekspor sangat menguntungkan bagi perekonomian dunia, terutama bangsa Eropa. Hasil laut dan juga rempah-rempah merupakan modal utama, tinggal pekerja pribumi yang mengelolahnya demi upah kecil dari si penguasa. Yang membuatku tidak pernah suka orang-orang ini sejak menginjakkan kaki di pulau kami.
"Lintang!" terdengar sangat familiar. Amma(ibu) menyeret keranjang penuh kelapa dengan susah payah, aku membantunya karena fisikku yang setara dengan pria dewasa.
"Kau tau, anak? Shogun memberi kemurahan hatinya untuk menjamu kita malam ini. Tuan algojonya yang baik hati pun akan ikut datang menjamu kita" ia sangat senang menceritakanku tentang orang-orang asia tengah. Dahulu ia adalah putri kepala desa, ia sedang mengingat masa-masa dimana para shogun masih ramah-tamah. Namun sejak pengkhianatan yang merebut keluarga dan suami terdahulunya, mentalnya menjadi rusak. Ayahku sekarang tetap mencintainya, karena dialah sang bunga desa. Umur ibuku sekarang tidak panjang lagi, keriput terlihat disekujur tubuhnya, tulangnya mulai menonjol. Tidak seperti ayahku yang lima tahun lebih muda darinya, ia pun juga sakit-sakitan. Bahkan suatu keajaiban ia dapat menemaniku hingga sekarang.
Di gedung penyimpanan hasil alam, Chozo-to, terlihat banyak pekerja seperti kami mengantri demi upah dan penjagaan ketat oleh orang-orang shogun. Mataku masih mencari tanda kehadiran sang algojo, ancaman yang paling berbahaya.
"Kami akan memeriksa semua keranjang! Tidak diperkenankan untuk membawa pulang!" tegas salah satu penjaga. Ia mulai mencatat hasil panen hari ini di papan jalanya. Kami hanya berdiri menunggu keputusan. Ibuku tersenyum-senyum menatap mereka bekerja "mereka selalu rajin sejak dulu, ya"Suara ibu kali ini memecah keheningan. "walau orang-orang sekarang kurang tata krama, shogun dan algojo Hoshikawa senantiasa mengingatkan sikap orang golongan mereka.
"Tutup mulut nenek itu!"
"Kau hanya terganggu oleh ocehan seorang lansia!" bantahku sambil memegang pundak ibu. Ibuku malah memarahiku karena tidak sopan kepada tamu dari Asia tengah. "Amma', itu sudah dua puluh satu tahun yang lalu...."
KAMU SEDANG MEMBACA
•--SITUS BUDAK CINTA--•
Teen FictionJadi, seberapa kuat seseorang mendedikasikan dirinya hanya untuk cinta? --www.authorchantk.bucinwp.com--