Jauh sebelum aku sampai pada titik ini, aku teramat awam untuk dunia yang kian mengejam, aku sering mengecam bahwa semesta itu jahat, takdir tidak adil, pertemuan-pertemuan baru adalah awal dari pilu.
Namun ketika aku sampai dimana aku merasa cukup kuat untuk bersahabat dengan semesta, akhirnya aku mengerti, bahwa pertemuan dihadirkan untuk memberiku kesempatan mengecap manis tanpa melupakan, bahwa pahit adalah rasa yang pasti hadirnya.
Mengenal mu bukan monster yang menakutkan, dan sekarang kehilangan mu juga bukan cerita paling akhir, toh sekarang aku masih berdiri, tersenyum dengan bibir paling munafik sekalipun sanggup mengelabuhi darah dalam relung yang tercabik.
Kamu menuntun ku untuk paham bahwa dunia tidak akan selalu sama, ia akan kian mengeras seiring usia kita yang menuju tua. Mengajarkan ku bahwa aku harus cukup kuat untuk beradaptasi dengan luka-luka yang akhirnya menjadi biasa.
Terima kasih untuk hadir yang sudah menjadi takdir, dan untuk singgah yang meski sebatas kata pernah, terlebih untuk kenangan-kenangan manis sekaligus menyebalkan yang paling ingin ku tenggelamkan.
Kamu baik, dan aku percaya itu. Teruslah bertumbuh untuk baik mu yang berikutnya, aku sudah cukup sebab pernah berperan dalam beberapa episode kita, meski belum sempurna disebut sebagai cerita. Tak apa, selebihnya aku serahkan pada kerja semesta.
//N-A
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Gravitasi Diksi
RomanceSajak,prakata,prosa dan deretan aksara yang sederhana.