[HIDDEN MOON-3]

254 36 19
                                    

  Asrama tampak sedikit sepi siang ini. Hanya ada beberapa maid yang menyempatkan diri untuk beristirahat di sela-sela kesibukan mereka. Seperti seorang gadis yang tengah membaringkan tubuhnya pada ranjang dibawah tempat tidur Seungwan. Mereka terlalu sibuk sehingga tidak sempat berkenalan.
 

  Perlahan Seungwan mendekati gadis yang tengah berbaring santai sembari memainkan ponselnya tersebut.

"H-hai"

  Gadis tersebut mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Seungwan yang tengah berdiri kikuk dihadapannya.

"Hai! Kau pemilik ranjang diatasku?" Dengan segera gadis itu menegakkan tubuhnya menjadi duduk di atas ranjang.

  Seungwan menganggukan kepalanya sembari tersenyum simpul. "Kita belum berkenalan bukan? Namaku Seungwan, dan kau?" Seungwan mengulurkan tangannya untuk dijabat.

"Ah, namaku Sejeong" gadis bernama Sejeong tersebut menyambut jabatan Seungwan dengan senyum kotak yang terpatri diwajah manisnya. "Omong-omong, sepertinya kau lebih tua dariku. Boleh aku memanggilmu eonni ?"

   Lagi-lagi Seungwan tersenyum. "Mengapa tidak?"

   Sejeong merenggangkan tangannya yang terasa pegal. "Kalau boleh tau, apakah kau ada shift setelah ini eonnie?"

"Hmm... Aku ada shift menyiapkan makan malam untuk king "

"Wah! Ternyata shift kita sama" Pekik Sejeong dengan wajah berbinar.

"Kalau begitu aku ke atas dulu" pamit Seungwan seraya naik ke ranjang miliknya.

   Perlahan Seungwan merebahkan tubuhnya diatas kasur yang tidak terlalu empuk itu. Namun setidaknya lebih empuk daripada kasur miliknya dirumah. Mata Seungwan menerawang ke langit-langit asrama. Sesaat ia merasa bodoh karena telah menyia-nyiakan pendidikan yang pernah ia tempuh di dunia mortal. Sebenarnya Seungwan telah lulus menjadi dokter spesialis gigi yang menjadi mimpinya sejak kecil, namun setelah merasakan kejamnya dunia mortal, dengan terpaksa Seungwan menelan bulat cita-citanya. Ia terlalu mudah untuk dijadikan sasaran empuk pembullyan. Beberapa tahun ia bersabar hingga akhirnya ia memutuskan kembali ke dunia asalnya. Belum lagi ayahnya yang mulai sakit-sakitan membuatnya bertambah enggan untuk kembali mencari peluang di dunia mortal.

   Omong-omong dunia mortal, ia jadi merindukan Kyungsoo, satu-satunya sahabat manusia yang ia punya. Bagaimana kabar lelaki itu? Apakah ia sudah menjadi dokter bedah yang sukses? Ahh, rasanya ingin sekali Seungwan bertemu dengan lelaki berwajah datar itu. Seungwan ingat betul bagaimana Kyungsoo menyelamatkannya dari para pembully hanya dengan wajah dan suara datarnya. Seungwan juga masih ingat bagaimana sulitnya manusia itu untuk sekedar tersenyum meskipun tidak Seungwan pungkiri, senyum Kyungsoo sangat manis.

"Tertarik padanya huh?"

"Tutup mulutmu Wendy" Seungwan berdecak sebal mendengar perkataan Wendy yang senang sekali muncul secara tiba-tiba.

"Kau selalu tersenyum saat mengingatnya" cibir Wendy dengan wajah mengejeknya.

"Apakah salah saat aku bahagia mengingat sahabatku? Lagipula aku sadar diri untuk tidak mencintai makhluk mortal"

"Tapi kau tau kan, pepatah kalau cinta itu buta? Tak memandang usia, fisik, status, kas-"

"Cepat atau lambat kita akan mendapat mate jika kau lupa" dengan cepat Seungwan memotong ucapan Wendy sebelum wolf  tersebut semakin melantur.

  Wendy mencibir didalam sana. "Berbicara padamu memang susah. Tapi Seungwan, apa kau pernah merasa penasaran siapa atau bagaimana rupa mate kita nanti?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hidden Moon [wenyeol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang