One-Shot Story : Yudi

313 36 17
                                    

Happy Reading!

🌼🌼🌼

ONE-SHOT STORY : YUDI

Langkah kaki kecil seorang anak laki-laki berumur tujuh tahun tak berhenti menghindari kejaran orang-orang yang berlari ingin menangkap dan membawanya ke kantor polisi terdekat.

Perut bagian kirinya sudah merasakan nyeri karena ia paksakan untuk terus berlari. Di tangan kanannya menggenggam erat sebuah dompet yang baru saja ia ambil dari seorang wanita paruh baya.

Ia merasa bersalah. Tapi di satu sisi, ia merasa harus melakukan tindakan jahat itu untuk menolong seseorang. Menolong satu-satunya orang yang ia punya di dunia ini.

Ia berbelok. Berlari melewati gang sempit dan kumuh. Dalam hati ia berdoa agar orang-orang itu berhenti mengejarnya.

Bruk!

Dompet yang ia genggam terjatuh. Tubuh kecilnya terjungkal ke belakang. Anak laki-laki itu mendongak. Menatap wajah seseorang yang ia tabrak.

Kedua matanya melirik dompet yang jatuh tepat di samping kaki orang itu. Tangannya terulur untuk mengambil dompet itu. Tapi ia kalah cepat dengan orang yang sudah ia tabrak tadi.

Anak laki-laki itu menoleh ke belakang, melihat beberapa orang yang mengejarnya berhenti di belokan gang. Ia berdiri dan hendak berlari. Kabur dari sana. Namun, lengannya dicekal seseorang. Orang yang sudah ia tabrak tadi.

Kedua matanya mengabur. Sekali kedip saja, air matanya akan jatuh. "Tolong jangan tangkap Yudi," ucapnya dengan nada bergetar.

Perlahan, seseorang itu melepaskan cekalan pada lengan kecilnya lalu berbisik, "cepat sembunyi!"

Yudi terkejut. Orang yang ia tabrak tadi menyuruhnya bersembunyi?

"Cepat!"

Yudi mengangguk dan segera mencari tempat persembunyian. Anak laki-laki itu melihat kandang ayam. Ia segera bersembunyi di samping kandang ayam itu.

Ohh astaga, bau sekali.

Ibu jari dan jari telunjuknya menjepit hidung, mencegah bau kotoran ayam masuk ke indra penciumannya. Yudi hampir muntah mencium bau kotoran ayam yang ada di sekitarnya.

Seseorang yang Yudi tabrak tadi berdiri di hadapan orang-orang yang mengejarnya. Yudi mengintip untuk bisa melihat apa yang dilakukan orang itu.

Apakah memberitahu orang-orang yang mengejarnya tempat persembunyiannya sekarang atau—

"Dia kabur."

—melindunginya dari kejaran orang-orang itu.

"Tapi saya sudah mengambil dompet yang ia curi tadi sebelum dia kabur." Seseorang itu menyerahkan dompet yang ia curi pada orang-orang yang mengejarnya.

Orang-orang yang mengejarnya pergi. Seseorang itu mengedarkan pandangan. Mencari keberadaannya. Yudi berjalan menghampiri orang itu. "Kak."

Seseorang itu menoleh ke belakang. Yudi tak dapat melihat senyum orang itu karena menunduk dalam. Ia mendongak ketika sebuah usapan lembut ia rasakan di puncak kepalanya.

Seseorang itu berlutut untuk menyejajarkan tinggi tubuhnya dengan Yudi. Memegang bahu Yudi lalu bertanya masih dengan senyum di wajahnya.

"Nama kamu siapa?"

"Yudi, kak."

Tangan orang itu terulur menghapus air matanya. "Hei, kenapa nangis?"

"Aku harus dapet uang supaya adik aku bisa sembuh, kak," isaknya.

Yudi✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang