1

31 1 0
                                    

Niatku hendak melupa, tapi sepertinya otakku terlalu durhaka, dia tak mengerti bahwa fisiknya telah begitu ringkih, begitu suka mengajakku bertamasya di area rawan dengan hujan.

Setelah kau mulai melangkah, tiba-tiba udara disekitarku berubah. Sedikit lebih dingin, tapi belum sampai menghadirkan gigil, sedang aku lupa bahwa yang kupijak adalah kerikil.

Ditemani dingin kaki yang tak ber-alas, aku masih berusaha agar tetap waras, ingin berhenti agar luka tak kian berbekas. Apalagi yang kutuju bukan sesuatu yang bisa kupastikan, tapi kakiku terlalu kebas untuk kembali kekampung halaman.

Bayangkan saja bagaimana kondisiku sekarang.
Berjalan sendiri di area rawan,
tanpa arahan seseorang,
tanpa tau kemana akan pulang,
hanya mengandalkan perasaan dan suara alam,
sedang otak masih tak mau mengambil keputusan.

//N-A

 Sang Gravitasi DiksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang