"Aile! Bangun, sudah pagi!" Terdengar suara perempuan paruh baya dari luar pintu kamar. Suara yang lembut itu membangunkan seorang gadis berambut panjang berwarna auburn. Ia pun segera beranjak dari kasurnya dan segera merapikannya.
"Tadi itu ... Mimpi ya?" Gumamnya mengingat akan mimpinya yang aneh. Mimpi tentang dua orang anak kecil yang berlari ketakutan.
'Tapi siapa mereka, ya?' Pikirnya sambil mengingat-ingat wajah kedua anak itu.
"Aile, sedang apa kau? Cepat turun dan sarapan jika tidak kau bisa telat, 'kan?" Ucap perempuan yang ternyata ibu dari gadis itu dari arah dapur. Ucapan ibunya membuatnya melupakan apa yang tadi ia pikirkan, ia pun segera bergegas menghampiri ibunya.
"Cepat makan sarapanmu ini." Ucap ibunya lembut sambil memberikan sepiring roti beserta telur mata sapi dan segelas susu segar. Dengan wajah mengantuk, gadis bermata emerald itu menlahap sarapannya. Merasa telah kenyang, ia segera beranjak dari kursi yang berada di ruang makanan. Lalu bergegas menyikat gigi, mencuci muka, dan berganti pakaian.
"Aku berangkat ya, Bu!" Ucapnya saat melangkahan kaki keluar menuju ke sekolahnya. Ia mengenakan seragam pada umumnya, dress hitam selutut dengan banyak renda putih dibagian rok yang berlapis-lapis serta pita merah yang melingkari lehernya, tak lupa juga ia membawa tas yang berisikan buku pelajaran. Poni yang menutupi pandangannya pun tak ia hiraukan, ia tetap berjalan lurus di jalan setapak yang sepi itu.
Hembusan angin musim gugur menerpa tubuh gadis itu. Gadis itu pun melingkari leher dengan syal rajutan berwarna lavender. Musim gugur memang baru saja datang, namun entah kenapa udara saat itu tidak bersahabat. Daun-daun yang mulai menguning berguguran dan tertiup angin. Rasanya ada sesuatu yang Aile telah lupakan, tapi ia tak tahu apa itu.
Lamunan gadis itu buyar ketika melihat sebuah gedung besar yang di kelilingi hamparan rumput yang luas. Tanpa Aile sadari disekitarnya sudah banyak murid yang mengenakan seragam yang sama denganya. Ada juga murid laki-laki yang mengenakan jas hitam dengan garis putih dipinggirannya dan dua garis putih di bagian bahu kirinya, serta kemeja putih dengan dasi hitam yang menjulur kebawah, ada juga yang memakai sweater diatas kemeja yang mereka kenakan—mungkin untuk menghindari dingin? Entahlah, tak lupa juga celana hitam melengkapi seragam mereka.
Murid-murid itu saling menyapa satu sama lain, berbalas senyum, melambaikan tangan, ada juga yang meneriakkan nama temannya dengan lantang—hal yang hanya bisa dilakukan oleh anak laki-laki yang urat malunya terputus. Namun, tidak begitu dengan Aile. Tak ada yang menyapanya, bahkan sekedar memberi senyum padanya, apalagi yang meneriakkan namanya seperti yang dilakukan anak laki-laki tadi. Ia hanya bisa menatap sendu melihat murid-murid itu saling menyapa. Apa yang ia harapkan? Teman? Jangankan teman, untuk membuka hatinya pada keluarganya saja ia tak bisa.
Aile berjalan menelusuri koridor yang cukup ramai. Mereka berjalan berkelompok, ada juga yang sendiri namun sorot mata mereka tertuju pada satu titik. Entah kenapa, Aile merasa sorot mata itu ditujukan padanya.
"Eh, lihat itu!" Bisik seorang siswi pada teman-temannya sambil menunjuk ke arah Aile. Bisikan mereka perlahan diikuti oleh yang lain. Ada juga yang memandang Aile dengan pandangan aneh atau penasaran.
Sejujurnya, hal itu membuat Aile merasa terganggu. Ingin rasanya ia menegur mereka satu per satu. 'Yah sudahlah. Abaikan saja.' pikir Aile tiap kali diperlakukan seperti itu.
"Ih, dasar cewek aneh!" Desis salah satu siswi yang terlihat paling tinggi dari teman-temannya.
"Aku jadi merinding kalau melihatnya..." Bisik temannya yang berkacamata. Yang lain mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phosphenes - Chronicle of Seven Crystals
Mystery / ThrillerTidak ada manusia yang sempurna. Semua manusia pasti pernah berbuat dosa. Tapi apa kalian tau? diantara dosa-dosa yang pernah manusia perbuat, ada 7 dosa yang sangat mematikan. Yap, mungkin beberapa dari kalian sudah tahu. Lust. Sloth. Greed. Wrath...