Aku menghela napas berat. Dari sekian mahasiswa di fakultas ini, kenapa harus aku yang ditempatkan di desa terpencil itu? Sendirian? Awalnya ada tiga orang yang seharusnya di desa itu. Sayangnya, mereka memilih untuk pindahy tempat magang dan proposal pengajuan perpindahan tempat magang mereka diterima.
Aku juga berniat pindah tempat karena aku tidak ingin kerja sendiri. Ini PKL (Pelatihan Kerja Lapangan), meski harus ada laporan individu tapi tetap ada laporan kelompok. Jika aku magang sendirian, kemungkinan besar aku harus pontang-panting mengerjakan dua laporan sendiri. Dengan tenggat pengumpulan laporan dan rentang waktu yang sama.
Sayang sekali takdir tidak berpihak padaku. Kini aku telah berada di depan kantor ketua program studi atau kaprodi. Aku meremat proposalku yang ditolak mentah-mentah oleh kaprodi sekaligus dosen pembimbing akademikku (DPA). Dia memintaku untuk tetap pergi ke daerah itu bahkan memberi keringanan akan membantu laporanku mendapat nilai maksimal. Ia bahkan memberiku kontak dosen pembimbing lapangan (DPL) dan penanggung jawabku di sana.
Aku tahu aku berpikir negatif, tapi jelas ini akan menjadi nilai lebih untuk akreditasi kampus nantinya. Kaprodi itu jelas ingin akreditasi jurusannya naik tingkat menjadi A. Tapi, kenapa harus aku yang dikambinghitamkan? Aku benar-benar merasa marah, kecewa, dan sedih, tapi aku juga tidak bisa melakukan apa-apa. Ketidakadilan selalu datang bagi siapapun, kan?
Sebenarnya itu bukan masalah utamanya. Masalah utamanya adalah aku ditempatkan di daerah terpencil dengan akses internet yang minim bahkan akses transportasi umum nihil di sana. Aku sudah banyak mencari tahu tentu saja. Belum lagi info dari kakak tingkat yang pernah di sana. Ia mengatakan padaku bahwa tempat itu susah air kala musim kemarau.
Aku benar-benar tidak mampu membayangkan diriku hidup di tempat antah berantah seperti itu. Aku tidak mampu hidup tanpa internet. Aku tidak mampu berdiam diri di satu tempat, apalagi tanpa adanya kendaraan yang bisa aku gunakan. Aku hanya bisa menggunakan mobil dan aku tidak mungkin membawanya PKL. Yang paling parah adalah aku tidak bisa tinggal tanpa Mama. Ini sangat mengerikan, haruskah aku menyebutnya mimpi buruk?
°°°
Halo, karena ini adalah sebagian dari halu. Jadi, aku cuma akan mendeskripsikan karakter perempuan seperti yang ada di bayanganku. Cerita ini mungkin akan memiliki dua sudut pandang, sudut pandang karakter utama perempuan dan laki-laki. Setting lokal dengan nama asli, soalnya aku suka lupa kalo pake nama lokal 😂
Terima kasih sudah mampir 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYFIE • TAEIL • NCT SERIES
FanfictionDia yang membuatku jatuh cinta, 'lagi'. ⚠️ Ini hanya fiksi Tolong jangan dibawa serius Jadilah pembaca yang bijak