Prolog

31 2 0
                                    

Malam ini langit tak menampakkan bintang. Tak juga menampakkan bulan.
Hanya deraian rintik hujan yang jatuh beriringan dengan suara gemuru serta kilat yang sesekali berkilau menyilaukan.

Malam ini seperti malam kelam bagi Airin.
Malam yang sangat panjang bersama orang yang seharusnya menjadi satu-satunya tempat ia menggantungkan harapan.

Harapan yang kini berada dihadapannya seakan menjadi boomerang bagi dirinya. Airin terlalu rapuh jika harus melepasnya, namun apakah tidak lebih rapuh jika harus dipertahankan?

Rasa sakit kian menyelimuti malam Airin.
Bahkan ia merasa sudah terbiasa dengan malam-malam seperti ini. Airin terlalu bodoh, hati sudah mematahkan akal sehatnya.

Deraian hujan terus mengiringi isak tangis Airin yang entah sampai kapan akan terhenti.

"Cengeng banget sih!"

"Kalo gak pengen diginiin jangan bikin gue marah!"

Airin hanya terdiam menundukan kepala seraya menahan isak tangis yang kian lama kian menjadi-jadi.

Suara itu... Tekanan demi tekanan kata yang orang itu lontarkan seakan menjadi asupan yang harus diterima Airin disetiap harinya.

Orang lain mungkin akan menganggap Airin bodoh karena mau bertahan. Namun, Airin akan lebih memilih menjadi bodoh daripada harus menanggung konsekuensi yang akan ia dapatkan jika harus menyerah.

Airin sudah beberapa kali merencanakan pelontaran kata putus. Namun, terlalu beresiko jika harus benar-benar melontarkannya. Masa depan adalah taruhannya. Tak tega jika harus mengecewakan orang tuanya.

Dan lagi, Airin menjadi harapan satu-satunya dalam keluarganya. Apakah tidak terlalu jahat jika harus mengecewakan kedua orang tuanya?

"Maaf" ucap Airin lirih.

Lagi lagi kata maaf harus dilontarkan oleh Airin. Untuk apa?
Untuk mengakhiri semuanya.
Ia terlalu lelah dan terlalu takut jika harus berdebat dengan seseorang yang arogan dan bahkan sudah tak memiliki hati.

Randy. Kekasih Airin yang terbilang aneh.
Kadang ia bisa menjadi mahluk manis jika sedang menginginkan sesuatu namun akan menjadi iblis jika marah.

Satu tahun sudah Airin bertahan. Berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja.
Orang-orang bahkan iri melihat hubungan kedua sejoli ini. Tapi apa mereka tau? Apa yang mereka lihat sangat berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Berdiri! Kita pulang sekarang! Maaf lo udah basi. Pengen mual gue ngedengerin permintaan maaf lo setiap saat!" ucap Randy sembari menarik kasar pergelangan tangan Airin.

Airin melangkah tertatih mengikuti derap langkah kaki Randy. Terlalu lemah jika harus melawan Randy yang memiliki badan menjulang tinggi.

Penglihatan Airin perlahan memudar, kesadarannya hilang dalam sekejap. Gelap.

Hai guys! This is my first story
So? Have fun
Don't forget to vote+comment!

-ansanggrpr

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang