Jyuto menggerutu di tengah kegiatannya menyetir mobil dinasnya. Ia terpaksa patroli siang ini karena orang yang bertugas tengah di panggil ke pusat. Wajah pria berkepala dua itu terlihat tertekuk dengan bibir mengeluarkan segala macam umpatan selama patrolinya berlangsung. Aura penuh permusuhan menguar di tubuhnya, sama sekali tak ingin diganggu.
Cengkrama di setirnya begitu erat, seakan ingin mematahkan benda itu menjadi dua. Menyapukan pandangannya ke sekelilingnya. Kaki berbalut sepatu kulit mahalnya dengan spontan menginjak pedal rem saat manik emerland menemukan segerombolan anak-anak di dalam gang. Jyuto memilih menepikan mobilnya terlebih dahulu saat mendengar klakson yang bersahutan dari arah belakang.
Beberapa pengendara menurunkan jendela mobilnya, berniat memaki si pemilik mobil hitam yang berhenti secara mendadak. Namun niatan itu diurungkan saat melihat siapa yang mengendarai mobil hitam mengkilat itu.
Jyuto melepaskan sabuk pengamannya, perlahan keluar dari mobil dinasnya. Tangannya bergerak memperbaiki letak kacamatanya yang tak bergerak sesenti pun. Jyuto mengamati dalam diam. Beberapa anak laki-laki itu terlihat mengelilingi seorang anak perempuan yang duduk meringkuk di dekat tong sampah. Mereka terlihat berbicara hingga gadis muda itu merespon dengan gelengan.
Jyuto bergerak mendekati mereka ketika salah satu anak laki-laki bertubuh gempal melayangkan beberapa tendangan ke anak perempuan itu. Anak itu mengangkat tangannya, berusaha melindungi wajahnya dari tendangan.
"Hei!"
Para anak laki-laki itu spontan menoleh saat mendengar suara berat seorang pria. Anak yang paling dekat dengan tempat satu-satunya masuk gang terpental saat sebuah tendangan mendarat di perutnya. Jyuto menatap malas kearah anak-anak yang masih menduduki bangku sekolah menengah pertama itu.
"Apa-apaan?! Sok mau jadi pahlawan Om?!" Salah satu anak berteriak tidak terima karena temannya terpental.
Jyuto mendengus, "sok sekali membully anak lain, kencing saja masih belum lurus."
Para pembully itu terlihat marah dan ingin menyerangnya. Namun terhenti kala melihat apa yang di keluarkan Jyuto dari dalam jasnya. Sebuah pistol berwarna hitam. Otak dangkal mereka dengan cepat menangkap bahwa Jyuto bukanlah orang biasa. Di zaman seperti ini, senjata seperti itu merupakan hal yang dilarang, ilegal.
Senyum miring tercetak di wajah sombong Jyuto. Dalam hitungan detik para remaja itu pergi meninggalkan gang dan gadis muda yang menjadi korban mereka. Jyuto menyimpan kembali pistolnya, kaki jenjangnya bergerak membawanya mendekati anak perempuan di dekatnya. Jyuto dapat melihat luka gores dan lebam menghiasi tubuhnya dan yang paling mencolok adalah pergelangan tangannya yang di perban.
"Hei, Nak." Jyuto memanggilnya pelan.
Tangan kurus dan kecil itu turun dari depan wajahnya, kemudian manik serupa dengan milik Jyuto tampak dengan sorot takut. Jyuto merasa iba saat melihat tatapan anak itu.
"Hei, Nak. Mau ikut denganku?"
•
•✤Daddy Sugar✤
•
•Jyuto meletakkan gelas berisi cokelat hangan di atas meja. Tangan lainnya memegang kotak P3K, bermaksud mengobati luka-luka di tubuh gadis itu. Secara perlahan Jyuto mengobati luka di tubuh anak itu. Ringisan kecil yang keluar dari mulut anak itu menjadi teman Jyuto ketika tengah mengobati tubuhnya. Selesai mengobati, Jyuto memulai introgasinya.
"Siapa namamu?"
Gadis itu dengan ragu menatap Jyuto. "[Name] desu."
Jyuto mengernyitkan dahinya, "hanya [Name]?" ulangnya.
[Name] mengangguk kecil sebagai jawaban. Ia enggan menyebutkan marga sang ayah. Secara perlahan anak perempuan itu mulai bercerita tentang masalanya. Mulai dari ibunya yang pergi meninggalkan ayahnya dan dirinya saat ia berumur 8 tahun. Perubahan sikap ayahnya yang menjadi semakin kasar setelah kepergian ibunya.
Ia terpaksa bekerja di umurnya yang masih begitu muda demi membayar hutang ayahnya yang merupakan seorang penjudi. Beberapa kali ia terpaksa pergi dari rumah demi menghindari amukan ayahnya yang tengah mabuk. Kalau sedang sialnya, ia akan bertemu ayahnya dan disiksa. Luka lebam dan sayatan di tangannya menjadi saksi.
Para tetangganya berniat membantunya, namun mereka juga cukup takut terseret sehingga memilih menulikan pendengaran mereka akan jeritan [Name] tiap malam ketika anak itu disiksa. Para pemuda tadi juga membullynya karena [Name] dituduh mencuri barang teman mereka. Ah, [Name] jadi teringat akan nasib dagangan kecilnya yang direbut secara paksa darinya.
Jyuto hanya diam, mendengarkan dengan seksama cerita anak gadis di depannya. Wajahnya menampakkan raut kasihan seiring panjangnya cerita sang gadis.
"Terima kasih, Paman. Apa yang harus ku lakukan sebagai ucapan terima kasih?"
Entah setan apa yang merasuki Jyuto hingga ia berbicara sesuatu diluar pikirannya
"Hm.... Kalau begitu, jadilah anak ku."
Tbc ...
YAHOO~~
Aku back dengan buku baru ku hehe :"v
Jangan lupa vote dan comment ya!2/5/2020
♪Aohitsugi Keyara
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy (Jyuto) [Hiatus]
Fanfiction(Jyuto version) Jyuto yang tengah berpatroli mengelilingi Yokohama menemukan seorang anak perempuan yang tengah meringkuk di gang kumuh di temani beberapa anak-anak seusinya. Jyuto melihat perlakuan anak-anak itu terhadapnya. "Terima kasih, Paman. A...