S A T U

8 1 0
                                    

"Sorry, Kea, gue nggak bisa nganterin lo pulang, mama gue sakit," ucap Valdo dari atas motor matic-nya.

"Gue ikut aja, sekalian nengok mama Lo. Dia sakit apa?"

"Eh, jangan, jangan!"

"Kena-ish!"

Ucapan Keana terpotong, ia tersenggol oleh beberapa temannya. Karena sekarang posisi mereka berdua berada di gerbang sekolah. Jelas saja ramai jika waktu pulang. Ia mendekat ke arah Valdo. Ingin melanjutkan ucapannya yang terpotong.

Namun, Valdo tiba-tiba saja menyalakan motornya dan berucap cepat, "Jangan, nanti aja, mama gue nggak suka gue bawa cewek ke rumah. Bye, Sayang."

"Yaudah, ceper sembuh aja buat mama Lo." Keana berusaha mencerna ucapan Valdo. Lalu tersenyum.

Setelah itu Valdo pergi dengan tergesa, sementara Kea mematung masih mencerna ucapan Valdo. Lalu ia tersenyum getir, 'mama gue nggak suka gue bawa cewek kerumah.' kalimat yang membuatnya sedikit terganggu.

Lalu kenapa mereka pacaran?

***

Kea kini menyusuri jalanan, sengaja ia pulang dengan jalan kaki. Mencari sebuah kedai yang dibicarakan tadi sewaktu istirahat bersama temannya. Kedainya menjual kopi, aneka kue dan roti, dan tentunya yang membuat ia tertarik adalah, donat. Kata temannya tak jauh-jauh sekitar sekolahnya. Namun, kakinya mulai lelah juga, ia berniat setelah sampai kedai dan membeli donat ia akan pulang naik angkutan umum.

Ia bersemangat sekali jika menyangkut dengan makanan manis yang satu itu. Matanya menangkap sesuatu di depan sana, tinggal beberapa meter lagi. Ia jadi tambah semangat untuk bertemu dengan donat-donatnya. Ia tersenyum, lalu mempercepat langkahnya.

Kea melangkah masuk ke kedai dengan semangat. Langsung saja ia menghampiri laki-laki yang menjaga deretan kue, dan donat di rak sana. Memesan 4 rasa donat. Lalu, matanya memperhatikan sekitarnya.

Di hadapannya kea melihat ada mesin kopi di sana, juga beberapa bubuk kopi di dalam toples kaca. Ada beberapa meja juga kursi di dalam toko ini. Beberapa pengunjung menikmati segelas kopi di sini, memang kedai ini sangat nyaman untuk bersantai, sejenak rehat dari kesibukan dunia. Tanpa sadar Kea tersenyum membayangkannya.

Pria tadi menyodorkan pesanan Kea, lalu ia mengambil beberapa lembar uang. Ia tersenyum tulus sebelum pelanggannya itu berlalu. Kea melakukan hal yang sama untuk berterimakasih.

Kea merasakan getaran handphone di saku rok sekolahnya. Ia melihat sekilas, ada pesan singkat dari sang kakak, tak begitu penting. Ia kembali fokus berjalan keluar.

Buk.

Bugh.

Suara perpaduan dua orang tabrakan, lalu di susul dengan suara barang jatuh. Seorang pria menabrak tubuh kea, membuatnya kehilangan keseimbangan, lalu jatuh. Donat-donat kesayangannya juga telah berserakan keluar dari tempatnya. Ia mendesis, kesakitan, sikutnya terbentur, sedikit ada darah di sana. Melihat nanar donatnya, lalu ....

"OM, KALO JALAN MATANYA PAKE DONG!" teriak Kea kuat.

Nasib donatnya ....

Ia mengeram, masih dengan posisi terduduknya, lalu ia memegang sikut, meringis merasakan pedih. Sakit. Lalu ia berdiri tepat di hadapan pria itu. Ia menatap tepat ke mata coklat itu, dengan tangan menyipit, dan bibir di tekuk. Namun, pria ini masih terdiam, tak peduli. Membuat kepala kea mendidih.

"Ganti!" bentaknya.

Namun yang dilakukan pria itu hanya berlalu tanpa kata dari hadapan Kea. Fantastis. Ia tak merasa bersalah sama sekali, bilang maaf pun tidak. Membuat gadis berseragam SMA itu mengejarnya.

"Ganti, Om!"

Pria itu diam.

"GANTI DONAT GUE!" Kini Kea berteriak lebih nyaring. Membuat pria itu berbalik.

"Bisa, gak, yang sopan kalo ngomong!" Pria itu menekan setiap katanya.

Keana hanya mendelik. "Om, yang nggak sopan. Nabrak, bikin makanan saya jatuh, bukanya ganti rugi ini mah minta maaf juga nggak!"

Pria itu menatap kea tajam.

"Ganti, Om! Bukan mandangin saya kaya gitu!"

"Ada apa sih, Ken. Kenapa ribut?" tanya pria yang melayani Kea tadi. Ia baru saja keluar dari toilet.

"Buatin lagi pesenan ini bocah, Sal!" Tunjuk Arken pada Kea. Setelah itu ia berlalu.

Gadis itu mendelik, tak terima di sebut bocah.

Sementara Isal-pria yang melayani Kea tadi, mengemas kembali apa yang dipesan Kea tadi.

"Yang coklat kacang abis, mau diganti sama rasa apa?" tanya Isal ramah.

"Apa aja deh, asal jangan krim lemon," balas Kea.

"Nih, yang kejadian tadi, maafin temen kakak, ya." Isal menyodorkan pesanan Kea. Kea menerimanya dengan tersenyum lalu membalas, "Om tadi galak. Kok bisa ya temenan sama, kakak."

Isal tersenyum geli. "Jangan kapok ke sini lagi ya, Manis."

Kea tersenyum tulus, lalu ia berpamitan. Pujian tadi membuatnya sedikit membaik, meski hatinya tetap kesal pada om-om tadi.

Ia pulang dengan naik angkot, tapi netra menangkap sosok yang ia kenal tengah berboncengan dengan seorang wanita. Ia memericingkan matanya, agar lebih yakin dengan apa yang ia lihat.

Bunyi nyaring dari ponselnya membuyarkan kefokusannya. Ia mendapat panggilan suara dari sang kakak. Lalu ia menggeser layar, meletakan ponsel di telinga. Netranya kembali mencari sosok itu, namun, telah menghilang.

"CEPET PULANG! KELUYURAN MULU!" Kea buru-buru menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia juga terserentak kaget, tangannya memegang telinga, yang terkena teriakan itu.

"Anjir, celi aing. Lo ngomong  yang kalem, dong, Kak."

Ponselnya masih berbunyi mengeluarkan suara nyaring di sebrang sana. Tak ingin mendengar lebih banyak lagi petuah, juga ia malu di liatin ibu-ibu di angkot ia mematikan sambungannya. Lalu pikirannya kembali melayang pada sosok yang tertangkap netranya beberapa waktu lalu.

Valdo. Apa itu Valdo? Bukanya dia menemani ibunya ...

To Be Continue ....

Hai, kalo suka tinggalkan jejak komen dan vote ya.













U S I A (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang