If You Wanna Know

4 0 0
                                    

Pernahkah kamu merasa sangat kosong? Sungguh kosong sekosong-kosongnya.

Aku tidak tahu apakah ini karena rasa bersyukur yang menipis atau karena sudah terlalu banyak menelan kekecewaan.

Mereka bilang, aku harus bersyukur. Ya, aku berusaha bersyukur. Bersyukur karena masih bisa bernapas. Bersyukur karena masih bisa hidup nyaman. Bersyukur karena masih bisa mengikuti hobi dan keinginan. Bahkan bersyukur atas berbagai kekecewaan. Karena dengan kecewa, aku tahu mana yang pantas atau tidak untuk dilakukan.

Tapi, entahlah. Kadang aku lelah. Ada masa di mana aku ingin memberi kesan positif pada orang lain, tapi aku justru memberi pesan negatif pada diri sendiri. Ada masa di mana aku lelah tersenyum dan memendam semua yang ingin aku sampaikan, tapi untuk menjabarkan yang terpendam saja rasanya sulit.

Serba salah, ya?

Aku ingat salah satu bagian cerita di 1Q84 dari Murakami. Saat tokoh Tengo sudah lelah mengikuti ayahnya berkeliling menagih iuran di hari Minggu. Ia berharap ia bisa sakit atau bahkan pingsan saja di depan ayahnya. Supaya ayahnya tahu bahwa dia lelah, tapi Tengo terlalu sulit untuk berkata ia lelah. Hanya berharap intuisi bisa terlibat. Ia lelah tetapi terlalu sungkan untuk jujur.

Entah, jika harus dijabarkan, kurang lebih yang aku rasakan itu seperti Tengo. Lelah, tapi bingung. Bahkan untuk bercerita pada teman pun aku malu. Malu karena mungkin masalah teman lebih berat dariku. Malu karena mungkin aku menambah beban pikiran mereka. Malu karena mungkin aku hanya sedang ada dalam fase manja. Malu karena mungkin aku sudah begitu lemah dan egois.

Ya, semuanya tampak buram. Bahkan untuk berpikir positif pun rasanya sulit.

Tapi ada satu yang tidak buram. Aku hanya ingin merasa dilindungi dan dipahami. Tanpa ada rasa menghakimi. Ya, aku hanya ingin disayangi sebagai aku. Aku sebagai aku, yang lemah, rapuh, kosong.

Entahlah. Sepertinya aku ingin pergi dulu sejenak. Jika boleh jujur, jika aku pergi, adakah yang mencari? Adakah yang kehilangan? Bolehkah aku merasa egois dan ingin dicari? Persetanlah dengan pepatah yang mengatakan, "Jangan pergi karena ingin dicari.". Karena kadang aku juga ingin dicari dan ingin tahu seberapa pentingnya aku di hidup orang lain. Agar aku tahu bahwa aku juga berharga.

Mungkin sekarang aku akan pergi dulu. Semoga ada yang mencari. Ya, aku memang mencari perhatian. Sial.



Kamis, 30 April 2020.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FeelingsWhere stories live. Discover now