"Kak," sapa Sheera saat berpasan dengan Darra. Darra memalingkan wajahnya, merasa tak suka melihat Sheera.
"Belum tidur, Kak?" Darra memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan Sheera.
"Lo buta?" Sheera menundukkan kepalanya mendengar nada sinis dari Darra. Ia meremas jemarinya, melihat itu Darra semakin memandang Sheera jengkel.
"Jangan sok deket sama gue." Darra mendorong bahu Sheera kasar. Menatap Sheera dengan pandangan benci, ia masih belum terima jika papanya meninggal karena Sheera.
"Jangan mentang-mentang Mama udah baik sama lo, terus gue juga ikutan baik. Jangan harap."
"Kenapa?" Sheera mengangkat kepalanya menatap kedua mata Darra dengan sendu.
"Kenapa Kakak masih benci Sheera?" Kedua mata Sheera berkaca-kaca, mungkin jika Sheera mengedip air matanya langsung turun menyusuri pipinya.
"Lo itu pembawa sial!" teriak Darra marah.
"Aku bukan pembunuh," sangkal Sheera sambil menggelengkan kepalanya kuat. Rasanya begitu sakit saat dibenci seseorang yang sangat ia sayangi.
"Sheera sayang Kakak. Sheera pengen Kakak kayak dulu."
"Jangan harap!" Darra melangkah pergi, sebelum pergi ia menubruk bahu Sheera hingga Sheera mundur beberap langkah.
Air mata Sheera langsung turun. Ia rindu Darra yang dulu, Darra yang selalu menyayanginya, Darra yang selalu menjaganya.
"Sheera sayang Kakak." Sheera menghapus air matanya. Berusaha tetap baik-baik saja, mungkin memang seperti inilah Tuhan memberinya jalan.
***
Sheera tersenyum saat melihat Guna berjalan mendekatinya. Sheera melambaikan tangan ke arah Guna, tak lupa senyum yang tak pernah lepas dari bibir mungilnya.
"Kenapa enggak masuk?" tanya Guna yang melihat Sheera masih berdiri di depan gerbang sekolah.
"Nunggu kamu," jawab Sheera. Guna terkekeh, mengacak rambut Sheera gemas.
"Ayo masuk." Sheera mengangguk semangat, mengikuti langkah kaki Guna menuju ke dalam sekolahnya.
"Nanti Guna ada waktu?" tanya Sheera sambil menatap wajah Guna yang sangat serius.
"Sory, gue ada janji sama Sesa." Sheera mengangguk lesu. Sebenarnya Sheera sangat ingin menghabiskan waktu dengan Guna, tapi dia tak boleh egois, ia tau Sesa pasti ada kepentingan sehingga Guna harus ikut.
"Enggak apa-apakan?" tanya Guna sedikit khawatir. Sheera mengangguk sambil tersenyum, "lain kali bisa." Guna tersenyum menanggapi Sheera.
"Lo duluan aja ke kelas, gue mau ke Laskar." Sheera kembali mengangguk, membawa tubuhnya menjauh dari Guna.
Sekuat tenaga Sheera berkata dia baik-baik saja jika Guna dekat dengan Sesa. Sekuat tenaga pula hatinya bergemuruh hebat, seolah menjelaskan bahwa ia tak baik-baik saja.
"Jangan egois, Ra." Sheera menghela napas kasar. Ia tak boleh mementingkan dirinya sendiri, mau bagaimana pun Sesa lebih dulu bertemu dengan Guna.
***
Sheera melangkahkan kakinya dengan malas menuju keluar gerbang sekolahan. Ia terpaksa harus memesan taksi, karena Renata bilang ia tak bisa menjemput karena memiliki urusan. Namun, bukannya memesan taksi Sheera lebih memilih membiarkan kaki jenjangnya menyurusi jalan yang cukup ramai sore ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.